*37* KENA LAGI~

248 30 1
                                    

Happy Reading :)

***

Plakk!

"Beraninya kamu menganggap saya terhasut oleh kakakmu? Saya lebih percaya dia karena dia memang jujur, tidak seperti kamu yang berpura-pura kepada saya. Memang kamu pikir saya percaya dengan sikap dan perilaku kamu yang seperti itu? Saya tau kamu ada maunya, makanya harus bersikap baik dulu baru bisa mendapatkannya." Tampar Wisnu lalu menatap benci Azel.

Ranti yang melihat perlakuan suaminya pada Azel langsung menjauhkan anaknya, dia tidak menyangka akan terjadi seperti ini lagi.

"Mas! Kamu mikir dong, anakmu itu juga Azel, jangan membedakannya seperti ini. Bahkan kamu sendiri tidak peduli dengan Azel semenjak dia lahir, kamu tidak tau bagaimana perjuangannya sendirian untuk membuat kita bangga." Bentak Ranti memeluk Azel yang terdiam karena sudah tidak merasakan apapun lagi.

Toh, sering dia rasakan seperti ini, jadi sudah menjadi kebiasaan dari dirinya dan dia sudah tidak merasakan sakit atau apapun lagi.

"Kebanggaan apa yang kamu maksud? Kebanggan melawan orang tua?" balas Wisnu dalam perdebatannya dengan istrinya itu.

"Kebanggaan dalam mencapai ...."

"Ma! Udah." Gumam Azel pelan memotong perkataan Ranti.

"Kenapa sayang? Biar papamu tau apa yang sebenarnya." Tanya Ranti yang tidak mengerti dengan pemikiran anaknya.

"Kalau dia bersimpati kepadaku, dia tidak akan mengacuhkanku dan sampai tidak mengetahui apapun tentangku. Sudah jelas kalau memang dia hanya mementingkan Elina dan untuk apa aku harus berkoar-koar mengatakan semuanya. Toh, nanti dia tidak bakalan percaya dan mengatakan kalau aku adalah pembual yang hebat." Jawab Azel dengan nada rendah membuat mata Ranti langsung membulat merasakan kesakitan yang tengah dirasakan anaknya karena tidak pernah dipedulikan.

"Bersimpati katamu? Kamu itu tidak akan pernah bisa membanggakan saya, dulu saja semasa SD kamu selalu mendapatkan peringkat terakhir dan tidak ada sekalipun ketika menerima rapor nilaimu yang bagus. Pasti merah semua, terus untuk apa aku akan percaya dengan omonganmu itu. Sudahlah kalau memang bodoh ya bodoh saja, tidak usah menyalahkan kakakmu yang pintar ini." Wisnu tanpa hati mengatakan itu semua dengan santainya.

Serasa belati dengan kuat menghantam jantungnya dan Azel seakan langsung mati rasa saat itu juga. Haha ... lucu sekali dunia ini ternyata, memang tidak ada gunanya untuk berharap terlalu tinggi. Nyatanya hanya sakit hati yang bakalan didapat, tapi itu adalah satu impian Azel yaitu diakui oleh papanya sendiri.

Hanya sekali saja, tidak lebih, pasti Azel akan sangat bahagia. Namun itu hanya impian kosong yang tak mungkin bisa terwujud. Bahkan dengan doa yang selalu dia panjatkan bersama dengan perjuangan juga tidak cukup, karena hasutan Elina lebih kuat dibandingkan dirinya yang tak bisa merayu dan berkata manis pada papanya seperti yang dilakukan Elina.

"Mas! Azel tidak seperti dulu, dia sudah berubah Mas. Kamu tolong lihat dia sekali, pasti kamu akan menyesal telah memperlakukan dia seperti ini." Marah Ranti karena keegoisan suaminya ini.

"Kalau bodoh bakalan bodoh Ma, apalagi aku dengar dari teman Azel kalau dia sering telat terus ke sekolah dan di kelas kerjaannya hanya tidur. Terus prestasi apa yang didapatkan olehnya? Prestasi menjadi ratu pemalas? Atau ratu tukang tidur?" balas Elina yang sudah berhenti menangis dan mulai mengompori papanya agar tidak mempercayai perkataan mamanya.

Memang perilaku setan sudah mendarah daging padanya, bisa-bisanya menghasut papanya sendiri dengan mama tirinya agar terus bertengkar dan membenci Azel. Sedangkan dia malah terlihat gembira ketika melihat hal ini, bukannya merasa sedih atau apapun. Otak buntu dan hatipun sudah mati.

AZALEA [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang