Jilid 46

1.6K 28 0
                                    

Melihat datangnya banyak pengawal, para penonton di depan pintu gerbang menjadi panik dan tadipun para pengawal sudah mendorong mereka ke kanan kiri ketika sebagian dari mereka datang dari luar. Para penonton itu menjauhkan diri, masih nonton akan tetapi dari jarak jauh.

"Bohong! Dia bohong, nona!" tiba-tiba terdengar si gendut Lok Hun berseru.

Si gendut ini hidungnya berdarah dan dahinya membenjol sebagai akibat menubruk dinding tadi dan kini dia sudah siuman. Dan begitu sadar tadi, dia mencari-cari peti kecil terisi madat murni. Akan tetapi peti kecil itu telah lenyap. Karena itu, dia cepat membantah ketika Ci Kong membela diri di depan nona majikannya.

"Dia datang tentu untuk merampas peti kecil berisi madat murni yang kami bawa itu!"

Kui Eng mengerutkan alisnya. Dia tiba-tiba memandang penuh perhatian kepada pemuda ini, seorang pemuda petani akan tetapi yang ternyata memiliki kepandaian amat tinggi. Dan anehnya, ia merasa seperti pernah mengenal pemuda ini, namun lupa lagi entah kapan dan dimana.

"Benarkah engkau datang hanya untuk mencuri sepeti kecil madat?" bentaknya kepada Ci Kong.

Ci Kong menggeleng kepala.

"Aku paling benci madat, untuk apa aku merampas madat?"

Sementara itu, Lok Hun yang kehilangan madat itu menjadi khawatir sekali, lalu dia keluar bertanya-tanya. Di antara penonton ada yang melihat bahwa peti kecil itu tadi dilarikan seorang pemuda yang sebaya dengan Ci Kong.

Mendengar ini, Lok Hun berlari memasuki pintu gerbang dimana Ci Kong masih dihadapi Kui Eng dan dikurung oleh para pengawal.

"Nona, benar saja! Dia sengaja melawan kami, dan seorang temannya telah mengambil madat itu dan dilarikan. Keroyok dia! Tangkap dan paksa dia mengaku dimana candu itu disembunyikan temannya!"

Teriakan ini menggerakkan para pengawal yang segera mengeroyok Ci Kong. Mereka menggunakan golok dan pedang, dan bagaikan hujan senjata-senjata tajam itu menyambar-nyambar ke arah Ci Kong. Karena merasa tidak perlu lagi berdebat, Ci Kong mengamuk. Kaki tangannya bergerak seperti angin cepatnya dan sebentar saja, enam orang pengawal terlempar ke kanan kiri.

Melihat ini, Kui Eng merasa kagum dan tertarik, maka iapun cepat maju sendiri, menyerang pemuda itu dengan kedua tangan kosong. Akan tetapi dua tangan kosongnya itu jauh lebih lihai daripada belasan golok dan pedang para pengawal.

Kedua tangan bercuitan seperti melengking-lengking ketika menyambar dan tubuh dara itupun bergerak secepat burung wallet menyambar-nyambar. Ci Kong terpaksa harus mencurahkan seluruh perhatiannya menghadapi serangan-serangan gadis ini yang benar-benar amat berbahaya, sedangkan serangan para pengawal yang mengeroyoknya cukup dihalaunya kalau sudah dekat saja.

Terjadilah pengeroyokan yang seru, dimana Ci Kong yang berkelahi dengan Kui Eng itu dikeroyok dan dikurung dengan ketat. Bahkan kini datang sepasukan keamanan kota yang telah diberi tahu dan pemuda itu dikurung oleh musuh yang tidak kurang dari limapuluh orang jumlahnya.

Andaikata di situ tidak ada Kui Eng, agaknya dengan mudah Ci Kong akan merobohkan seluruh pengeroyoknya. Akan tetapi, kelihatan Kui Eng membuat dia terdesak dan terhadap gadis puteri Ciu-wangwe ini Ci Kong tidak sampai hati untuk menggunakan tangan maut! Dia masih teringat bahwa bagaimanapun juga, dapat dikatakan bahwa gadis ini pernah menyelamatkan nyawanya dan nyawa ayahnya di gedung ini duabelas tahun yang lalu.

Sementara itu, Ong Siu Coan yang melarikan peti kecil, setelah tiba di sebuah parit yang sunyi, lalu membuka peti dan memeriksa isinya. Tadipun dia melihat peti itu terbuka dan isinya benda hitam-hitam yang tidak dikenalnya. Kini dia memeriksanya dan bukan main kecewanya ketika mendapat kenyataan bahwa peti itu tidak terisi benda berharga seperti yang diduganya, melainkan benda yang diduganya tentu candu yang dihebohkan itu.

Pedang Naga Kemala - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang