Aomine Daiki
______________________________________
Pov Naruto
Nama gue Naruto Uzumaki, biasa di panggil Naru. Gue tinggal di sebuah rumah sederhana yang syukur nya gak ngontrak alias rumah sendiri. Gue tinggal bersama Ibu, Bapak dan adik perempuan yang masih sekolah SMP bernama Hima.
Bapak gue seorang kuli bangunan, sementara Ibu gue bekerja menjadi asisten rumah tangga di perumahan komplek yang jaraknya gak jauh dari tempat tinggal kami. Kehidupan kami ya memang pas-pasan, tapi kami tetap bersyukur menjalaninya. Gue sempet kuliah, tapi karena keterbatasan biaya akhirnya gue berhenti di tengah jalan. Nyari beasiswa kuliah, gue nya gak pinter-pinter amat. Ya udah, gue mutusin bekerja dan di terima di sebuah restoran mie ramen. Gue pun mendapatkan posisi sebagai waitress. Di sana gue berkenalan dengan Tenten, Lee dan Neji yang bukan cuma jadi rekan kerja tapi juga sahabat baik buat gue. Rekan kerja yang lain juga baik-baik, makanya gue betah karena gak ada yang toxic. Tapi ada satu orang yang dari awal gue kenal dia, selalu bikin gue emosi. Namanya adalah Aomine.
Dia itu Manajer yang di tugaskan untuk mengawasi pekerjaan para staff, karena bisa dibilang dia itu orang kepercayaan yang di beri tanggung jawab oleh sang pemilik restoran. Gue akui, dia emang orangnya disiplin banget. Gak pernah datang terlambat, rajin dan juga cerdas. Tapi ada kalanya sikap bossy nya bikin gue naik darah. Dan parahnya lagi selalu gue yang jadi sasarannya. Suka nyuruh-nyuruh, mending kalau yang dia suruh tuh masih berkaitan sama pekerjaan gue. Keseringannya engga !
Coba bayangin, gue di suruh benerin lampu mati, mondar mandir angkat galon berisi 19 liter air ke lantai 2, ke tukang sayur beliin stok sayuran buat di rumah dia dan nganter-jemput dia ke tempat yang dia mau. Gue udah pernah komplain langsung ke Aomine, tapi dia gak gubris. Bahkan malah ngancem potong gaji gue kalo gak nurut. Gue pun hanya bisa pasrah sambil mengumpat di dalam hati.
Gue emang orangnya berani speak up. Jika ada hal yang buat gue gak berkenan, pasti gue akan langsung bilang saat itu juga. Gue selalu angkat bicara jika Aomine menegur orang lain dengan kata-kata kasar. Gue tahu, teguran atasan kepada bawahan yang berbuat kesalahan itu lumrah. Tapi gak harus pake kata-kata kasar juga lah. Gue gak suka sama cara dia negur karyawan. Dan hal itulah yang mengawali nasib gue jadi babunya dia. Mungkin itu cara dia supaya gue gak betah dan milih resign. Tapi Sorry yeee... Gue itu mengikuti slogannya ember plastik, yaitu tahan banting.
*
Hari ini restoran lagi banyak pengunjung, gue bersama yang lain pun sibuk melayani para pelanggan yang mau memesan. Saat gue lagi fokus mencatat pesanan, tiba-tiba Tenten mencolek lengan gue dan meminta gue dan memberi kode agar gue melihat ke arah pandang dia yaitu di pintu masuk. Seketika gue menghela nafas melihat seorang gadis muda datang bersama perempuan paruh baya yang kemungkinan adalah Ibu si cewek tersebut, sedang di sambut hangat oleh Aomine. Gue gak tahu nama cewek itu, tapi bisa di pastiin Aomine naksir dia. Lihat aja, muka datar bin jutek yang selalu di tampilkan seketika berubah jadi murah senyum gitu setiap ketemu tuh cewek. Gue sih gak masalah gebetan dia dateng kesini, tapi yang gue permasalahin adalah hal lain. Dia berjalan menghampiri gue dan berkata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Female Naruto Short Stories
Short Storyberisi cerpen tentang kehaluan saya terhadap Uzumaki Naruto versi perempuan 🤗 one shoot meski bukan wibu garis keras, tapi saya cukup menyukai tokoh-tokoh Anime yang hadir di sini. (gambar dan tokoh bukan milik saya, saya hanya meminjamnya untuk me...