*79* DIHADANG~

148 12 0
                                    

Malam ini Ares baru pulang dari latihan basketnya, agak sedikit telat karena habis latihan sedikit lama. Biasanya yang selesai jam 5, ini selesai jam 7 malam karena hari pertandingan sedikit lagi. Ares yang teringat dengan pesanan bundanya untuk membelikan martabak kesukaannya, singgah dulu ke tempat biasa dia beli.

Dengan keberuntungan tidak berpihak padanya, ternyata antrian di tempat martabak itu sangat panjang. Membuat Ares mendesah lelah melihatnya, dia sudah cukup lelah habis latihan. Malah disuruh antri lagi di sini.

Awalnya dia memutuskan untuk balik saja, karena dia yakin kalau di jam sembilan atau sepuluh malam dia bisa mendapatkan pesananannya. Namun, dia teringat bundanya yang sangat ke pingin memakan martabak kesuakaannya itu tadi. Sehingga mau tidak mau, dia memilih tetap stay di sana sampai dia mendapatkan yang dia mau.

Setengah jam berlalu, pesanan masih di nomor 150 sedangkan Ares berada di urutan 204. Masih lama, dia pun mengalihkan kegiatannya ke ponsel memilih menghubungi Azel.

"Halo!" sapa Ares dengan wajah tersenyum.

"Hm, ada apa?" tanya langsung Azel yang tengah berdiri memasak pesanan di café Reagan.

"Nggak, cuma pengen telpon doang. Lagi apa? Lo udah siap kerja?" tanya beruntun Ares.

"Belum, ini lagi buat pesanan pelanggan." Jawab Azel sembari mengaduk makanan yang tengah dia masak.

"Berarti gue ganggu dong?" tanya Ares yang membuat Azel mendesah lelah dengan pertanyaan bodoh itu.

"Menurut lo?" tanya balik Azel dengan nada ketus.

"Hahaha ... Ya sorry, soalnya gue kangen sih sama lo." Jawab Ares setelah tertawa lepas mendengar kekesalan Azel.

"Ihhh ... Jijik gue dengernya," ujar Azel bergidik ngeri.

"Jujur gue Zel, nggak boong." Jawab Ares lagi masih bersikekeuh dengan perkataannya tadi.

"Bodo ah. Oiya udah siap latihannya?" tanya Azel kali ini.

"Udah." Angguk Ares tersenyum senang ketika Azel bertanya balik padanya.

"Terus lo di mana sekarang? Udah balik? Atau masih ngumpul?" tanya beruntun Azel.

"Lagi antri martabak buat bunda nih." Jawab Ares bernapas lelah.

"Oalah, kirain udah balik." Angguk Azel dengan wajah biasa saja.

"Yakali balik, nomor antrian gue aja 204 sedangkan masih di nomor 152." Jawab cemberut Ares yang membuat Azel mendengarnya menjadi tertawa.

"Wahahahaha ... Kasihan! Sabar yak, orang sabar di sayang mbak kunti deket toilet sekolah kok." Tawa Azel menertawai Ares.

"Ya Allah, jahat banget lo Zel. Mending di sayang sama lo daripada mbak kunti. Ntar dibawain kembang 7 rupa gue." Geleng kepala Ares mendengar penuturan Azel.

"Biar anti mainstream Res! Hahahaha ...." Tawa Azel lagi membuat Ares ikutan tertawa mendengar Azel.

"Udah ah, gue mau lanjut dulu yak, banyak banget pesanan." Pamit Azel pada Ares setelah berhenti tertawa tadi.

"Oke deh. Oiya nanti pulang hati-hati, kabarin kalau udah sampe." Peringat Ares sebelum Azel mematikan sambungan telepon mereka.

"Iya-iya. Dah ya." Jawab Azel menggangguk pasrah.

"Babay srigala kutub Ares." Senyum Ares setelahnya.

"Iya jelangkung bin aneh." Jawab Azel berusaha menahan senyumannya.

Setelah itu sambungan telepon terputus, dengan Ares masih mengukir senyum senang karena selesai telponan dengan bebeb tercinta, eh maksudnya Azel wkwkwk.

AZALEA [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang