Selasa (21.42), 02 Oktober 2018
---------------------------
Queenza tidak tahu kenapa tapi dia merasa dunia di sekelilingnya agak—yah, berbeda. Seolah tumbuh-tumbuhan itu memiliki jantung yang berdenyut. Seolah Alam sekitarnya bernapas, tanda kehidupan. Seolah banyak mata yang mengawasi gerak-geriknya.
"Kingsley." Queenza bergumam pelan seraya mendekat ke arah si tengkorak yang berjalan di depannya. Meski Kingsley juga makhluk aneh, tapi Queenza merasa lebih aman bersamanya.
"Kenapa?" tanya Kingsley menyadari perasaan gelisah Queenza. Beberapa waktu lalu saat baru keluar dari jurang, gadis itu tampak biasa saja. Tapi semakin lama, aroma ketakutan kian menguar dari tubuhnya.
"Kita berjalan ke arah yang benar, kan?" kali ini Queenza benar-benar melupakan betapa mengerikannya sosok Kingsley. Dia menggamit lengan Kingsley lalu memeluknya erat.
Sekilas Kingsley melirik lengan Queenza yang memeluk lengan tengkoraknya. "Kau mau jawaban jujur?"
"Kenapa kau bertele-tele. Tinggal jawab saja."
"Aku tidak tahu kita berjalan ke arah mana." Kingsley meringis.
Queenza berhenti mendadak membuat Kingsley juga berhenti lalu menoleh. "Jadi kita tersesat?!"
"Tidak karena aku sama sekali tidak tahu kita harus berjalan ke arah mana," sahutnya tanpa dosa.
"Itu artinya tersesat!"
"Kalau tersesat, kita tahu tujuan tapi salah jalan. Masalahnya aku tidak tahu tujuan kita, apalagi jalannya."
Queenza ternganga. "Kalau tidak tahu kenapa kau terus jalan? Kenapa tidak bilang padaku?"
"Kau tidak tanya," sahut Kingsley enteng sambil mengangkat bahu lalu hendak melanjutkan langkah.
"Kau masih mau jalan padahal tidak punya tujuan?!"
"Daripada kita berdiam diri saja di sini dan menunggu para Troll memakan kita. Ah, bukan kita, tapi kau. Troll tidak suka makan tulang."
Queenza melotot lalu refleks mencubit lengan Kingsley. Tapi kemudian dia meringis sakit. "Akhirnya kau sadar juga bahwa kau hanya kerangka."
"Yah, kerangka yang tampan."
Rasanya Queenza ingin menyumpal mulut tengkorak Kingsley dengan daun kering di sekitar mereka. Tapi dia menahan diri. "Aku yakin datang dari arah sana." Queenza menunjuk belakang mereka.
Kingsley menoleh ke arah yang ditunjuk Queenza. "Bukan, itu rumahmu."
"Rumah? Berarti benar, kan?"
"Kerajaan bangsa dryad. Kau mau pulang ke sana dengan tubuh manusiamu?"
Kening Queenza berkerut tidak mengerti. "Kau pasti sudah tertidur ratusan atau ribuan tahun. Tidak ada lagi kerajaan di zaman sekarang." Queenza terdiam sejenak. "Yah, masih ada beberapa negara yang memiliki kerajaan. Tapi pasti bukan kerajaan seperti yang kau maksud."
Kingsley tidak menyahut dan terus melangkah, membuat Queenza terpaksa membuntutinya.
"Baiklah, anggap saja kau benar tentang kerajaan druid atau apalah itu. Lalu kenapa kita tidak mampir ke sana saja? Mungkin ada seseorang yang bisa memberi kita petunjuk untuk keluar dari hutan ini."
"Tidak bisa. Aku tidak tahu siapa kawan dan siapa lawan saat ini."
"Tadi kau bilang kerajaan druid—"
"Dryad."
"Ya, terserahlah. Tadi kau bilang kerajaan itu adalah rumahku—meski aku tidak mengerti bagaimana bisa. Bukankah itu artinya orang-orang di sana adalah keluargaku? Tentu mereka akan membantu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Kingsley & Queenza
FantasyWARNING : Cerita ini memiliki efek ketagihan. Sekali baca gak akan bisa berhenti sampai berharap gak pernah tamat. Gak percaya, buktiin aja. ------------------------ Manis. Darahnya sungguh lezat. Itu adalah hal pertama yang dipikirkan Kingsley begi...