Happy Reading
***
"Aku pamit sama bibi dulu," ujar Azel lalu menuju dapur.
"Bibi!" panggil Azel pelan.
"Iya Non, ada apa?" tanya Bi Nuri langsung berjalan ke hadapan Azel.
"Aku mau pamit Bi, aku mau balik." Jawab Azel menatap sendu Bi Nuri yang sudah dia anggap seperti neneknya sendiri.
"Kok cepet amat Non? Non nggak betah ya di sini?" tanya Bi Nuri yang juga tampak sedih.
"Nggak kok Bi, malahan aku bahagia bisa jumpa sama bibi. Makasih ya Bi, bibi udah rawat aku pas aku sakit. Bibi juga baik banget udah masakin aku masakan yang enak banget. Kapan-kapan ada waktu aku main ke sini deh." Jelas Azel memegang lengan Bi Nuri dengan senyum cerahnya.
"Iya Non, lagian juga udah tugas bibi. Hati-hati ya, jangan lupain bibi." Nasehat Bi Nuri mengusap lembut lengan Azel.
"Aku balik ya Bi. Assalammualaikum." Peluk Azel sebentar pada Bi Nuri.
Atomosfer di sana pun seketika berubah menjadi sendu. Ares yang melihat dari jauh juga terharu karena melihat kedekatan Azel dengan bibinya. Dia yang tidak kuat menunggu didekat pintu karena tidak mau terlihat semakin sedih.
"Waalaikumsalam." Jawab Bi Nuri melepas pelukannya.
Lalu, dia mengikuti Azel ke pintu utama. Wajah haru Bi Nuri tercetak jelas, namun dia juga tidak mau kelihatan sedih. Maka dari itu, dia berusaha tetap tersenyum walau wajah tidak bisa membohongi.
"Oiya Bi, jangan masak banyak buat makan malam ya. Buat bibi aja, soalnya aku pulang juga Bi," ucap Ares teringat.
"Ok Den." Jawab Bi Nuri tersenyum tulus.
Mereka pun turun ke lantai dasar, lalu berjalan menuju parkiran mobil Ares. Azel hanya diam karena masih merasa sedih dengan perpisahan bersama Bi Nuri. Sungguh, Bi Nuri persis seperti neneknya, membuat dia bisa melepas rindunya sesaat karena nenek dan kakek dari pihak ibu serta ayahnya sudah tiada.
Ares yang melihat Azel tetap diam, berusaha untuk menghiburnya. Tapi, diapun ikut bingung akan menghibur tentang apa. Setelah mereka masuk mobil, Ares langsung melajukan mobil dengan kecepatan sedang.
Sesekali Ares melirik Azel yang sibuk memerhatikan jalanan. Dia semakin bingung akan memulai pembicaraan darimana. Astaga, dia tidak bisa di situasi yang seperti ini. Serba salah jadinya.
"Zel!" panggil Ares yang memberanikan dirinya.
"Hm." Gumam Azel tanpa mengalihkan pandangannya.
"Waktu itu pas kaki lo terkilir, Pak Anto bilang lo ada latihan. Latihan apa? Kok nggak jadi kemarin?" tanya Ares beruntun yang teringat dengan perkataan gurunya itu.
"Oh nggak, latihan kebugaran doang. Gue sering olahraga dan ternyata yang jadi pelatihnya Pak Anto. Makanya gitu." Jawab bohong Azel, karena yang dia tidak mau Ares tau latihan yang dimaksud gurunya itu.
"Terus pertandingan itu?" tanya Ares lagi.
"Hah? Pertandngan? Lo salah denger kali, yakali cuma olahraga biasa ada pertandingan." Elak Azel menjawab pertanyaan Ares.
"Oh, kirain lo ada ikut bela diri atau apa gitu." Angguk Ares akhirnya tidak kepo lagi.
"Yakali Res, nggak kok." Geleng cepat Azel.
"Ya udah deh, ini langsung balik ke rumah lo kan? Beneran udah siap?" tanya Ares memastikan.
"Iya, udah siap banget malahan." Angguk Azel percaya diri.

KAMU SEDANG MEMBACA
AZALEA [Completed]
Teen Fiction⚠️Follow dulu sebelum membaca⚠️ Ini bukan kisah seorang cewek yang berkonflik dengan cowok bad boy, bukan juga kisah cewek yang humble ke semua orang dan berakhir disukai cowok idaman satu sekolah dan bukan juga kisah cewek yang dikejar seorang cowo...