Sabtu (16.43), 13 April 2019
Jangan lupa vote dan komentnya -,-
Cover jadi gelap, sesuai suasana cerita.
------------------------------
Kingsley melesat menuju kamar Queenza. Namun langkahnya terhenti melihat sesuatu teronggok di lantai di depan kamar Queenza. Hanya dengan sekali lihat, Kingsley langsung tahu bahwa itu adalah tas milik Queenza. Segera dia masuk ke dalam kamar, menatap sekeliling, seraya mengendus udara.
Tidak ada apapun. Hanya aroma samar Queenza yang mulai memudar.
Jemari Kingsley mengepal kuat. Mata birunya bersinar, menandakan amarahnya bangkit.
Kingsley murka. Amat sangat! Queenza diculik di rumahnya sendiri, saat berada dalam jangkauan Kingsley. Bagaimana dirinya bisa kecolongan sampai seperti ini?
Emily dan Tristan yang sudah menyusul masuk terhenti di dekat tas Queenza yang masih tergeletak di lantai. Emily membungkuk dan mengambil tas itu, memeriksa apakah ada petunjuk, meski hanya sobekan kecil yang menunjukkan sempat terjadi perlawanan dari Queenza.
"Kevlar benar-benar cari mati," geram Kingsley seraya keluar kamar.
"Kau curiga Kevlar pelakunya?" nada tenang Tristan lenyap sudah. "Itu berarti nyawa kalian berada dalam bahaya."
"Aku akan membunuh Kevlar dan seluruh pengikutnya secara pelan dan menyakitkan jika sampai sesuatu yang buruk menimpa Queenza."
Tristan memejamkan mata, merasa agak frustasi. Kenapa di pikiran Kingsley hanya keselamatan Queenza? Padahal nyawanya sendiri berada dalam bahaya. Lalu dia membuka mata, mencoba memaklumi perasaan Kingsley dan fokus pada masalah di depan mereka.
"Apakah ada kemungkinan lapisan pelindungmu bisa ditembus?" Emily yang bertanya.
"Tidak. Hanya manusia dan orang-orang yang aku atau Queenza izinkan melewati lapisan pelindung ini," Kingsley mengertakkan gigi saat mengatakan itu. Tidak percaya apa ada makhluk yang bisa melewati lapisan pelindungnya dan bergerak tak terdekteksi.
"Pasti bukan manusia," ujar Tristan. "Jelas dia seseorang yang telah diizinkan melewati lapisan pelindung ini."
Mendadak suasana hening. Tapi dua detik kemudian Kingsley berkata dengan nada dingin yang membekukan. "Kenzie," geram Kingsley. "Dia orang asing yang kuizinkan melewati lapisan pelindung. Dia juga makhluk yang tidak memiliki aura dan aroma. Dia bisa menyelinap tanpa ketahuan." Jemari Kingsley mengepal kuat. "Kita ke Ackerley sekarang!"
"Mereka pasti sudah siap dengan kedatangan kita."
Tapi Kingsley tak lagi menghiraukan ucapan Tristan. Dia sudah menghilang, menyisakan jejak auranya yang menyesakkan di udara.
"Aku ikut, Errie," mohon Emily. Dia merasa bersalah. Padahal dia selalu bisa membaca isi hati seseorang. Seharusnya dia tahu jika ternyata Kenzie memiliki niat jahat. Tapi entah mengapa dirinya tidak tahu.
Tristan berbalik menghadap Emily, menangkup pipi sang istri dengan kedua tangannya. "Dengar, temui Jervis lalu katakan apa yang terjadi. Biar dia mengirim pasukan untuk menyusul kami ke Kerajaan Ackerley."
Emily ingin membantah tapi lalu dia mengangguk mantap, sadar situasi mereka sangat terdesak.
"Oke, aku pergi dulu." Sebuah kecupan Tristan daratkan ke kening Emily lalu ia berbalik dan menghilang, menyusul jejak aura yang masih ditinggalkan Kingsley. Sayang sekali makhluk yang menculik Queenza tidak memiliki aura. Itu membuat mereka tidak bisa menyusulnya.
***
Kingsley tidak mau repot-repot melewati gerbang dimensi yang tidak dijaga. Dia langsung terbang tinggi ke atas langit dengan sayap putihnya, mencapai titik awan yang tampak putih tebal menyerupai kubah raksasa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kingsley & Queenza
FantasyWARNING : Cerita ini memiliki efek ketagihan. Sekali baca gak akan bisa berhenti sampai berharap gak pernah tamat. Gak percaya, buktiin aja. ------------------------ Manis. Darahnya sungguh lezat. Itu adalah hal pertama yang dipikirkan Kingsley begi...