Happy Reading
***
Ares yang meninggalkan sekolah tadi, dengan keceptan penuh menggunakan motornya, ingin segera melepaskan semua emosinya. Dia benar-benar sangat emosi, apalagi mendengar perkataan teman seangkatannya tadi yang malahan dengan seenaknya menceramahi dia seperti tadi.
"Sial! Sial! Kenapa malah jadi gini sih! Sialan!" umpat Ares berteriak dari motornya sembari memukul stirnya dengan sekuat tenaga.
Dia memilih semakin menambah laju gas motornya dan berakhir dia memutuskan untuk duduk di salah satu café biasa. Dia ingin menenangkan pikirannya dengan secangkir cappuccino yang ingin dia pesan.
Dia memilih diam dan mematikan ponselnya, agar dia bisa sendiri saat ini. Dia benar-benar tidak berpikir kalau ini semua bakalan terjadi, apalagi semua orang yang memihak Azel, cewek yang notabenenya pemalas di sekolah.
Cukup lama dia terdiam, akhirnya dia tersentak ketika pelanggan café mengantarkan pesanannya. Dia tersenyum tipis, sembari berterima kasih, lalu menyeruput minumannya sampai seperempat gelas.
Rasa dingin langsung menjalar ke seluruh tubuhnya dengna aroma kopi yang membuat dirinya cukup tenang. Namun, bayangan mengenai Azel tadi siang kembali memutar kepalanya, membuat pusing kembali menjalar di kepalanya.
Dia memijit perlahan sembari merpalkan dalam hati, 'gue nggak peduli' kata itu terus. Dia kembali biasa saja, tidak memikirkan semuanya. Selesai dia menghabiskan minumannya tadi, dia memilih keluar dan tak lupa membayarnya.
Dia juga sengaja meletakkan motornya agak jauh di gedung seberang jalan, sehingga dia harus berjalan ke sana dulu dan melintasi padatnya jalan siang ini, karena jam makan siang. Ares sempat mengumpat, tapi ketika hendak melintas dia kembali terpikir masalah tadi.
Sehingga, dia tidak fokus dan asal melintas saja, membuat mobil yang tengah melaju kencang langsung mengklakson Ares cukup kuat. Ares ikutan kaget, karena mobilnya sudah dekat dengannya. Kepalanya terasa blank saat ini, sehingga dia hanya pasrah akan terjadi apa selanjutnya.
Dia menutup matanya, berharap ada suatu keajaiban dan ternayata benar saja. Dia tidak merasakan apa-apa, selain tarikan dari seseorang pada bahunya. Dia membuka matanya dan ternyata dia sudah ditepi jalan. Sedangkan orang di mobil tadi tampak kesal dan menurunkan kaca mobilnya.
"Lain kali kalau nyebrang lihat-lihat, jangan asal jalan aja!" peringat orang itu lalu kembali melajukan mobilnya.
Ares yang masih syok karena tadi hanya terdiam dan kembali tersentak mendengar suara yang tak asing baginya.
"Kamu nggak papa kan?" tanya orang itu menatap cemas Ares.
Ares yang membalikkan kepalanya menatap orang didepannya, langsung kaget kembali. Dia tidak menyangka kalau orang ini akan membantunya, bahkan menyelamatkan nyawanya sebentar ini. Orang itu yang selalu mengatakan kalau dia adalah ayahnya Ares.
"A-anda?" tatap takut Ares pada orang itu.
Tubuhnya kembali bergetar, dengan rasa cemas dan takut menjadi satu. Kepalanya sudah kembali pusing dan dia ingin segera pergi dari sini.
"Kamu tenang dulu ya, tarik napas. Jangan panik, saya nggak bakal apa-apain kamu. Saya janji, okey?" tenang laki-laki itu berusaha menenangkan Ares.
Ares berusaha untuk tenang, walau napasnya sudah tersenggal karena takut dengan orang didepannya ini. Walaupun dia masih berterima kasih ke laki-laki ini, tapi tubuhnya benar-benar tidak bisa berkompromi.
"Sa-saya harus pulang, terima kasih atas bantuan anda," ujar Ares berkeringat dingin menahan sesak di dadanya.
"Nak! Ayah mohon sama kamu, dengerin penjelasan ayah sebentar aja. Ayah nggak bakal nyakitin kamu, ayah janji." Mohon laki-laki itu akhirnya dengan wajah sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZALEA [Completed]
Ficção Adolescente⚠️Follow dulu sebelum membaca⚠️ Ini bukan kisah seorang cewek yang berkonflik dengan cowok bad boy, bukan juga kisah cewek yang humble ke semua orang dan berakhir disukai cowok idaman satu sekolah dan bukan juga kisah cewek yang dikejar seorang cowo...