Happy Reading :)
***
Sesampai Ares mengantar Azel tadi, dia langsung membersihkan tubuhnya. Lalu dia sedikit terdiam mengingat kejadian tadi. Dia begitu khawatir dengan Azel, apakah dia tidak kenapa-napa? Dia ingin sekali menghubungi Azel, tapi takut akan mengganggu nantinya.
Rasa resah terus saja menghantuinya karena melihat kemarahan papa Azel tadi, dia sempat berpikir kenapa papanya sangat marah hanya membawa anaknya jalan dan ketika mendengar perkataan Azel tadi lagi membuat dia bertambah bingung.
Apa sebenarnya yang terjadi diantara mereka? Kenapa mereka terlihat tidak akur menurut Ares. Apalagi melihat kakak tirinya Azel yang tampak tersenyum samar-samar terlihat bahagia melihat adiknya dimarahi. Apa ada hubungannya dengan kakak tirinya itu hingga papanya marah?
Ares tampak pusing memikirkannya, dia juga menyesal membawa Azel jalan sampai selarut tadi. Ini juga salah dia, seharusnya kalau membawa anak gadis orang paling lama siap magrib atau sorean. Tapi, Ares juga tidak habis pikir dengan semuanya.
"Arrgghhh ... udahlah gue pusing, besok gue temuin dia aja. Daripada mikirin kagak jelas atau ngeduga yang membuat gue makin khawatir tentang dia." Kesal Ares karena bertengkar dengan hati dan pikirannya sendiri.
***
Keesokkan paginya Ares berangkat sekolah seperti biasa dan hari ini dia memiliki jadwal di piket lagi. Sudah jam 07.30 Ares masih menunggu kedatangan Azel, dia kembali khawatir karena biasanya Azel telat palingan lewat lima belas menit atau setengah jam paling lama. Kenapa sekarang sudah lebih dari biasanya dia belum datang? Tanya Ares dalam hatinya dengan raut wajah sedikit gelisah.
"Eh Res! Gimana kemarin pergi sama Azel? Lancar?" tanya Reagan tiba-tiba yang baru saja dari lapangan menghukum yang terlambat tadi.
"Lancar kok. Tapi ...." Jeda perkataan Ares karena bingung akan mengatakannya atau tidak.
"Tapi kenapa?" tanya Reagan menaikkan satu alisnya menatap heran pada Ares.
"Dia sampe dimarahi sama papanya pas gue anter semalam." Jawab Ares dengan wajah datar.
"Jadi masalah ini yang bikin lo gelisah dari tadi?" tanya Reagan terlihat santai kembali.
"Iya, gue khawatir sama Azel. Apalagi udah jam segini dia masih belum kelihatan." Jawab Ares yang masih mengedarkan pandangannya melihat ke arah pagar sekolah.
"Santai, lo nggak usah khawatir, kalau soal papanya sih emang gitu. Dia emang suka marah-marah nggak jelas. Lo dimarahin pas anter dia kan?" Reagan terlihat biasa saja dan bertanya balik pada Ares yang masih menampilkan wajah gelisah.
"Iya, gue sampe diusir dan nggak boleh deketin Azel lagi." Jawab Ares menatap Reagan yang tertawa.
"Gue juga pernah Res, tapi setelah diceritakan Azel gue langsung paham. Makanya gue santai, karena penyakit papanya emang gitu. Paling gara-gara kakak tirinya si Elina itu, makanya Azel dimarahin dan juga lo," ujar Reagan yang kemudian duduk di meja piket.
"Gue juga heran deh Gan, sebelum gue berangkat dia nyamperin gue dengan wajah menggodanya. Gue sih cuma diem aja, terus tiba-tiba dia bilang agar gue hati-hati. Pas pulang gue dimarahin papanya Azel buat gue langsung sadar, ternyata ini maksud perkataan kakaknya itu." Jawab Ares menceritakan yang terjadi kemarin.
"Maklum Res, kurang waras emang gitu. Udah, nggak perlu lo pikirin lagi, kalau soal Azel bentar lagi pasti datang. Dia nggak bakalan bolos cuma masalah itu, paling dia telat bangun. Maklum tiap malam dia tidur jam dua atau tiga pagi, makanya sering telat Res." Nasehat Reagan sembari menenangkan kegelisahan Ares.

KAMU SEDANG MEMBACA
AZALEA [Completed]
Fiksi Remaja⚠️Follow dulu sebelum membaca⚠️ Ini bukan kisah seorang cewek yang berkonflik dengan cowok bad boy, bukan juga kisah cewek yang humble ke semua orang dan berakhir disukai cowok idaman satu sekolah dan bukan juga kisah cewek yang dikejar seorang cowo...