Jilid 27

2K 33 0
                                    

Terdengar suara ketawa karena mereka yang nonton di luar pintu gerbang tak dapat menahan rasa geli di dalam hati mereka melihat peristiwa lucu itu. Tentu saja tiga orang kepala pengawal itu selain terkejut dan heran, juga marah dan penasaran sekali.

Kini merekapun dapat menduga bahwa kakek ini seorang pandai, akan tetapi karena kakek itu mereka anggap terlalu menghina dan juga merendahkan mereka dalam pandangan Ciu Wan-gwe, berarti membahayakan kedudukan mereka, maka merekapun menjadi nekat.

"Tua bangka, engkau menggunakan ilmu siluman!" teriak mereka dan kini mereka tidak hanya berusaha menyeret, melainkan menggerakkan tangan untuk memukul tubuh kakek kecil kurus itu dengan pengerahan tenaga yang kuat.

Tiga buah tangan yang dikepal kuat menghantam ke arah punggung, dada dan kepala kakek itu yang agaknya sama sekali tidak mau mengelak atau menangkis. Melihat ini, semua orang merasa khawatir, bahkan Ciu Wan-gwe sendiri mengerutkan alisnya. Kakek itu tentu akan tewas dan dia tidak suka melihat tiga orang kepala pengawal itu membunuh orang di rumahnya tanpa perintah darinya.

Terdengar suara 'bak-bik-buk' ketika tiga kepalan tangan itu menimpa sasarannya. Akan tetapi terjadilah keajaiban. Bukan tubuh kecil kurus itu yang ringsek, melainkan tubuh tiga orang kepala pengawal itulah yang terpental, terjengkang dan terbanting keras ke atas tanah!

"Kakek iblis!" Teriak mereka dan kini mereka sudah menyambar golok mereka.

Tiga orang ini adalah kepala pengawal Ciu Wan-gwe yang berpengaruh di antara para pejabat daerah, oleh karena itu mereka berani mempergunakan senjata tajam walaupun ada peraturan resmi dari pemerintah yang melarang orang memiliki dan membawa senjata tajam. Dengan kemarahan meluap, tiga orang itu sudah menerjang kakek kecil kurus dan pendek itu tanpa banyak cakap lagi.

Ciu Wan-gwe hendak mencegah, akan tetapi tiba-tiba diapun tertarik sekali. Siapa tahu kakek pendek kecil ini seorang yang sakti dan dia amat membutuhkan orang sakti, terutama sekali yang akan mampu menandingi pistolnya!

Dia membutuhkan seorang pengawal sakti, bukan hanya untuk menjaga keselamatan keluarganya, juga terutama sekali untuk dapat menjadi guru Kui Eng. Maka, dia membiarkan tiga orang kepala pengawalnya itu untuk menyerang kakek itu untuk mengujinya.

Semua orang memandang dengan mata terpentang lebar-lebar untuk mengikuti gerakan mereka yang berkelahi. Tiga orang kepala pengawal itu menyerang si kakek kecil dari tiga jurusan, dan kakek itu agaknya tidak akan berpindah dari tempat dia berdiri. Akan tetapi sungguh aneh sekali.

Ketika tiga orang penyerang itu telah tiba dekat dan golok mereka itu sudah menyambar, hanya tinggal beberapa sentimeter saja dari tubuh kakek itu, tiba-tiba mereka bertiga mengeluarkan teriakan kaget dan tubuh mereka terlempar ke kanan kiri, padahal kakek itu hanya memutar tasbehnya satu kali saja dan tidak kelihatan tasbeh itu mengenai tubuh mereka. Sekali ini, tiga orang pengawal itu terbanting keras sekali dan golok mereka terlepas, dan sekali ini tidak mudah bagi mereka untuk meloncat bangun, melainkan mengaduh-aduh dan mencoba untuk merangkak bangun.

Kini mereka telah sampai di batas yang tidak mungkin untuk mundur lagi. Mereka jelas telah mendapat malu dari kakek itu, bukan hanya di depan majikan mereka, bahkan di depan banyak orang yang berkerumun di depan pintu. Mereka akan menjadi bahan ejekan, nama mereka akan merosot dan jatuh.

Tidak ada lain jalan kecuali nekat mengadu nyawa dengan orang yang mendatangkan malapetaka bagi mereka itu. Biarpun tubuh mereka terasa sakit-sakit, dan biarpun mereka kini sudah tahu bahwa kakek itu sungguh seorang yang amat lihai, mereka yang sudah nekat itu lalu berhasil bangkit kembali, mengambil golok mereka dan dengan sikap mengancam kini mengurung kakek itu yang hanya tersenyum menyeringai dengan sikap mengejek dan memandang rendah.

Pedang Naga Kemala - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang