Happy Reading
***
Di kediaman rumah Azel, Wisnu tengah marah-marah karena anak buahnya yang tidak berhasil menemukan Azel malam itu. Ditambah istrinya yang menangis-nangis meminta Azel dicari, karena dia begitu mengkhawatirkan anaknya itu. Dia sudah pusing sedari malam karena kurang tidur, ditambah masalah Azel yang membuatnya semakin muak.
"Mas! Aku mohon cari Azel Mas atau lapor polisi. Aku takut dia kenapa-napa dia diluar sana." Tangis Ranti memeluk kaki suaminya.
"DIAM! Saya lagi pusing dan kamu masih saja menambah beban pikiran saya. Biarkan saja dia diluar sana, kalau bisa dia mati biar tidak ada yang menambah beban saya lagi." Bentak Wisnu mendorong Ranti.
"Pa! Papa nggak boleh ngomong gitu, nanti Azel beneran kenapa-napa, apa papa nggak bakalan nyesel? Azel pasti ketakutan sekarang Pa, please cari dia." Sela Elina berpura-pura bersedih.
"Udah sayang, nggak usah pikirin adikmu itu, yang jelas kamu sembuh sekarang. Udah kamu istirahat." Jawab Wisnu dengan nada lembut.
"Tapi Pa ...."
"Udah ya, kamu istirahat." Henti Wisnu menatap dalam Elina, agar dia menurut. Elina hanya menggangguk lalu kembali ke kamarnya.
"Mas!"
"Apalagi sih? Udah! Saya lagi capek, kerjaan saya lagi banyak. Nanti dia bakalan pulang kalau butuh." Teriak Wisnu mengacuhkan Ranti lalu meninggalkannya sendirian dia ruang tamu itu.
"Hiks ... Nak! Maafin mama ya, semoga kamu nggak kenapa-napa dan kamu segera pulang." Isak Ranti memeluk dirinya sendiri, karena cemas dengan anak semata wayangnya itu.
Bagaimana dia bakalan menghubungi anaknya, jelas-jelas ponsel anaknya ada di suaminya. Sehingga dia bingung akan mencari kemana. Dia juga sudah menghubungi Freya dan Reagan, tapi mereka bilang kalau tidak tau Azel di mana. Membuat Ranti semakin cemas karena anaknya tidak kabur ke rumah sahabatnya itu.
***
Setiba di sekolah sekitar pukul tujuh lewat lima, mereka langsung memasuki sekolah dan tentunya menjadi perhatian satu sekolah. Mereka semua sibuk berbisik-bisik dan heboh sendiri melihat cowok idaman satu sekolah pergi bersama Azel seorang murid pemalas tapi jenius itu. Bahkan banyak dari mereka yang menyetujui kalau mereka pacaran karena sangat cocok.
Ares berjalan menuju kelas Azel terlebih dahulu untuk mengantarkannya, memastikan Azel benar-benar aman karena dia merasa Azel masih belum sembuh seutuhnya. Apalagi perbannya baru dibuka tadi pagi.
"Nanti istirahat gue jemput, dah gue ke kelas dulu. Jangan nakal okey?" pamit Ares dan sebelum itu sempat mengusap pelan kepala Azel. Entah mengapa Ares suka sekali mengacak rambutnya atau memegang kepalanya seperti tadi, tapi membuat Azel nyaman dengan perlakuannya yang manis seperti itu.
"Iya." Angguk Azel lalu masuk ke kelasnya.
"Ih Ares! Kok lo bareng sama si cewek kegatelan ini sih?" tiba-tiba Vanya datang dan berteriak dengan sewotnya karena tidak terima Ares dekat dengannya.
"Vanya! Kita nggak ada hubungan apapun, jadi stop deketin gue. Gue sukanya sama Azel dan tolong garis bawahi nama dia Azel bukan si cewek kegatelan. Awas aja lo panggil gitu lagi." Kesal Ares dengan wajah datar lalu berjalan meninggalkan begitu saja Vanya yang manyun.
"Awas lo Zel, Ares itu milik gue." Hentak kakinya lalu berjalan meninggalkan kelas itu bersama Rania dan memilih pergi ke toilet karena sangat kesal. Sedangkan Azel tidak peduli dan memilih masuk ke kelas dengan santainya.
Pemandangan itu pastinya masih dilihat oleh murid lainnya, terutama teman sekelas Azel yang sudah teriak-teriak sendiri, dengan keromantisan pagi ini. Mereka tidak mempedulikan dengan kedatangan Vanya tadi karena mereka sudah maklum dengan perempuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZALEA [Completed]
Teen Fiction⚠️Follow dulu sebelum membaca⚠️ Ini bukan kisah seorang cewek yang berkonflik dengan cowok bad boy, bukan juga kisah cewek yang humble ke semua orang dan berakhir disukai cowok idaman satu sekolah dan bukan juga kisah cewek yang dikejar seorang cowo...