K&Q S.2 - 6

120K 15.4K 3.4K
                                        

Minggu (19.58), 10 Februari 2019

Masih ada yang nunggu?

-------------------------

Queenza tampak ragu saat kembali mengetuk pintu kamar Kingsley pagi ini. Kemarin setelah kepergian Kenzie, Kingsley terus mengurung diri dalam kamar. Bahkan dia sama sekali tidak keluar untuk sekedar ke kamar mandi atau mengambil minum.

Hal itu membuat Queenza gelisah. Dia bertanya-tanya apa terjadi sesuatu yang buruk pada Kingsley dibalik pintu kamar atau lelaki itu benar-benar marah hingga tidak mau berjumpa dengan Queenza meski hanya sekilas.

Tok... tok... tok...

Sama seperti sebelumnya, ketukan pintu yang Queenza lakukan tidak mendapat tanggapan. Perasaan kesal mulai merambati hati Queenza karena merasa Kingsley kembali bertingkah seperti bocah. Merajuk tanpa alasan.

"Kingsley, aku sedang malas meladenimu. Jadi berhentilah bertingkah seperti anak kecil dan ke dapur sekarang! Aku sudah menyiapkan sarapan."

Seruan tegas Queenza tak membuahkan hasil.

"Dengar, setidaknya beri aku alasan kenapa kau menyerang Kenzie. Apa dia berbahaya? Kalau iya, aku tidak akan mencegahmu lagi."

Tapi Queenza benar-benar ragu bahwa Kenzie berbahaya. Buktinya dia tidak melakukan apapun saat memiliki kesempatan dan Emily yang bisa membaca hati seseorang juga tidak menganggap Kenzie berbahaya.

Dua menit menunggu dan tetap tak mendapat tanggapan, akhirnya kemarahan Queenza mencapai puncak. Ini rumahnya dan dia tidak suka orang asing yang hanya menumpang memperlakukannya seperti pembantu.

"Baiklah, Kingsley! Aku sudah muak padamu. Seharusnya kau malu karena akulah pemilik rumah tapi kau malah merajuk padaku. Kalau kau memang seorang kaisar yang terhormat, seharusnya kau pergi saja dari sini. Toh semua kemalangan yang menimpaku bermula darimu."

Queenza terengah setelah mengatakan itu. Tapi detik berikutnya dia menyesal. Dirinya terdengar sangat kasar dan menyalahkan Kingsley atas semua yang terjadi. Padahal Kingsley juga tidak meminta tenggelam dalam takdir seperti ini.

Klek.

Queenza mundur selangkah melihat pintu di depannya terbuka dan menampakkan sosok Kingsley dengan raut datar yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.

"Kingsley, aku tidak bermaksud..."

"Aku mengerti." sela Kingsley. "Kau tidak bermaksud mengatakan itu. Tapi itulah yang kau pikirkan tentangku. Aku hanya orang asing yang membebanimu dan mendatangkan banyak kemalangan bagimu."

"Tidak, bukan begitu. Aku--"

"Aku akan pergi. Terima kasih atas semuanya. Baik dulu maupun sekarang. Seharusnya kita memang tidak pernah bertemu lagi."

Selesai mengatakan itu, Kingsley berjalan hendak melewati Queenza tapi Queenza menahan lengannya.

"Aku tidak menganggapmu membebaniku, sungguh. Aku senang tidak kesepian lagi di rumah ini."

Kingsley menunduk, menatap kedua tangan Queenza yang melingkari lengannya. "Kau punya teman-teman yang sangat peduli padamu. Dan kau juga punya saudara yang bisa kau datangi. Jika kau kesepian, itu memang keinginanmu."

Dengan lembut sekaligus tegas, Kingsley melepas tangan Queenza lalu berjalan menjauh menuju pintu depan.

Mendadak Queenza merasa lemas. Air matanya jatuh saat ia menatap punggung Kingsley yang menjauh. Tapi kemudian Queenza menghapus air matanya dengan kasar saat mendengar pintu depan terbuka.

Kingsley & QueenzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang