Jilid 77

1.3K 26 0
                                    

Mereka tertawa-tawa sambil membalapkan kuda, dan akhirnya, di sebuah tikungan, mereka berpisah karena secara tiba-tiba Diana membelokkan kudanya ke kiri sedangkan kuda yang ditunggangi Peter Dull sudah mendahuluinya dan terus membalap ke depan. Letnan itu baru tahu kalau Diana membelokkan kudanya karena tidak lagi mendengar derap kaki kuda kawannya itu.

"Heiii! Diana, kau kemana.......?"

"Ha-ha, Peter. Sekarang engkau kalah. Kalau bisa, kejarlah aku!" terdengar teriakan Diana jauh di depan ketika Peter memutar kembali kudanya.

"Diana.......!" teriaknya, akan tetapi Diana dan kudanya sudah lenyap tertutup debu dan ketika Peter mulai mengejar, gadis itu bahkan sudah jauh sekali dan tidak nampak lagi karena memasuki hutan kebat.

"Diana, tunggu......."

Hati perwira itu mulai khawatir. Mengapa Diana mengambil jalan liar, memasuki hutan? Itu berbahaya sekali, dan ia mulai merasa menyesal mengapa tadi membiarkan saja gadis itu mengajaknya pergi sejauh ini. Dia tergila-gila kepada Diana, bukan hanya karena gadis itu memang cantik jelita dan menggairahkan, akan tetapi terutama sekali karena Diana jinak-jinak merpati.

Nampaknya mudah didekati dan mudah ditundukkan, akan tetapi setelah dekat tinggal mengulur tangan, gadis itu selalu menghindar dan menjauh! Padahal, wanita mana saja kalau dia menghendaki, akan menyambutnya dengan hati dan kedua lengan terbuka, bahkan dengan pakaian terbuka.

Dia terkenal sebagai seorang penakluk wanita yang tidak bandingnya. Akan tetapi, betapapun dia telah berusaha, dia tidak berhasil menaklukkan Diana. Apa lagi menaklukkan, mencium satu kalipun dia tidak pernah berhasil!

Dan seorang keponakan Kapten Charles Elliot, tentu saja tidak boleh dibuat main-main dan sama sekali tidak mungkin didapatkan melalui kekerasan! Pada pagi hari itu, seperti biasa Diana kelihatan begitu ramah dan baik, begitu akrab seolah-olah sudah siap untuk menerima cintanya.

Karena itulah dia tidak membantah ketika Diana mengajaknya ke tempat sejauh itu, dengan harapan di tempat sunyi itu akhirnya Diana akan menyerahkan diri, setidaknya untuk dibelai dan diciuminya. Sudah terbayang dia tadi betapa akan nikmat dan senangnya kalau dia berhasil meraih gadis ini sebagai pacar barunya. Seorang gadis tulen, seorang perawan, ini dia yakin benar karena belum pernah Diana mempunyai seorang kawan pria yang akrab, seakrab dia.

Akan tetapi, kembali Diana memperlihatkan watak berandalnya. Secara tiba-tiba saja kudanya dibelokkan ke dalam hutan lebat dan hal ini amat berbahaya sekali. Akan tetapi, kegagahannya ditantang dan dia tentu saja bertanggung jawab atas keselamatan gadis itu.

Celakanya, Diana adalah seorang gadis yang mahir sekali menunggang kuda, dan tadi ketika berangkat, dara itu sengaja meminjam kuda kesayangan pamannya sendiri. Kuda hitam yang ditunggangi Diana dapat berlari cepat seperti setan, dan Diana juga seorang penunggang yang mahir, maka kini, setelah gadis itu membalap, dan sudah jauh lebih dulu meninggalkannya, Peter tidak dapat menyusul.

Dapat dibayangkan betapa besar kegelisahan hati letnan yang gagah ini ketika dia tidak lagi melihat bayangan Diana dengan kudanya. Apalagi ketika dia kehilangan jejak kaki kuda yang ditunggangi Diana karena kini tanah tertutup batu-batu yang tidak meninggalkan bekas jejak kaki yang dapat dilihat begitu saja.

Terpaksa dia harus meloncat turun dari atas kudanya dan meneliti dari dekat. Setelah bertemu jejak kaki kuda, baru dia melanjutkan pengejaran dan pencariannya. Tentu saja hal ini memakan waktu.

Ketika ia tiba di tempat terbuka, dimana terdapat batu-batu besar dan pohon-pohon raksasa, kembali dia bingung dan terpaksa meloncat turun dari kuda. Pada saat itu, dia merasa seperti dipandang orang dan cepat dia bangkit memutar tubuhnya.

Pedang Naga Kemala - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang