Bab 48 - Jahat

33 9 0
                                    

"dek,kau harusnya ikut dong masa duduk aja." Ucap Juan tidak terima saat Jean memilih untuk menonton mereka saja,semua orang tau bahwa Jean paling bersemangat jika urusan eksekusi lawan namun kali ini Jean memilih istirahat Karna energinya sudah habis .

Jean menggelengkan kepalanya,"No biarkan kalian aja,oh ya Gavin jangan lupa kau harus habisi gading." Gavin mengangguk Karna ia sudah berjanji akan menghabisi gading tanpa membiarkan dia hidup kembali.

Jean menonton para laki-laki itu bersama Jessica di sebuah kursi panjang untuk mereka rebahan,"je,aku mau bilang sesuatu tentang kakakku." Ucap Jessica namun Jean tidak menoleh justru ia fokus ke depan.

"Ada apa dengan kakakmu?"ucap Jean sambil memakan beberapa Snack yang sempat Axel bawakan untuknya dan Jessica.

"Kakakku sangat menyukai je." Jean langsung menoleh ke arah Jessica,"terima kasih Jes,kan kau tau aku memiliki kekasih yakali aku menduakan dia."

Ucapan Jean membuat Jessica setuju,ia merasa bersalah memberi tahu jika sang kakak memiliki perasaan kepada Jean. Jean menyadari jika Jessica sedang memikirkan sesuatu ia langsung menepuk pundak nya,"gausah terlalu larut memikirkan hal begituan Jes,biarkan semua mengalir apa adanya. Kita sekarang menikmati saja pertunjukan mereka."

Juan memulai permainan tersebut,dan dilanjut oleh yang lainnya. Semua orang sudah merasa kesal dengan tindakan bodoh keluarga Wiryatama yang salah memilih lawan dan berakhir kematian keluarga mereka satu persatu.

Pukul 01.00 mereka masih asik  mengeksekusi Aldi bahkan gading di lapangan terbuka markas milik Jean,namun ponsel Dikta menyala. Jean melirik sebuah pesan yang bertuliskan dari dokter yang merawat Dikta selama ini.

Dokter Johanes
"Dikta,jangan lupa besok kamu harus cek kesehatan lagi. Saya tidak mau jika kamu semakin down lagi, leukemia kamu semakin parah Dikta. Saya hanya ingin kamu tidak terlalu kecapean saja."

Jean menatap Dikta yang ada di hadapannya yang bermain-main,Jean berdiri lalu berlari keluar namun aksi Jean membuat semua orang tersadar apalagi Dikta ia segera berlari menyusul Jean setelah mengetahui isi pesan yang ada di ponsel nya.

Dikta mencari Jean,"nonna Jean dimana?" Tanya Dikta kepada anak buah yang ada di markas,mereka mengatakan jika Jean masuk ke mobil yang Juan bawa dan membawanya pergi.

Dikta kembali,"Kak Juan boleh minta tolong cek lokasi Jean?" Pertanyaan Dikta membuat semua menghentikan aksi mereka,Juan menatap Dikta,"ada apa dengan Jean?"

Dikta menundukkan kepalanya,"maaf kak,Jean melihat pesan yang dikirimkan tuan Johanes. Saya rasa Jean pergi setelah mengetahui pesan itu."

Juan melepaskan sarung tangan miliknya yang sudah berubah warna,ia segera mengambil laptop menyuruh Jessica membantu melacak lokasi Jean,"maaf kak,Jean tidak menyalakan lokasinya.".

Ucapan Jessica membuat Juan frustasi,Juan meminta semua orang menghentikan eksekusi dan meminta mereka untuk membersihkan diri dan membantu mencari Jean.

Derren menelfon ponsel Jean. Dret dret, ternyata ponsel Jean ada di atas meja yang ada di sebelah kursi yang Jean duduki bersama Jessica.

"Ah sialan ini anak ponselnya di tinggalin." Umpatan Derren,semua orang mulai frustasi.

Juan menyuruh Axel dan anak buah mencari keberadaan Jean,"kamu dimana dek,kenapa kamu lari apa yang sedang kamu pikirkan." Ucap Juan menyesal ia menyetujui mengajak Dikta ke Indonesia, sebenarnya Juan tau jika usia Dikta tidak lama lagi.

Juan merasa bersalah,Karna membiarkan Dikta bertemu Jean ia berpikir dengan Dikta bertemu Jean akan menghabiskan waktu bersama justru setiba di Indonesia,Juan sangat terkejut tau adiknya mengalami kesulitan melawan keluarga Wiryatama.

Princess and King Of MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang