Hai jumpa lagi :)
Semoga masih menunggu cerita ini
***
Minggu pagi sekitar jam delapan Azel bangun. Biasanya dia tidak akan bangun jam segini, namun karena teringat janjinya dengan Reagan waktu itu, makanya dia segera bersiap dan mengganti bajunya.
Selesai bersiap dia turun ke bawah untuk sarapan dan dia berharap agar tidak bertemu dengan sang tuan raja yang selalu benar alias Wisnu papanya. Dia menjuluki itu karena papanya yang sewenang-wenang akan semuanya. Pokoknya apapun perkataannya harus dituruti, kalau tidak semua perkataan kasar akan keluar dari mulutnya.
Ditambah Azel yang memilih banyak diam didekat papanya itu, karena dia tidak mau salah berbicara. Setiap dia salah bicara atau bersikap langsung tidak disapa sama sekali. Bukan hanya sehari melainkan bisa mencapai tiga minggu atau lebih satu bulan karena masalah kecil. Oleh sebab itu, Azel banyak di kamar dan membuat jarak karena tidak mau salah atau apapun itu.
Sikap papanya yang seperti ini hanya berlaku pada dirinya, tidak pada kakak tirinya itu. Ketika Elina salah disaat itu papanya bertekad akan marah besar dan berjanji pada mamanya. Namun, itu tidak pernah ditepati, kalaupun papanya marah kepada Elina paling marah sebentar dan mengacuhkannya. Tapi, kalau soal uang pasti selalu ditanyakan berbeda kepada Azalea. Kalau sudah marah pasti tidak akan mempedulikannya sama sekali, seakan kesalahan Azel sangat besar layaknya seorang pembunuh yang tidak pantas dimaafkan.
Setiba di bawah Azel bernapas lega karena sangat sepi dan hanya ada mamanya yang tengah menata meja makan karena baru siap memasak.
"Pagi Ma!" sapa Azel singkat lalu langsung duduk di meja makan.
"Pagi sayang!"
"Gue nggak disapa nih?" tanya suara dari ruang tamu yang membuat Azel mendesah kesal karena tau siapa pemilik suara itu. Baru saja dia merasa sedikit tenang, malah langsung bertemu dengan manusia sok cari muka ini.
"Ma, aku izin keluar ada urusan sama temen," ujar Azel tanpa mempedulikan perkataan orang tadi.
"Ihhh ... kok adek gue sombong amat sih sama kakaknya? Hai Azalea Rosalind! Gimana kabar lo?" tanyanya lagi dengan heboh membuat telinga Azel sakit sendiri mendengar kata sok manis dari kakak tirinya itu.
Ya, dia adalah Elina kakak tirinya yang dia kenal baru satu tahun lalu dari mamanya. Dia awalnya memang tidak percaya, namun setelah semua penjelasan mamanya dia menjadi tidak peduli karena sikap Elina sama seperti anak kecil.
"Nggak usah sok baik didepan gue." Jawab singkat Azel dengan wajah datarnya.
"Siapa yang mengajarkan kamu bersikap seperti itu pada kakakmu hah? Walaupun dia kakak tirimu tetapi dia tetap kakakmu Azel." Sela Wisnu yang baru turun dari kamarnya dengan wajah tidak suka.
"Iya nih Pa. Azel malah kasar jawab pertanyaan aku, jelas-jelas aku bertanya baik-baik." Manyun Elina memeluk Wisnu dengan wajah dibuat-buat sedih.
"Kalo papa gue nggak ada, udah gue pastiin muka lo hancur dengan tangan gue." Gumam Azel kesal melihat tingkah sok cari muka kakak tirinya.
"Ma! Aku pamit dulu ya, Assalammualaikum," ujar Azel malah tidak peduli dengan semuanya. Awalnya dia merasa senang kalau paginya bisa tentram, tapi malah hancur hanya kehadiran Elina lagi, manusia yang kekurangan muka ini.
"Iya, hati-hati ya." Jawab Ranti tersenyum pada Azel.
"Berhenti! Kamu terlihat sudah hebat ya sekarang? Bisa-bisanya mengacuhkan saya dan tidak peduli dengan perkataan saya." Henti Wisnu ketika Azel berjalan didepannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
AZALEA [Completed]
Novela Juvenil⚠️Follow dulu sebelum membaca⚠️ Ini bukan kisah seorang cewek yang berkonflik dengan cowok bad boy, bukan juga kisah cewek yang humble ke semua orang dan berakhir disukai cowok idaman satu sekolah dan bukan juga kisah cewek yang dikejar seorang cowo...