Happy Reading
***
Siang ini, Ares baru pulang sekolah dan setiba di rumah, dia telah melihat sang bunda tengah sibuk menyusun pesanan ke dalam plastik dan siap untuk mengantarkannya. Biasanya pelanggan bundanya akan menjemput dan hanya sesekali bundanya mengantarkan seperti ini.
"Bunda mau nganterin pesanan ya?" tanya Ares karena melihat pakaian bundanya sudah rapi.
"Iya, bunda sekalian arisan di mall biasa. Nanti kamu makan dulu aja ya, takutnya bunda kemalaman pulangnya." Jawab Intan sembari membalikkan tubuhnya menatap Ares.
"Ya udah bentar Bun, aku ganti baju dulu buat antar bunda," ujar Ares segera berjalan menuju kamarnya.
"Nggak usah sayang, bunda naik gocar aja. Kamu baru pulang pasti kecapekan, kamu istirahat aja. Bunda udah pesen juga tinggal nunggu datang." Henti Intan sebelum Ares sempat menginjak tangga.
"Enggak capek Bun, bunda bisa batalin aja. Aku antar ya?" geleng Ares masih bersikeras untuk mengantar bundanya.
"Nggak usah, bunda bisa sendiri. Bunda tau kamu capek, biar bunda pergi sendiri aja." Geleng Intan menolak Ares dengan senyum menghias diwajahnya. Agar anaknya bisa tenang dan membiarkannya pergi sendirian.
"Ya udah, tapi bunda janji. Sesampai di sana kabarin Ares, terus kalau terjadi sesuatu langsung hubungin aku." Serius Ares menatap Intan.
"Iya sayang, nanti bunda kabarin. Tuh pesanan bunda udah datang, bunda pergi dulu ya. Kalau mau keluar jangan lupa kunci pintu dan jangan lupa bilang sama Pak Amir." Nasehat bunda sebelum keluar rumah.
"Ok Bun." Angguk Ares mengiyakan.
"Ya udah, bunda pergi dulu. Assalammualaikum."
"Waalaikumsalam."
Setelah bundanya pergi, Ares langsung saja menuju kamarnya yang terletak dilantai atas. Dia langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang, tanpa mengganti pakaiannya terlebih dahulu. Pikirannya kembali menerawang dengan pemikiran beberapa minggu yang lalu.
Ketika dia bertemu dengan orang itu, dia tidak bisa berkata-kata dan bahkan dia menjadi seperti dulu. Ares berpikir dan kembali bingung, bukannya penyakitnya sudah dikatakan sembuh total oleh dokter pribadinya.
Kenapa kemarin ketika bertemu dengan orang itu, malah membuat penyakitnya kembali kambuh? Bahkan kejadian itu sudah sepuluh tahun yang lalu, kenapa kembali membuatnya seperti dulu?
Tanpa dia sadari tubuhnya kembali bergetar dengan keringat dingin yang kembali membasahi dahinya. Perasaan cemas, takut dan trauma kembali dia rasakan. Napasnya memburu seakan ada yang akan membuatnya terluka.
"Hah ... hah ... hah ...." Deru napas Ares sembari bangun dari tidurnya.
Dia menekan dadanya yang terasa sangat sesak, seakan ada benda yang sangat berat menghantam dadanya saat itu.
"Hah ... hah ... Ke-kenapa gue kayak gini lagi sih? Sial! Gu-gue nggak mau kayak dulu lagi! Sialan!" geram Ares berusaha menenangkan dirinya.
"Hah ... hah ... hah ... Pergi dari hidup gue! Ke-kenapa lo kembali lagi sih! Gue nggak mau disalahin lagi kayak dulu! Pergi!" teriak Ares yang kembali hilang kendali pada tubuhnya.
Dia berdiri dari duduknya menuju meja belajar, lalu melempar semua benda yang berada di atas meja itu. Dia tidak berhenti berteriak, seakan orang itu tengah berada di sana menatapnya dengan senyum miringnya.
Dia seakan bahagia melihat Ares tengah tersiksa dengan penyakitnya yang kembali kambuh. Itulah pikiran Ares saat ini, sehingga pikirannya yang tidak terlalu kacau malah membuat dia tidak bisa berpikir apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZALEA [Completed]
Teen Fiction⚠️Follow dulu sebelum membaca⚠️ Ini bukan kisah seorang cewek yang berkonflik dengan cowok bad boy, bukan juga kisah cewek yang humble ke semua orang dan berakhir disukai cowok idaman satu sekolah dan bukan juga kisah cewek yang dikejar seorang cowo...