Bab 24 - Suasana baru

44 12 0
                                    

Sudah 1 jam Jean di dalam kamar mandi,Dikta yang sedari menunggu di luar mulia merasa khawatir karna kekasihnya tak kunjung keluar,"Babe? Are you okey?" Dikta mencoba mengetuk pintu kamar mandi,tidak lama kemudian pintu itu terbuka dan Jean sudah berubah menjadi semula.

"Iya,kenapa kak? Aku gapapa kok,sekarang kita kerumah sakit yuk granpa pasti nungguin aku." Ucap Jean,Dikta memegang kedua tangannya lalu memeluknya,"kamu harus ikhlas babe."

Seketika Jean tersadar dan menangis sejadi-jadinya,"Kenapa granpa ninggalin Jean kak kenapa?" Dikta mengajak Jean untuk masuk keruangan Jean dan memberikan air agar Jean lebih relaks.

"Babe,semua sudah menjadi takdir tuhan kamu harus ikhlas dan kuat untuk granpa." Dikta selalu mencoba menenangkan Jean,namun Jean tetap menyalahkan dirinya sendiri atas kematian granpa nya.

"Harusnya aku yang mati kak bukan granpa."

Toktoktok

"Nonna muda permisi ini Arsen."

"Masuklah." Ucap Dikta lalu Arsen masuk kedalam ruangan milik Jean

"Maaf Nonna muda,tuan Juan memberi tahukan bahwa Tuan Julian akan di kremasi dan semua orang menunggu kehadiranmu saja."

Jean masih menundukkan kepalanya,rasa bersalah masih menyelimuti nya,"aku gamau ngelihatin mukaku kak aku malu pasti semua orang menyalahkan atas kematian granpa."

Dikta mensejajarkan badannya dengan Jean yang sedari tadi memilih duduk di lantai,"Babe,kematian granpa bukan kesalahanmu. Pelakunya sudah kau bunuh baru saja apa kau lupa?"

Jean mendongakkan kepalanya,"gapapa sekarang kamu menjadi lemah,tapi janji kepadaku setelah ini kamu tidak boleh menangis dan harus kembali menjadi Jean yang aku kenal. Aku tidak suka kamu menangis babe."

Jean menghapus air matanya lalu berdiri diikuti oleh Dikta,"siapkan mobilku kita ke tempat kremasi granpa dan jangan lupa bawa alat yang dibutuhkan siapa tau ada musuh lagi."

Jean satu mobil dengan Arsen dan juga Dikta anak buah lainnya beda mobil dan sebagian menjaga markas,setiba di rumah kremasi Jean dan Dikta keluar terlebih dahulu dan Arsen memakirkan mobilnya. Jean langsung di sambut oleh sang mamah saat anak bungsunya datang,"yang kuat sayang."

Jean mengangguk,dan wajah dingin tanpa senyuman sudah keluar. Jean mengikuti kemana sang mamah membawanya,Jean menatap wajah granpa untuk terakhir kalinya. Tangan Jean diletakkan diatas peti,"Granpa ini Jean,maafkan Jean selama ini masih nakal sama granpa. Seharusnya Jean yang ada disini bukan granpa,Jean sayang sekali sama granpa. Setelah ini,Jean minta bantuannya untuk kembali menjadi Jean yang granpa kenal. Granpa,selamat bertemu granma di surga. Selamat berkumpul kembali dengan granma dan yang lainnya,Jean dan keluarga sayang Granpa Julian Draxler Owais."

Jean memundurkan badannya sambil menahan air matanya,Karna ia sudah berjanji kepada dikta untuk tidak menangis hari ini.

Jean duduk diantara keluarganya dan prosesi kremasi segera dimulai,peti jenazah dimasukkan ke dalam lubang yang dimana akan dimulai prosesi kremasi. Jean memegang erat tangan Dikta sedari tadi,Dikta yang selalu setia menemani kekasihnya itu tau jika bagaimana rasa kehilangan granpa kesayangan itu.

Satu bulan kemudian setelah kematian granpa Julian,Jean lebih memilih melanjutkan kuliah nya dan mulai berlatih panahan lagi setelah insiden kerusuhan yang dilakukan oleh Laura. Hari ini Jean sedang ada jadwal kuliah,dan lagi-lagi banyak sekali penjilat yang ingin dekat dengannya dan pasti ada yang minta didekatkan oleh kakaknya Juan. Namun tidak ada yang berhasil meluluhkan kutub es tersebut.

Jean memilih untuk pergi ke perpustakaan kampusnya,"permisi boleh aku duduk disini?" Ucap seseorang kepada Jean dan Jean hanya menganggukkan kepalanya.

"Hai, seperti nya aku belom pernah melihatmu. Perkenalkan namaku Jessica Aurora aku berasal dari Amerika."

Princess and King Of MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang