Kiyatoka Ayanokoji
______________________________________
Naruto menatap malas Ibunya yang tiada henti mengoceh terus-terusan, lantaran ia di nyatakan tidak lulus SMA dan harus mengulang satu tahun lagi di kelas 12. Kushina, Ibu Naruto kesal karena harus membayar uang sekolah lagi untuk puterinya tersebut. Ia juga merasa malu, karena Naruto satu-satunya siswi yang tidak lulus dengan nilai paling rendah di bawah rata-rata. Berbagai kata umpatan pun di hadiahi untuk gadis berambut kuning itu. Setelah lebih satu jam Kushina marah-marah, akhirnya pun ia berhenti karena lelah berbicara dengan suara lantang dan penuh emosi.
"Sudah marahnya, kan ? Aku mau mandi nih, udah sore" ucap Naruto sambil beranjak dari tempat duduknya
Ia pun mengambil handuk lalu menuju ke kamar mandi. Namun sebelum memasukinya, Naruto berhenti sejenak dan menoleh menatap Ibunya.
"Aku akan kerja paruh waktu untuk membayar uang sekolahku sendiri, jadi Ibu tidak perlu khawatir tentang bayaran sekolah"
Setelah berkata demikian, Naruto segera masuk ke kamar mandi. Sementara Kushina hanya menatap gadis itu dengan helaan nafas.
Naruto tidak mengatakan pada Ibunya, bahwa ia tidak lulus lantaran memilih untuk menjawab soal-soal ujian tanpa contekan. Sementara teman-teman satu kelasnya bisa lulus karena menyalin isi contekan yang di berikan wali kelasnya. SMA tempat Naruto bersekolah, memang bukanlah kategori sekolah favorit karena kurang peminatnya. Kebanyakan yang bersekolah di SMA tersebut adalah anak kurang mampu seperti Naruto karena biayanya lebih murah di banding sekolah lainnya. Ada juga yang berasal dari keluarga yang berada, namun anak-anak tersebut membuat kenakalan hingga di keluarkan dari sekolah mereka yang sebelumnya dan berakhir di SMA itu. Karena sekolah lain tidak ada yang menerima anak nakal demi menjaga nama baik sekolah mereka. Tapi hal itu tidak berlaku di SMA Konoha yang lebih mementingkan kuantitas daripada kualitas murid didiknya. Itulah yang membuat SMA Konoha tetap bisa berdiri sampai sekarang dan masih dalam status diakui. Tahun demi tahun SMA Konoha selalu bisa meluluskan 100% siswa-siswinya dengan nilai terbaik di Ujian Nasional. Sebagian orang berpikir bahwa SMA Konoha telah berhasil mendidik murid-muridnya menjadi pintar, padahal guru-gurunya sengaja memberi contekan agar muridnya dapat lulus dengan mudah dan status sekolah tetap akui pemerintah.
Naruto ingin lulus dengan nilai yang di peroleh dari hasil kejujuran, bukan dengan menyontek. Ia tidak peduli jika di bilang bodoh dan sebagainya, ia tetap merasa senang karena dapat menjawab soal dengan pemikirannya sendiri, meskipun banyak jawaban salah yang membuatnya berakhir tidak lulus. Namun setidaknya ia masih mempertahankan kejujurannya. Ia selalu mengingat pesan dari mendiang Kakeknya 'Kepintaran itu bisa dari belajar, tapi Kejujuran adalah murni dari diri sendiri yang tidak bisa di pelajari'. Naruto bertekad untuk belajar lebih giat lagi, meski kurang adanya faktor pendukung.
*
Naruto berjalan melewati siswa-siswi lalu masuk ke kelas lamanya. Beberapa pasang mata melihat ke arahnya, bahkan ada yang memandang dengan tatapan mengejek. Namun gadis itu memilih untuk mengabaikannya dan duduk di bangku paling pojok belakang. Ya, Naruto kini satu kelas dengan siswa-siswi yang sebelumnya menjadi adik kelasnya. Tentu ia merasa asing, karena ia tidak dekat dengan siapapun yang menjadi teman sekelasnya. Ia pun mengambil secarik kertas yang berada di dalam tas nya yang berisi beberapa lowongan pekerjaan. Ia yang fokus membaca iklan loker tersebut, di kagetkan dengan suara seseorang yang tiba-tiba duduk di sebelahnya.
"Lo lagi nyari kerja ?" Tanya seorang anak laki-laki yang tidak hanya membuat Naruto menoleh ke arahnya tapi juga semua orang yang berada di dalam kelas.
"Iya" jawab Naruto singkat
"Gimana lo bisa fokus belajar kalau lo kerja ? Yang ada lo gak lulus lagi dan jadi siswi keabadian di sini"
"Itu urusan gue, lo gak usah ikut campur"
Tak lama kemudian, bel masuk berbunyi. Semua siswa-siswi pun memasuki kelasnya masing-masing.
"Udah bel tuh"
"Terus ?"
"Lo ngapain masih di sini ? Duduk di kursi lo sana"
"Gue udah duduk di kursi gue"
"Dih, ogah gue duduk sebangku sama lo. Pindah lo, cari tempat duduk lain"
"Gue maunya disini"
Naruto ingin memarahi pemuda di sebelahnya, namun guru sudah memasuki kelas hingga ia pun memilih untuk diam namun menatap tajam ke arah pemuda tersebut yang main duduk di sebelahnya tanpa izin. Sementara beberapa siswi menatap sinis Naruto karena cemburu melihat ia duduk satu kursi dan berbicara pada Kiyatoka yang merupakan siswa paling pintar dan tampan di sekolah. Sementara Naruto merasa heran dengan pemuda bernama Kiyatoka tersebut. Karena yang Naruto tahu, ia adalah sosok pendiam dan tertutup pada siapapun. Tapi tiada di sangka pemuda itu malah menghampirinya dan memulai pembicaraan dengan Naruto.
Mereka berdua pun menjadi teman sebangku. Naruto bisa saja pindah ke kursi yang kosong, tapi ia sudah terlanjur nyaman dengan kursi yang ia tempati sekarang. Setelah beberapa hari menjadi teman sebangku Kiyatoka, ternyata tidak terlalu buruk. Dia bisa membantu Naruto menjawab soal-soal yang tidak ia mengerti, bahkan bersedia mengajarinya. Naruto pun lebih memahami penjelasan yang di berikan Kiyatoka di bandingkan dengan guru yang mengajar di kelasnya. Tidak hanya itu, Kiyatoka juga membantu Naruto mendapatkan pekerjaan part time yang tidak terlalu mengganggu waktu belajar Naruto.
Naruto pun tidak lagi menganggap Kiyatoka menyebalkan dan mereka menjadi teman baik.
*
Terdengar suara ketukan pintu dan Naruto pun segera membukanya. Nampak dua sahabatnya, Tenten dan Hinata sedang berdiri di depan pintu sambil menatap Naruto. Meski agak terkejut dengan kedatangan dua sahabatnya secara tiba-tiba, namun Naruto tidak ragu untuk mempersilahkan mereka masuk dan mengobrol bersama. Terllihat kekalutan di wajah Tenten dan Hinata yang akhirnya membuat Naruto bertanya apa yang terjadi. Akhirnya mereka pun mengungkapkan apa yang sedang mereka alami. Di mulai dari Tenten yang gagal dalam penyeleksian mahasiswi baru di sebuah Universitas yang terkemuka. Kedua orang tuanya Tenten nampak sangat kecewa karena berharap Tenten dapat masuk universitas bergengsi lantaran nilai rata-rata ujian nasionalnya tinggi. Tenten tidak berterus terang bahwa nilai ujiannya bisa tinggi karena mendapatkan contekan yang akhirnya membuat kedua orang tuanya berekspektasi tinggi terhadapnya. Sementara Hinata sendiri di cemooh oleh rekan-rekan kerjanya karena selalu melakukan kesalahan dalam perhitungan. Padahal nilai MTK nya saat Ujian adalah 99, nyaris sempurna. Sementara kenyataannya Hinata memang lemah dalam pelajaran hitung-hitungan. Mereka menyesal karena memilih untuk mencontek agar mendapatkan kelulusan dengan mudah, namun pada akhirnya mereka mendapatkan konsekuensi yang berat. Naruto yang mendengarkan curhatan Tenten dan Hinata, merasa prihatin dengan apa yang mereka alami. Naruto pun memeluk mereka berdua dan memberi support untuk menjalani setiap ujian yang tengah di hadapi. Tenten dan Hinata pun merasa lebih baik saat mencurahkan isi hatinya pada Naruto. Sementara itu, Kushina yang sejak awal mendengar percakapan Naruto dan teman-temannya pun hanya dapat terdiam. Ia tidak tahu bahwa Naruto telah menjadi sosok yang menjunjung tinggi kejujuran. Kushina merasa menyesal karena sempat berkata kasar pada putrinya tersebut.
Setelah Hinata dan Tenten pamit untuk pulang, Naruto lagi-lagi di kejutkan dengan Ibunya yang tiba-tiba datang memeluknya sambil menangis tersedu-sedu. Ia meminta maaf pada Naruto dan berkata bangga memiliki putri seperti dirinya. Naruto pun membalas pelukan Ibunya dengan tersenyum lembut.
*End
KAMU SEDANG MEMBACA
Female Naruto Short Stories
Nouvellesberisi cerpen tentang kehaluan saya terhadap Uzumaki Naruto versi perempuan 🤗 one shoot meski bukan wibu garis keras, tapi saya cukup menyukai tokoh-tokoh Anime yang hadir di sini. (gambar dan tokoh bukan milik saya, saya hanya meminjamnya untuk me...