Happy Reading
***
Azel yang berlari menuju parkiran setelah dihentikan Reagan dan Freya tadi, langsung membawa motornya dengan kecepatan penuh meninggalkan sekolah. Pikirannya kacau, rasa sesak yang dirasakannya sejak tadi tidak berhenti, malahan semakin ngilu yang dia rasakan.
Apalagi sekarang semuanya hancur tak bersisa, mengapa dia harus kembali merasakan ini? Memang benar sejak awal kalau dia tidak usah percaya dengan yang namanya laki-laki. Bahkan sampai diperlakukan seperti ini, lagian papanya sendiri menyakitinya apalagi laki-laki lain. Pastinya mereka lebih kejam dari yang dia kira.
Azel membawa motor tanpa peduli apapun, yang jelas dia ingin melupakan rasa sakit dan sesak di dadanya ini, hanya itu. Dia menyalip dan membawa motor entah kemana, berusaha agar rasa di hatinya ini bisa hilang untuk sesaat.
Lama dia berputar dengan motornya, dia memilih ke danau biasa dia merenung. Dia ingin tenang dan sendirian di sana, sembari melihat langit cerah walau ada bayangan awan hitam yang ingin menghiasi langit.
Dia meletakkan motornya di tepi danau, lalu dia berjalan di pohon rindang dan menghempaskan bokongnya di tanah sembari menatap air danau yang tenang. Dia juga sedikit kesal karena tengah memakai seragam roknya, karena sangat kesal jadi dia lupa mengganti terlebih dahulu.
Dia duduk bersila, sembari menunduk memainkan rumput di bawahnya. Rasanya dia benar-benar berantakan untuk kali ini, bahkan dengan orang pertama yang membuat dia kembali percaya dengan namanya laki-laki.
Dia salah apa sampai takdir seperti ini padanya? Semesta seakan bercanda padanya, dikala dia didatangkan seorang laki-laki layakanya pangeran yang sempurna. Namun, langsung dihempaskan ketika mengetahui sifat aslinya, yang hanya mempermainkan dirinya layaknya boneka.
Sungguh, apakah dia harus kembali menjadi dulu dan benar-benar memutuskan untuk tidak mempercayai siapapun di dunia ini? Itu tidak mungkin, walau sebenarnya Azel tidak punya alasan kuat untuk mengatakan kalau masih ada orang yang peduli padanya.
Namun apa? Nyatanya memang mereka tidak mempedulikan Azel, mereka hanya peduli ketika Azel meraih prestasi dan dekat dengan cowok famous di sekolah. Bukan peduli karena Azel butuh tempat untuk cerita.
Sial! Kenapa seperti ini sih? Dia hanya butuh ketenangan dan kenapa malah Tuhan mengirimkan laki-laki yang seperti itu? Yang berlagak seperti laki-laki yang dibutuhkan Azel, tapi nyatanya tidak seperti itu.
Rasanya air mata ingin mengalir begitu deras dari matanya, tapi entah mengapa tidak bisa. Dia hanya terdiam menatap air danau yang semakin tenang, sesekali bergerak karena hembusan angin.
"Udahlah, lo nggak perlu meratapi semuanya Zel. Lagian lo bukan pameran utama di cerita ini, jadi apapun kebaikan tak berpihak sama lo. Semuanya bakal hancur kalau mengenai lo, udahlah nggak perlu seakan menjadi manusia paling tersakiti. Lo emang ditakdirkan sebagai manusia tidak beruntung, jadi nggak usah sok sad dengan semua ini," ujar Azel tersenyum getir walaupun rasa sesak tadi tidak sepenuhnya hilang.
"Huh! Udah ya Zel! Syukuri aja semuanya, selagi lo hidup cobaan bakalan menghantui lo. Kalo nggak mau ada cobaan, yok bundir." Senyum Azel lagi, walaupun dia masih ada sedikit rasa waras agar tidak bunuh diri, teringat sang mama di rumah yang sangat menyayanginya.
Azel lalu terdiam, sembari melempar batu ke danau. Berharap ada kejadian, bertemu dengan ratu mermaid atau ikan ajaib, terus ditanya mau minta apa atau nggak dibawa ke alamnya. Astaga! Mana mungkin Azel! Pikir gila Azel yang semakin frustasi.
"Mending ke tempat kerja deh, lagian udah mau jam setengah dua. Bentar lagi masuk," ucap Azel memutuskan untuk ke tempat kerjanya dan sebelumnya dia harus memasang wajah biasa dulu. Agar tidak ada yang heran dan penasaran dengan apa yang terjadi padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZALEA [Completed]
Novela Juvenil⚠️Follow dulu sebelum membaca⚠️ Ini bukan kisah seorang cewek yang berkonflik dengan cowok bad boy, bukan juga kisah cewek yang humble ke semua orang dan berakhir disukai cowok idaman satu sekolah dan bukan juga kisah cewek yang dikejar seorang cowo...