Jilid 169

1K 22 0
                                    

Dan ia tidak melihat pistol di pinggang Peter. Kalau ia melihatnya tentu sudah dirampasnya senjata api itu. Tidak nampak pula ada senjata api di kamar itu, maka hatinya pun tenang karena ia merasa yakin bahwa ia akan dapat menundukkan Peter, tanpa atau dengan pedang sekalipun.

Dengan pedang di tangan, Peter kini menghampiri Diana, sikapnya bengis mengancam, di kedua ujung bibirnya masih ada darah dan muka yang biasanya tampan itu kini nampak buruk penuh kebengisan, menyeringai kejam, di sepasang matanya terbayang nafsu membunuh!

"Terkutuk! Kubunuh kau.......kubunuh kau.......!"

Peter mengancam dengan suara terputus-putus karena napasnya terengah-engah saking marah dan nyerinya.

"Hemmm........ sekarang nampaklah keaslianmu, Peter Dull! Memuakkan sekali!" Diana mengejek.

Memang ia merasa muak. Kalau dibandingkan dengan sikap para pendekar seperti Ci Kong, sungguh jauh bedanya, seperti naga dengan cacing.

"Mampus kau!"

Peter menerjang dengan pedangnya, membacok sekuat tenaga dengan pedangnya, lupa bahwa yang diserangnya dengan maksud membunuh itu adalah seorang wanita, keponakan dari Kapten Charles Elliot pula! Akan tetapi, tanpa banyak kesulitan, Diana mengelak dan pedang itu hanya mengenai angin belaka.

Peter bukan seorang lemah. Dia adalah seorang ahli tinju, juga ahli pedang. Begitu pedangnya luput dari sasaran, secepat kilat pergelangan tangannya membuat pedang membalik, kini menusuk ke arah dada. Kalau pedang itu sampai mengenai sasaran, tentu bagian lunak di antara payudara Diana akan tertembus dan pedang akan menembus jantung dan paru-paru!

Akan tetapi, kembali dengan gerakan ringan sekali, Diana miringkan tubuhnya dan tusukan itupun luput. Peter menjadi semakin penasaran dan pedangnya kini menyambar-nyambar menusuk, membacok, membabat, menusuk lagi bertubi-tubi.

Namun, semua serangannya dapat dielakkan dengan mudah oleh Diana yang mempergunakan gerak langkah Bintang Sakti seperti yang dipelajarinya dari San-tok. Karena serangannya selalu gagal, Peter menjadi semakin berang.

"Perempuan iblis....... sekali ini mampus kau!" bentaknya, dan pedangnya menusuk ke arah perut Diana, tangan kirinya menyusul dengan cengkeraman ke arah muka gadis itu!

Serangan ini hebat sekali, dilakukan dengan tenaga sepenuhnya dan cepat bukan main. Diana sudah siap menyambut serangan itu. Tubuhnya miring sehingga pedang menusuk lewat di dekat lambung, tangan kirinya cepat maju mengetuk siku Peter dan tangan kanannya menangkap pergelangan tangan yang mencengkeram mukanya sambil mengelak.

"Plakk!"

Siku itu tertekuk dan seketika Peter merasa tangan kirinya lumpuh, pedangnya terlepas.

Pada saat itu, Diana melanjutkan tangan kirinya memukul ke arah pundak Peter dan tangan kanannya yang menangkap pergelangan tangan kiri itu menarik dengan sentakan kuat.

"Krekk!"

Pukulan tangan miring itu berhasil mematahkan tulang pundak Peter, dan ketika Diana melepaskan tendangan yang mengenai perut Peter yang agak gendut, tubuh itu terjengkang dan terbanting keras! Diana berdiri saja bertolak pinggang, memandang sambil tersenyum simpul.

Hatinya merasa gembira sekali, bahwa ia telah dapat memberi hajaran kepada orang yang pernah menyakiti hatinya ini. Hajaran untuk membalas bagi dirinya sendiri, juga bagi banyak pejuang yang telah menjadi korban keganasan Peter dan kaki tangannya.

Peter merintih-rintih. Pundak kanannya yang patah tulangnya terasa nyeri sekali kalau tubuhnya digerakkan. Dia memaksa diri bangkit duduk, dan tangan kirinya melepaskan kancing bajunya.

Pedang Naga Kemala - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang