*57* KABUR~

242 22 0
                                    

Happy Reading

***

"CEPAT KEJAR DIA, AWAS SAJA KALIAN TIDAK MENDAPATKANNYA. KEPALA KALIAN YANG AKAN JADI PAJANGAN DIA RUANG KERJA SAYA!" teriak Wisnu menggema di ruang bawah tanah itu.

"Baik bos." Angguk bawahannya itu yang baru tiba di ruang bawah tanah karena dia dari lantai atas dan langsung mengejar Azel.

Azel terus berlari tidak mempedulikan dengan kakinya yang tidak memakai alas apapun, bahkan dia menginjak batu dan ranting yang cukup tajam tadi. Sudah dipastikan banyak luka nantinya di telapak kakinya itu.

Azel semakin mempercepat langkahnya dan melihat rerumputan yang cukup lebat tak jauh dari sana. Dia langsung berlari dan berjongkok menundukkan kepalanya bersembunyi agar bawahan papanya tidak mengetahuinya.

Dia merapalkan doa dalam hati agar Allah membantunya untuk malam ini, dia masih ingin hidup dan membuktikan kalau dia itu bisa pada papanya. Dia menggigil sangat hebat, dengan degupan jantung yang ketakutan dan rasa cemas serta trauma yang pernah dia alami waktu itu kembali teringat olehnya.

Dia menutup mulutnya agar tidak keluar suara apapun, dia semakin pusing karena kepalanya yang sangat perih dan sakit. Darah tidak berhenti mengalir dari kedua sudut bibirnya, hidung, kening dan kepala belakangnya. Bahkan kedua lututnya yang sudah dia obati tadi, kembali terluka cukup besar karena terjatuh beberapa kali ketika berlari tadi.

Setangah jam dia bersembunyi dan mengintip keluar melihat apakah masih ada bawahan papanya mencari dirinya dan dia begitu bersyukur ketika tidak melihat adanya tanda-tanda dari bawahan papanya itu. Dia keluar dengan hati-hati, mengedarkan pandangan melihat ke arah mana dia akan berlari lagi dan dia memutuskan untuk lari ke taman yang tidak terlalu jauh dari sana.

Azel sangat ketakutan ketika melihat wajah papanya, baru kali ini tatapan membunuh begitu terasa baginya. Bahkan papanya tidak segan-segan mencelakai dirinya sampai terluka seperti ini. Dadanya sesak dan jantung yang berdegup sangat kencang, karena cemas kalau dia akan ditemukan anak buah papanya.

Dia berlari sembari memeluk tubuhnya yang merasakan hawa dingin yang menusuk tubuhnya, karena malam sudah sangat larut. Mungkin sudah lewat jam satu, dia semakin bingung akan kemana. Apalagi ponselnya tidak di tangannya, membuat dia tidak bisa berpikir dengan cepat sekarang ini.

Dia terus berlari hingga di suatu jalan yang cukup besar namun masih di kompleknya, dia tidak mengetahui kalau ada motor dengan kecepatan penuh melaju ke arahnya. Dia yang tidak bisa mengelak lagi hanya berjongkok menutup telinganya dan tersadar kalau hidupnya akan berakhir disini.

Dia menutup kuat kedua matanya, namun sedikit lama tidak ada yang terjadi, dia membuka kembali matanya ternyata motor itu berhenti tepat di depannya. Dia masih berjongkok, dengan rasa ketakutan, sedih dan dingin menjadi satu. Dia sudah tidak sanggup berdiri, kepalanya kembali pusing. Dia terhuyung dan terduduk di aspal dingin itu sembari memeluk dirinya.

Pengendara motor yang hampir menabraknya, langsung turun dan menghampiri Azel, dia sangat cemas dan takut kalau perempuan ini kena dengan motornya tadi. Maka dari itu dia memastikan keadaannya.

"Mbak! Mbak nggak papa kan?" pegang pelan pengendara motor itu pada bahu Azel.

Azel secara perlahan mendongakkan kepalanya melihat orang itu, sontak mata coklatnya yang berlinang air mata langsung membulat, melihat orang yang berada didepannya sekarang.

***

Ares yang masih diam terduduk bersama Reagan di tepi kolam tadi mangajak sahabatnya kembali masuk dan mereka kembali heboh sembari bermain game serta memakan pizza yang masih belum habis tadi.

AZALEA [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang