Jilid 34

2K 33 0
                                    

Dua orang muridnya tertegun, cemas dan ngeri, akan tetapi mereka tidak berani mencampuri. Mereka bergidik melihat betapa guru mereka itu sambil tertawa bergelak-gelak memperkosa wanita, dan sambil tersenyum-senyum membunuh wanita itu pada keesokan harinya!

Bahkan pernah kakek gendut itu merobek dada seorang korbannya, mengeluarkan jantung yang masih berdenyut dan mengganyangnya mentah-mentah. Dua orang pemuda itu hampir muntah menyaksikan hal ini, akan tetapi guru mereka mengatakan bahwa jantung yang hidup itu merupakan obat kuat yang tiada taranya!

Kadang-kadang, kalau sedang berdua saja, Seng Bu menyatakan kecewa dan penyesalannya kepada suhengnya, yaitu Siu Coan, tentang watak gurunya. Dia mengatakan bahwa kalau melihat watak suhunya, dia ingin minggat saja, tidak sudi menjadi murid seorang yang demikian jahatnya.

Akan tetapi, Siu Coan membantahnya dan mengingatkan bahwa guru mereka adalah seorang yang luar biasa saktinya. Mencari di ujung dunia sekalipun belum tentu akan bisa mendapatkan seorang guru selihai Thian-tok.

"Pula, apa hubungannya semua perbuatannya dengan kita?" demikian Ong Siu Coan berkata, membujuk sutenya. "Dia adalah seorang sakti, dan semua orang sakti di dunia ini memang aneh. Bahkan ada yang mendekati gila. Siapa bisa mengikuti jalan pikirannya? Mungkin saja ada sebab-sebab rahasia yang mendorong semua perbuatannya yang kelihatannya jahat dan mengerikan itu."

"Hemm, apa yang mendorong kecuali nafsu buruk?" Seng Bu berkata. "Memperkosa gadis, lalu membunuh gadis yang tak berdosa itu! Bayangkan saja! Dia mencuri barang-barang berharga dari dalam gedung orang. Sungguh aku tidak mengerti, mengapa suhu yang sudah setua itu masih mau mengganggu wanita, dan untuk apa pula barang-barang berharga itu."

Akan tetapi setelah mereka tiba di dalam guha di puncak Pegunungan Tai-yun-san, barulah terjawab pertanyaan kedua dari Seng Bu. Di dalam guha besar itu terdapat terowongan dan kamar-kamar dalam tanah, dan di dalam sebuah di antara kamar-kamar itulah disimpannya banyak sekali barang-barang berharga yang langka!

Pusaka-pusaka, emas permata, batu giok dan bertumpuklah barang-barang itu seperti dalam guha harta karun saja! Dan kadang-kadang Thian-tok bermain-main di dalam kamar itu seperti anak kecil, menimang-nimang semua benda-benda itu sambil tertawa-tawa seorang diri!

Kalau Seng Bu merasa tidak cocok dengan watak gurunya dan hanya memaksa diri bertahan untuk mengganggu ilmu kesaktian dari kakek itu, sebaliknya diam-diam Ong Siu Coan merasa kagum bukan main terhadap gurunya! Bahkan ada perasaan puas di lubuk hatinya melihat betapa gurunya melakukan semua kekejaman yang sadis itu. Hanya anak ini menyadari bahwa perbuatan-perbuatan itu tidak benar, maka diapun memaksa hatinya sendiri untuk memerangi perasaan puas itu sehingga di luarnya, dia nampak halus budi dan pandai menyimpan gejolak hatinya.

Seng Bu sendiripun tidak dapat menyelami batin suhengnya yang baginya dianggap seorang yang cerdik, pandai dan juga tidak pernah melakukan perbuatan tercela. Sikap suhengnya yang pendiam, serius, dan gagah sekali, terutama kalau bicara tentang perjuangan menentang penjajah Mancu, benar-benar amat mengagumkan hati Seng Bu. Dia sendiri berwatak jujur, terbuka dan agak bodoh walaupun dia memiliki jiwa yang gagah perkasa dan berani.

Demikianlah, dalam asuhan orang aneh seperti Thian-tok, dua orang pemuda remaja itu tumbuh menjadi pemuda-pemuda yang gagah perkasa. Dalam usia sembilanbelas tahun, Siu Coan merupakan seorang pemuda dewasa yang bertubuh tinggi tegap, berwajah tampan dan gagah sekali, sepasang matanya mencorong, kadang-kadang nampak aneh, sikapnya pendiam dan serius, pandang matanya penuh selidik dan membayangkan kecerdikan.

Gan Seng Bu yang usianya hanya beberapa bulan saja lebih muda dari suhengnya, bertubuh sedang namun bentuknya kokoh dan kuat sekali, dengan otot-otot yang menonjol. Wajahnya tidak begitu tampan, akan tetapi wajahnya jantan dan membayangkan kegagahan. Sinar matanya terbuka dan dari situ berpancar cahaya mata yang jujur dan terang.

Pedang Naga Kemala - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang