Happy Reading :)
***
Keadaan SMA Rajawali masih seperti biasa, tidak ada yang menarik karena setiap harinya hanya belajar, belajar dan belajar. Kenapa sih sekali-sekali nggak diadain gitu lomba siapa yang paling malas?
Kan kalau ada Azel bisa ikut, terus pasti dia dinobatkan menjadi murid termalas di sekolah itu. Atau tidak lomba siapa yang bisa paling lama tidur ketika jam pelajaran, pasti Azel juga bisa menang. Tapi sudahlah itu hanya angan-angan saja, mana mungkin sekolah terkenal dengan murid yang pintar bakalan mengadakan lomba semacam itu.
Bisa hancur reputasi sekolahnya di mata masyarakat dan golongan-golongan orang kaya yang menjadi yayasan donatur di sekolah ini. Bahkan bisa bangkrut dan sekolah ini menjadi tinggal nama dan sejarah saja. Ngapain sih Azel mikirin itu segala? Kayak nggak ada hal lain saja dipikiran Azel.
Azel tengah dilanda kegabutan siang itu karena lelah melihat celotehan Bu Tiah yang tengah mengajar matematika. Bukannya dia tidak mengerti tapi hanya saja ibu ini mengajarkan kayak pakai turbo. Sekali dia ngedip saja, yang awalnya papan tulis berisi satu baris, eh sudah berubah menjadi lima baris saja.
Terus kalau sempat Azel menguap dengan durasi agak lama, pasti isi papan tulisnya sudah penuh. Membuat dia bingung sendiri dengan kecepatan Bu Tiah mengajar, apalagi pelajarannya sama sekali tidak ada gunanya di kehidupan sehari-hari. Jadi Azel sempat bertanya dalam hatinya, kenapa harus dipelajari? Toh, gunanya tidak ada. Mending belajar cara cepat dapat uang, itu baru ada gunanya di kehidupan kita pikir Azel.
"Oi Zel! Lo kenapa sih? Grasak-grusuk aja gue tengok?" ujar Freya yang kesal sendiri melihat tingkah Azel kayak orang lagi bisulan.
"Gabut gue Frey." Jawab Azel yang tengah sibuk memutar-mutar pena di tangannya.
"Ya Allah, bisa-bisanya lo gabut disaat kayak gini. Gue aja udah pusing mikirin tuh rumus dan lo malah nyantai." Omel Freya dengan beberapa kerutan di dahinya kesal menatap Azel.
"Nggak usah dipikirin amat, tetap jalani aja. Gimana ke depannya adalah takdir Tuhan." Jawab Azel dengan mata menatap malas papan tulis.
"Njir, woi ah." Freya tampak semakin kesal dan dia ingin sekali menggampar Azel saat itu juga, untung saja ada guru kalau tidak pasti sudah ada peperangan diantara mereka.
"Itu yang bicara, Azel! Kamu jawab soal didepan." Ketika Freya dan Azel heboh berdua, Bu Tiah malah mendengar dan menyuruh Azel untuk maju mengerjakan. Sedangkan Freya bernapas lega karena dia tidak kena.
Azel berjalan ke depan dengan semangat tidak ada sama sekali. Lalu, Bu Tiah menulis satu soal yang sungguh ribet dan memusingkan kepala bagi semua teman sekelas Azel dan tampak Vanya dan Rania tertawa senang kalau Azel mendapatkan masalah.
"Shit, itu soal apaan? Nggak salah tadi belajar barisan dan deret dah. Kok malah nyasar ke integral pelajaran semester dua nanti?" heran Freya menatap tulisan Bu Tiah di papan tulis.
"Kita loncat belajar ya Bu? Dari barisan dan deret ke integral?" tanya santai Azel.
"Iya, itu hukuman buat kamu karena berbicara ketika saya tengah mengajar." Jawab serius Bu Tiah yang membuat Azel menghela napas lelah. Bisa-bisamya ibu ini bersikap tidak adil, jelas-jelas Azel cuma gabut malah diberi hukuman kayak gini.
"Hahaha ... kasihan si Azel Bu, nggak paham dia tuh." Tawa Vanya dari bangku belakang bersama Rania.
"Ssstttt ... nanti saya suruh kamu ngukur panjang dan lebar sekolah, kamu mau?" ancam Bu Tiah yang membuat mereka langsung terdiam.
Sedangkan Azel malah sibuk menulis di papan tulis menjawab soal pemberian Bu Tiah dengan santainya. Yang awalnya papan tulis cuma terisi sedikit, sekarang sudah hampir penuh karena jawaban Azel.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZALEA [Completed]
Teen Fiction⚠️Follow dulu sebelum membaca⚠️ Ini bukan kisah seorang cewek yang berkonflik dengan cowok bad boy, bukan juga kisah cewek yang humble ke semua orang dan berakhir disukai cowok idaman satu sekolah dan bukan juga kisah cewek yang dikejar seorang cowo...