*89* DIA KEMBALI~

159 9 0
                                    

Happy Reading

***

"Res! Lo sampe kapan sembunyiin hal itu ke Azel? Lo kayaknya demen amat nyakitin orang?" tanya seseorang dengan senyum miringnya pada Ares.

"Munafik lo! Lo cuma cewek nggak penting, jadi nggak usah ngatur gue mau apa." Kesal Ares menjawab perkataan cewek itu.

"Nggak penting? Tapi cewek ini yang buat lo nggak bisa ngapa-ngapain, selalu bertekuk lutut ke gue karena kebenaran yang gue tau." Senyum mengejek cewek itu dengan tangan melingkar di dadanya.

"Cih! Awas lo bilang ke Azel, gue pastiin lo nggak bakal lihat dunia besoknya." Ancem Ares dengan tajam.

"Coba aja, kalau lo mau bunda lo ngelihat dia lagi dan bikin trauma lo kembali kambuh!" ancem balik cewek itu dengan alis terangkat satu.

"Sialan lo! Lo mau apa hah?" kesal Ares akhirnya.

"Mau gue cuma bermain-main sama lo, seperti perjanjian kita di awal." Jawab cewek itu berjalan mendekat ke Ares sembari memeluk Ares dengan sepihak.

"Gue bakal tepatin, lagi nunggu waktu aja. Kalau sekarang kayaknya kurang pas timing-nya." Jawab Ares mendesah lelah dengan kegilaan cewek itu. Andai saja dia tidak kalah, mungkin dia tidak akan melakukan hal merepotkan ini. Sampai rela mengganti sifat aslinya demi dia.

"Bagus deh, gue tunggu kabar baiknya." Senyum cewek itu meninggalkan Ares di parkiran dengan wajah kesalnya.

"Sialan tuh cewek ular!" umpat Ares lalu melajukan motornya untuk segera pulang.

***

Malam harinya, Ares baru tiba di rumah karena latihan basket dulu bersama sahabatnya. Dia juga sudah meminta maaf tentang perihal dia yang marah-marah tadi siang. Jadi, sahabatnya juga sudah mengerti dan kembali biasa saja.

Ketika baru membuka pintu, ternyata lampu di rumah itu masih gelap menandakan tidak ada orang di rumah itu. Ares mendesah lelah, malahan Pak Amir tidak mengatakan kalau bundanya belum balik.

Ares berjalan ke saklar lampu untuk menghidupkannya. Ketika dia hendak menaiki anak tangga, terdengar suara tangisan yang lirih, Ares menajamkan pendengarannya. Rasanya suara ini tidak asing, membuat dia langsung kaget dan berlari ke arah suara itu berada.

Di sana, sudah berada pembantunya yang selalu datang dua kali dalam seminggu. Mbak Nur namanya, dia tengah terduduk didekat bundanya yang berusaha menenangkan Intan.

"Bunda! Bunda kenapa? Kenapa nangis?" kaget Ares melihat Intan yang terduduk di sudut ruang tamu didekat sofa berada.

Namun, bukannya jawaban yang diberikan. Tapi, hanya isakan yang terdengar dengan bundanya menutup wajahnya dengan kedua lututnya. Ares semakin kelabakan dengan yang terjadi pada bundanya.

"Mbak! Bunda kenapa? Kok bisa kayak gini?" tanya Ares bertanya pada Mbak Nur yang menggeleng tidak tau.

"Tidak tau den, tadi Mbak baru sampe ke sini. Niatnya langsung ke dapur, tapi pas baru masuk Mbak kaget lihat ibuk udah duduk di sini meluk kakinya sambil nangis." Jawab Mbak Nur menjelaskan.

Ares yang mendengar semakin panik dan bingung sendiri akan melakukan apa. Karena biasanya yang membantu bundanya adalah Bi Nuri.

"Bun! Ada apa? Apa yang terjadi sama bunda? Cerita sama Ares," ucap Ares dengan nada lembut, sembari duduk di samping Intan berusaha membujuk agar sang bunda mau bicara.

Intan tampak terdiam, berusaha menghentikan tangisnya. Dia mendongak menatap wajah sang anak yang begitu cemas padanya. Dia tersentak melihat lekuk wajah itu, rahang yang tegas seperti orang itu.

AZALEA [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang