Senin (03.07), 25 Januari 2021
Akhirnya kelar satu bab lagi. Berasa ngesot T__T
Ayo ayo bangunnn!! Kings up!!
Yang lain bangun aku bobok... huwaaayyy... Jangan ketok pintu sampe seminggu ke depan. Kecuali bawa cogan buat bangunin. Maklum, Putri Bobok (versi modern dari Putri Tidur -,-)
Happy reading!
-----------------
Langkah Ayhner terhenti saat merasakan aura pekat yang familiar itu. Aura yang ia hafal nyaris seumur hidup akibat penjara yang mengurung dirinya dan seluruh kaumnya selama ratusan tahun. Dia menoleh dan pandangannya langsung beradu dengan kemegahan Gunung Khain yang berdiri kokoh. Aura pekat itu jelas berasal dari sana. Dari puncaknya yang menjulang tinggi bak menembus awan.
Apakah sudah dimulai?
Pandangannya Ayhner baru beralih saat suara Raja Harpy menyela lamunannya. "Ada apa?"
"Tidak ada apa-apa." Ayhner berusaha mengulas senyum saat menjawab pertanyaan Raja Harpy sekaligus pertanyaan dalam mata semua kaum harpy yang menempuh perjalanan bersama mereka. Tapi menyadari bahwa sebagian besar dari mereka bukan balita yang bisa ditenangkan dengan hiburan kosong, dia melanjutkan, "Tapi sepertinya Thane sudah tiba di puncak Gunung Khain."
Seketika kegelisahan mewarnai raut wajah semua orang. Mereka saling pandang dan saling menggenggam tangan yang lain mencari pegangan dan perlindungan.
Raja Harpy yang menyadari hal itu segera menenangkan. "Tidak perlu cemas. Yang Mulia Kaisar pasti akan mengalahkannya. Sesuai ramalan itu."
"Bagaimana jika tidak?" celetuk salah seorang Harpy. Wanita itu tampak sangat ketakutan sambil mendekap balita di dadanya.
"Itukah yang Anda inginkan?" sela Ayhner dengan senyum yang tak meninggalkan bibirnya. "Yang Mulia Kaisar kalah?"
"Ten—tentu saja tidak!" seru si wanita dengan nada histeris tertahan dan air mata bergulir. "Tapi kami semua tahu kondisi Yang Mulia Kaisar tidak baik. Dan ramalan tentang kema—" dia tercekat, tak sanggup menyelesaikannya.
"Itu sebabnya Yang Mulia Kaisar meminta kita semua meninggalkan Gunung Khain," tegas Raja Harpy. "Karena jika yang terburuk yang terjadi, kita semua akan tetap selamat dan terhindar dari bahaya."
"Tapi ke dunia manusia?" nada suara wanita itu jelas menunjukkan rasa tak percaya. "Dari dulu dunia manusia tidak pernah menjadi tempat persembunyian. Kalau memang untuk sembunyi, yang lebih masuk akal adalah pergi ke Hutan Barat."
"Kalau begitu lakukanlah," gumam Raja Harpy dengan nada lelah seraya mengibaskan tangan. "Aku akan tetap ke dunia manusia sesuai arahan Yang Mulia Kaisar. Yang ingin ikut bersamaku, ayo. Yang tidak mau, silakan pergi ke manapun yang menurut kalian aman."
Seketika suasana menjadi hening. Dan semua orang membuntuti sang Raja tanpa keluhan lagi termasuk wanita tadi. Ayhner yang memilih menunggu hingga harpy terakhir berjalan lebih dulu tampak lagi-lagi termenung dengan perasaan gelisah yang terasa kian mencengkeram.
Mungkin sekilas Kingsley berhasil menipu semua orang dengan aura palsunya yang menunjukkan seolah dia baik-baik saja. Tapi Ayhner sama pekanya seperti segelintir harpy yang bisa merasakan kondisi Kingsley sebenarnya. Jangankan melawan Thane. Mungkin Kingsley bisa langsung tewas jika mencoba melawan Tristan dalam pertarungan yang sesungguhnya. Jadi, rasanya tidak mungkin dia bisa—
Kecuali satu hal, pikir Ayhner lagi. Kingsley punya kesempatan untuk menghabisi Thane secara langsung. Meski belum pasti berhasil, tapi peluangnya cukup besar. Dengan meniru cara Queenza. Meledakkan dirinya sendiri dalam arena duel yang berarti juga meledakkan Thane.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kingsley & Queenza
FantasyWARNING : Cerita ini memiliki efek ketagihan. Sekali baca gak akan bisa berhenti sampai berharap gak pernah tamat. Gak percaya, buktiin aja. ------------------------ Manis. Darahnya sungguh lezat. Itu adalah hal pertama yang dipikirkan Kingsley begi...