Jilid 83

1.2K 23 0
                                    

"Tentu saja. Aku berjanji."

Mereka saling berpisah, dan Lian Hong meninggalkan dusun itu diantar oleh hampir semua penduduknya sampai ke pagar dusun. Diana merasa kehilangan, akan tetapi tidak kesepian karena ia merasa mempunyai keluarga besar, bukan sekedar sahabat, di dalam dusun itu.

Bahkan ia merasa menemukan dunianya yang disukainya. Ketika ia masih sekolah, ia banyak mempelajari kehidupan jaman dahulu yang masih terbelakang, maka kini, setelah ia sendiri hidup di dusun yang masih amat sederhana, ia menemukan banyak hal yang memiliki persamaan dengan apa yang pernah dibacanya sehingga ia merasa seolah-olah memasuki sebuah dongeng yang pernah menarik hatinya.

Apalagi ketika Lauw Sek mulai mengajarkan ilmu silat, ia mempelajarinya dengan tekun, juga memperdalam pengetahuannya tentang bahasa dan kebudayaan penduduk asli. Diana menemukan kelanjutan sekolah yang takkan bisa ditemukan di kota-kota besar dan ia merasa gembira sekali.

◄Y►

Orang-orang kulit putih yang berada di Kanton menjadi geger ketika mendengar bahwa Diana keponakan Kapten Charles Elliot hilang di dalam hutan ketika berkuda bersama Letnan Peter Dull. Tentu saja yang merasa paling gelisah adalah Kapten Charles Elliot. Letnan Peter Dull sendiri mendapat teguran keras, bahkan menerima tugas untuk mencari nona itu sampai dapat.

Maka Koan Jit yang sudah diterima sebagai pimpinan oleh para jagoan yang dikumpulkan Peter Dull karena mereka semua sudah mengenal nama Hek-eng-mo, lalu memerintahkan para jagoan yang terhimpun dalam suatu pasukan istimewa untuk berpencaran dan mencari berita di antara kaum sesat untuk mencari jejak Diana. Sedangkan Peter Dull lalu memimpin sendiri pasukannya untuk melakukan pencarian ke dusun-dusun dan kampung-kampung sehingga daerah di sekitar itu menjadi gempar karena sikap pasukan kulit putih dan raksasa India itu merajalela di dusun-dusun dengan kasar.

Juga rakyat mulai tidak suka melihat sikap pasukan kulit putih itu. Kaum buruh di pelabuhan yang banyak jumlahnya karena orang-orang kulit putih membutuhkan buruh-buruh kasar untuk mengangkut barang-barang turun naik kapal, juga memperlihatkan sikap membantah dan tidak taat.

Pada suatu hari, pagi-pagi saja sudah terjadi keributan di pelabuhan, ketika para kuli angkut barang sibuk menurunkan barang dari sebuah kapal dan mengangkut barang ke kapal yang lain. Seorang kuli muda yang bertubuh kokoh kekar, ketika sedang mengangkut sebuah peti, terpeleset pada anak tangga yang basah dan petinya terlepas, menimpa kaki seorang mandor kulit putih yang bertubuh gendut.

Biarpun kaki itu sudah terlindung sepatu kulit, akan tetapi karena peti itu berat, maka tentu saja kaki itu terasa nyeri bukan main. Mandor itu berteriak kesakitan, lalu menyumpah-nyumpah dan menghajar kuli itu dengan pukulan-pukulan kanan kiri membuat kuli itu roboh sampai beberapa kali. Tiap kali dia hendak bangkit, sepatu kiri yang tidak tertimpa peti tadi menyambar dan menendang kepalanya, dagunya, dadanya, membuat dia terjerembab kembali.

Kuli-kuli lain hanya memandang tanpa bergerak, seolah-olah semua kuli yang tadi sibuk bekerja itu tiba-tiba saja berubah menjadi patung. Ada yang mukanya membayangkan kengerian, ketakutan, akan tetapi ada beberapa puluh orang kuli yang memandang dengan alis berkerut.

Mereka ini adalah sekelompok kuli yang memang mempunyai perasaan tidak suka dan hampir anti kepada orang-orang kulit putih. Mereka itu bekerja sebagai kuli karena memang penghasilannya jauh lebih besar dari pada kalau menjadi petani atau nelayan, akan tetapi juga karena mereka ingin mengintai apa yang dilakukan oleh bangsa yang tidak disukainya. Jumlah mereka ada hampir tigapuluh orang, dan kebetulan sekali yang menjadi pemimpin mereka adalah pemuda yang kini dijadikan bulan-bulan kemarahan mandor itu!

Tentu saja suasana menjadi tegang. Setiap orang anggauta kelompok itu berhenti bekerja dan memandang dengan urat syaraf tegang dan siap siaga. Akan tetapi, karena pemimpin mereka, pemuda yang bertubuh kokoh itu dipukuli dan ditendangi tanpa melawan, merekapun hanya merasa penasaran saja dan tidak bergerak. Beberapa orang mador melerai dan menyabarkan kawan mereka.

Pedang Naga Kemala - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang