*17* GELAP~

475 43 0
                                        

Happy Reading :)

***

Sesampainya Azel di kamar, dia langsung mendudukkan dirinya didekat jendela kamarnya, dia menatap bulan yang bersinar terang dengan wajah yang tidak dapat diartikan. Perasaannya saat ini tidak dapat dia jelaskan, dia tidak sedih dan juga tidak senang.

Yang tadinya bintang sudah kembali bersinar menemani bulan, sekarang awan kembali menutupinya karena masalah yang terjadi padanya tadi. Dia tidak habis pikir dimana letak kesalahannya tadi, hingga sampai membuat papanya marah seperti itu.

Lagian dia merasa tidak bersalah, karena dia cuma pergi dengan Ares ke mall dan mereka pun juga makan dan menonton saja. Apa itu salah di mata papanya? Tetapi, kenapa Elina yang pergi tidak dimarahi? Apa sih mau papanya itu? Dia di rumah saja dan di kamar saja salah di mata papanya, terus ketika keluar rumah juga salah. Jadi, Azel harus apa? Bagi dua tubuhnya gitu?

Aish, dia menghela napas kasar menghadapi semua ini. Lelah yang dia rasakan kembali, dia tidak bekerja cukup melelahkan tapi rasa tubuhnya sangat capek. Rasanya memang tidak berguna mengharapkan agar kita bisa dicintai oleh orang yang membenci kita. Percuma saja, karena dia tetap akan membenci kita untuk selamanya.

"Dek! Kenapa bukan kalian aja yang hidup sih? Kalau kalian yang hidup pasti papa sama mama bakalan bahagia karena ada kalian. Nggak kayak gue, selalu dibenci dan tidak diharapkan. Gue capek di dunia yang keras ini, gue udah berusaha menjadi anak yang diinginkan papa. Tapi, ada aja salah gue Dek. Bahkan ketika gue salah, gue sampai nggak disapa sama papa sampai berbulan-bulan," ujar lirih Azel yang masih menatap langit yang semakin lama menggelap karena bulan mulai ditutupi oleh awan.

"Apa sebegitu buruknya gue di mata papa ya? Sehingga ketika gue berbuat baik pun juga tidak bisa membuat hati papa senang. Dek, andai kalian yang hidup pasti mama nggak bakalan ngerasain kesedihan ini. Pasti mama akan selalu tersenyum dan bangga karena kalian, bukan kayak gue yang selalu menyusahkan dan menjadi beban saja di rumah ini. Dek, kenapa kalian nggak bawa gue pergi juga buat ngerasain kebahagiaan yang tengah kalian rasain sekarang?" ujar lagi Azel dengan wajah yang semakin sendu tanpa menitikkan air mata.

"Gue lelah, beneran lelah. Tuhan, gue pengen kembali ke pelukan Engkau, bawa gue pulang karena kalaupun gue pergi dari dunia ini, nggak bakalan ada orang yang ngerasa kehilangan. Mereka akan bahagia karena kepergian gue, please Tuhan. Gue udah capek sama semuanya, gue ngerasa cuma berlari di hutan belantara yang sangat gelap, berharap akan mendapatkan cahaya dan pelangi yang indah. Tapi, tidak kunjung gue dapatkan karena semuanya hanya kemustahilan saja, sebab gue selalu tersesat di tempat yang sama yaitu kegelapan." Tambah Azel yang kemudian menelungkupkan kepalanya di meja dekat jendelanya itu berada.

Dia tidak tau akan berbuat apa, dia ingin mempercepat hari kematiannya tapi tidak dengan cara bunuh diri. Andai kalau dia bisa memberikan nyawa kepada orang yang akan meninggal, pasti dia lakukan. Mungkin itu akan berguna bagi orang itu, bukan sepertinya yang hanya dianggap sebagai sampah.

Dering ponselnya tak lama bergema menandakan ada panggilan masuk, dia merasa enggan untuk mengangkatnya. Namun, beberapa kali kembali berbunyi membuat dia terpaksa melihat siapa yang menghubunginya. Freya, ternyata sahabatnya lah yang tengah meneleponnya itu. Dia kemudian mengangkat dan meletakkan benda pipih itu didepan telinganya, sembari menunggu perkataan apa yang akan diucapkan sahabatnya itu.

"Zel! Kemana aja lo sih? Lama amat mau angkat telepon gue, sampai beberapa kali gue ulang baru diangkat." Kesal Freya dengan nada sedikit tinggi. Azel sedikit tersenyum mendengar omelan sahabatnya. Hanya karena tingkah sahabatnya ini dia bisa kembali melupakan masalah yang datang kepadanya.

"Ihhh Zel, kok malah diem sih? Ah lu mah." Dumel Freya kembali karena tak kunjung mendengar jawaban dari Azel.

"Iya maaf Frey, tadi lagi di kamar mandi." Bohong Azel pada sahabatnya itu.

AZALEA [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang