Happy Reading
***
Sepulang sekolah mereka bertiga ditambah empat sahabatnya yang lain, langsung menuju rumah sakit Azel dirawat. Reagan bersama Freya tentunya mengendarai mobil, Ares bersama temannya yang lain mengendarai motor sembari mengikuti Reagan dari belakang.
Tidak butuh waktu lama, mereka akhirnya tiba di rumah sakit. Mereka langsung memarkirkan mobil dan motor mereka dan segera masuk mengikuti Reagan yang berjalan duluan bersama Freya.
Dari pintu utama rumah sakit ke ruang ICU cukup jauh ke dalam, sehingga mereka harus melewati lorong-lorong yang ramai akan pasien yang berlalu lalang, beserta keluarga pasien dan orang yang tengah menjenguk.
Tidak lama, mereka akhirnya sampai didepan ruang Azel, di mana di sana hanya ada Ranti yang duduk menatap sang anak dari luar. Berharap Azel segera sadar dan dia dapat melihat senyum anaknya kembali.
"Assalammualaikum tante!" sapa mereka semua sembari menyalaminya.
"Waalaikumsalam, kalian? Baru pulang sekolah ya?" kaget Ranti tersadar dari lamunannya, sembari bertanya kepada mereka semua.
"Iya Tan, terus kami langsung ke sini." Angguk Freya mengiyakan.
"Gimana Tan sama Azel? Apa ada perkembangannya?" tanya Reagan sembari menatap Azel yang masih tenang didalam.
Ranti hanya menggeleng dengan wajah sedih, entah sampai kapan anaknya akan koma seperti ini. Bahkan sekarang sudah hari kedua dia di sana, dia tidak mau semakin lama lagi anaknya di sana.
Freya yang melihat, ikutan bersedih. Dia memilih duduk didekat Ranti, sembari mengusap lembut bahunya supaya dia bisa lebih tenang dan bersabar.
"Gimana sama jantung Azel Tan? Apa sudah membaik?" tanya Ares kali ini, menatap kaca pembatas sembari mengusapnya pelan. Seakan wajah Azel yang tengah dia usap saat ini.
"Dokter hanya mengatakan kalau luka Azel sangat fatal, dia juga bilang kalau ini adalah mukjizat. Karena belum ada orang yang selamat setelah tertusuk seperti ini, tapi Azel Alhamdulillah masih bisa bertahan." Jawab Ranti menunduk sedih.
"Berarti untuk kemungkinan Azel sembuh total tidak terlalu besar Tan?" tanya Nevan berjalan melihat Azel lebih dekat ke kaca pembatas.
"Dokter hanya bilang akan berusaha, karena ini semua juga kehendak Tuhan. Kita hanya bisa berdoa dan berharap adanya keajaiban. Namun, kalau seandainya Azel bisa sembuh, kegiatannya akan dibatasi. Dia tidak boleh kecapekan seperti sebelumnya, karena lukanya tidak bisa sembuh total." Jelas Ranti yang diangguki oleh mereka semua.
Ares yang mendengar, memilih untuk diam, karena dia tengah mematung menatap Azel dari luar. Dia berharap mata indah itu segera terbuka, menatap dirinya dengan tatapan tajam. Dia rindu dengan semua yang ada pada Azel, dia ingin Azel kembali seperti semula.
"Nggak usah ditangisin, udah karma lo juga kan bikin Azel menderita!" celetuk Reagan menatap sinis Ares di sampingnya, walau dia sebenarnya hanya berusaha menghibur Ares yang merasa benar-benar bersalah.
Dia juga merasakan hal yang sama, karena dia tidak becus dalam menjaga Azel. Bahkan dia sudah berjanji pada dirinya, tapi dia bisa-bisanya teledor seperti ini. Seharusnya kemarin dia tidak pergi bergitu saja ketika Azel mengusirnya bersama Freya. Seharusnya dia menghibur Azel. Ada banyak kata harus yang tak tersampaikan, membuat Reagan kesal sendiri jadinya.
"Gan! Gue mau donorin jantung gue buat Azel," celetuk Ares menatap serius Reagan yang terganga sendiri mendengar perkataan sahabatnya itu.
"Nggak usah ngelantur, lo kalo ngantuk mending tidur dah." Jawab Reagan masih tidak percaya.

KAMU SEDANG MEMBACA
AZALEA [Completed]
Teen Fiction⚠️Follow dulu sebelum membaca⚠️ Ini bukan kisah seorang cewek yang berkonflik dengan cowok bad boy, bukan juga kisah cewek yang humble ke semua orang dan berakhir disukai cowok idaman satu sekolah dan bukan juga kisah cewek yang dikejar seorang cowo...