14b

137K 18.8K 3.1K
                                    

Senin (16.18), 07 Januari 2018

-------------------------

Tadinya Queenza pikir hari ini akan jadi akhir hidupnya saat melihat gadis cantik bermata hazel dengan pedang tajam di tangannya berjalan mendekati Queenza. Dan saat pedang di tangan gadis itu terangkat lalu mengayun, Queenza memekik seraya menutup wajah dengan kedua tangan. Dia semakin mengkerut ketakutan mendengar pedang tajam itu menancap dinding di samping kepala Queenza.

"Aroma apa ini? Lezat sekali."

Suara lembut gadis di depan Queenza terdengar. Bukannya lega, Queenza semakin ngeri karena menduga yang dimaksud gadis itu adalah aroma darahnya.

"Apa kau yang memasak sendiri makanan itu?"

Makanan?

Masak?

Ragu, Queenza menurunkan kedua tangan dari wajah lalu mengintip. Gadis cantik itu tidak lagi berada di depan Queenza. Dia malah tampak asyik memperhatikan peralatan memasak milik Queenza.

"Wow, kau punya peralatan memasak yang lengkap. Bahkan ada satu set pisau berbagai ukuran." Emily benar-benar kagum. Dia tidak punya teman manusia dan makhluk Immorland kebanyakan tidak terlalu pandai memasak atau apapun yang berhubungan dengan kreativitas. Mungkin karena terbiasa menggunakan kekuatan dan fokus untuk meningkatkannya membuat mereka kurang berambisi untuk mencipta.

Queenza masih menatap gadis itu dengan hati waswas seraya berusaha menegakkan tubuh. Dia tersentak kaget saat menyadari pedang yang masih tertancap di dinding dekat kepalanya lalu bergeser secara diam-diam.

"Namamu Queenza, kan? Aku Emily."

Queenza memekik seraya memegang dada saat menyadari gadis bernama Emily itu sudah ada di hadapannya sambil mengulurkan tangan. Padahal dirinya sudah terbiasa dengan gerakan cepat makhluk non-manusia seperti Kingsley. Tapi Queenza tetap kaget dengan gerakan Emily karena dirinya ketakutan.

"Kau takut padaku, ya?" tanya Emily dengan nada sedih.

Ya! "Ehm—tidak," jawab Queenza ragu.

Emily tersenyum geli. "Kalau begitu kita bersalaman. Aku ingin jadi temanmu."

Apa ini jebakan? Pikir Queenza. Tapi menuruti kata hati, perlahan Queenza menerima jabat tangan gadis itu.

"Aku tidak benar-benar ingin menyakitimu," ujar Emily setelah jabat tangan mereka lepas. "Setelah melihat wajahmu, aku tahu kau bukan orang jahat."

"Oh ya?" tanya Queenza ragu, belum sepenuhnya percaya pada gadis itu.

Emily tersenyum lebar tanpa berniat memberikan penjelasan. "Kau belum menjawab pertanyaanku sebelumnya. Apa kau sendiri yang memasak makanan itu?" Emily menunjuk piring dan gelas pecah di lantai sambil meringis. "Maaf sudah merusak barang-barangmu."

"Tidak apa-apa." Jemari Queenza saling meremas, masih berpikir dirinya belum sepenuhnya aman. "Ya, aku yang memasaknya."

"Wah, senang sekali mendengarnya. Aku tidak punya teman yang bisa masak. Mau mengajariku beberapa resep?"

"Kau mau?"

"Tentu saja. Nanti aku akan mempraktekkannya di rumah. Errie sangat menyukai masakanku."

"Errie? Lelaki yang tadi?" Queenza terbelalak. "Apa Kingsley akan baik-baik saja?" Dia mulai dihinggapi rasa khawatir.

Emily tersenyum lembut. "Kurasa Errie bukan tandingannya. Dia pasti baik-baik saja. Dan aku yakin juga bukan orang jahat."

"Kenapa kau bisa yakin? Kita harus melerai mereka sebelum ada yang terluka."

DHUARR!

Kedua gadis itu sama-sama kaget mendengar suara keras dari halaman belakang. Tapi kemudian Emily tersenyum sedih.

Kingsley & QueenzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang