Happy Reading
***
"Gue minta maaf karena waktu itu tiba-tiba bilang kalau gue nggak suka lo. Gue juga beralasan kalau gue dipaksa Freya sama Reagan. Gue sebenarnya cuma terpaksa karena diancam sama Elina. Gue nggak mau lo kenapa-napa hanya karena gue, maka dari itu gue lebih milih jauhin lo." Jelas Azel menatap Ares dengan penuh penyesalan.
"Gue ngerasa bersalah banget, apalagi sampai bikin lo sakit hati dan milih deket sama Vanya. Disitu gue bener-bener sakit hati juga ketika lihat lo sama Vanya, ketawa bersama bahkan waktu gue pingsan gue begitu berharap lo ada disamping gue waktu itu. Namun, lo nggak ada." Tambah Azel dengan wajah sendu.
"Hei!" usap pelan Ares pada punggung tangan Azel.
Dia mendongak memperhatikan wajah Ares yang tersenyum manis padanya. Mau tidak mau Azel juga ikutan tersenyum, karena entah kenapa senyum Ares seakan memanahnya ingin ikutan tersenyum juga.
"Gue juga ngerasa gitu dari awalkan? Bahkan gue ketawa pas lo bilang gitu, tapi pas lo bilang beneran dan wajah lo terlihat serius. Gue jadi ragu, makanya gue sakit hati karena itu. Gue juga salah, lebih memilih keegoisan gue daripada berusaha mengejar lo Zel. Gue awalnya bingung dengan perasaan gue sendiri, tapi setelah ngelihat lo menjauh dari gue dan apalagi lo kayak kemarin, hati gue makin hancur. Disitulah gue sadar, kalau gue sudah mencintai lo." Jawab Ares dengan penuh keyakinan menatap Azel.
"Lagian pas lo pingsan, gue nemuin lo di ruang kesehatan dan bawain makanan sama minuman buat lo. Namun, pas lo mau bangun gue keluar karena rasa gengsi dan egois gue sama lo masih besar. Gue bukan nggak peduli sama lo kemarin, malahan gue khawatir banget pas lo nggak masuk dan sampai pingsan waktu itu." Tambah Ares jujur akhirnya pada Azel, yang membuatnya mendongakkan kepalanya kaget, kalau Ares-lah yang meletakkan makanan itu ketika dia pingsan.
"Jadi? Gue kira lo beneran nggak peduliin gue Res." Jawab Azel tidak menyangka dengan hal itu.
"Udah, yang penting gue udah tau kebenarannya. Jadi, nggak ada salah paham diantara kita lagi. Mulai dari hari ini, gue nggak mau lo kayak kemarin lagi. Pokoknya apapun masalah lo, cerita ke gue karena gue bakalan dengerin dan bantu lo. Apapun itu, kita hadapi bersama, karena lo adalah milik gue. Paham?" peringat Ares menatap serius Azel.
Azel yang mendengar memilih memalingkan wajahnya karena malu dengan perkataan Ares padanya. Sungguh, Ares membuatnya salah tingkah jadinya.
"Iya paham." Angguk Azel menuruti Ares.
Kenapa dia menjadi penurut seperti ini? Ayolah, dia juga bingung kenapa bisa seperti ini, tapi yang jelas apa yang dikatakan Ares seakan suatu perintah yang tidak boleh dilanggar sedikitpun. Makanya dia lebih memilih mengikuti daripada menolak dan melawan laki-laki ini.
"Pinter," usap Ares pada puncuk kepala Azel.
"Apaan sih lo?" tawa Azel karena melihat raut wajah kesal Ares, ketika dia mengatakan itu.
"Udah, sekarang lo tidur. Nanti telat lagi, pokoknya yang namanya telat nggak ada lagi dalam hidup lo." Suruh Ares pada Azel.
"Biarin." Jawab singkat Azel, tapi tetap saja berjalan menuju kamar dan tidur setelah itu. Membuat Ares tertawa lucu melihat tingkah perempuan itu.
***
Keesokkan paginya, Azel bangun cepat karena tidurnya sangat awal sekali tadi malam. Dia bersiap lalu langsung menuju meja makan karena ingin sarapan dulu. Di sana sudah terhidang roti isi selai coklat dengan segelas susu dan pastilah ini buatan Bi Nuri.
Ketika Azel tengah sibuk memakan sarapan, terdengar tombol kunci apartemen terbuka dan masuklah Ares yang sudah siap ke sekolah. Dia tersenyum pelan pada Azel lalu duduk didekatnya dan sebelum itu pastinya mengusap pelan kepala Azel.

KAMU SEDANG MEMBACA
AZALEA [Completed]
أدب المراهقين⚠️Follow dulu sebelum membaca⚠️ Ini bukan kisah seorang cewek yang berkonflik dengan cowok bad boy, bukan juga kisah cewek yang humble ke semua orang dan berakhir disukai cowok idaman satu sekolah dan bukan juga kisah cewek yang dikejar seorang cowo...