Jilid 92

1.3K 24 0
                                    

Hai-tok mengundang para datuk persilatan untuk datang ke pesisir timur dari mana nampak Pulau Layar di kejauhan. Pantai ini penuh dengan batu-batu karang dan guha-guha besar, dan untuk keperluan pestanya, Hai-tok menyuruh anak buahnya untuk menggempur guha-guha dan membuat lima buah guha besar menjadi satu, menjadi ruangan sebuah guha yang luas sekali, yang menghadapi laut. Guha itu lalu disuruh hias dan ukir dan untuk keperluan ini, dia sengaja mendatangkan ahli-ahli ukir yang pandai.

Perpaduan antara alam dan keahlian tangan manusia menciptakan sebuah ruangan dalam guha yang amat aneh dan indah. Batu-batu karang itu diukir membentuk binatang-binatang aneh seperti naga, ki-lin, burung Hong dan sebagainya. Lantai guha dibikin rata dan di situ dipasangi meja-meja alam, meja-meja yang dibuat dari batu karang yang diukir-ukir, demikian bangku-bangku batu karang yang amat indah penuh dengan gaya seni yang luar biasa.

Ketika para tamu berdatangan, anak buah Hai-tok yang gagah-gagah dan berpakaian indah, menyambut dan mempersilahkan para tamu memasuki tempat duduk. Para tamu mengucapkan seruan-seruan kagum bukan main. Tempat itu memang amat indahnya dan menakjubkan.

Selain penuh dengan batu-batu karang dan dinding-dinding batu terukir, juga bangku-bangku dan meja-meja batu karang yang indah, pemandangan keluar guha amat indah. Air laut seperti berada di luar guha yang tinggal mengulur tangan menyentuhnya, dan air laut berkeriput lembut ditimpa sinar matahari pagi yang cerah.

Matahari sendiri yang baru muncul, masih memuntahkan sinar keemasan, akan tetapi menciptakan suatu jalur jalan putih keperakan di atas permukaan laut.

Semua tamu itu terdiri dari tokoh-tokoh besar persilatan, tokoh-tokoh dan datuk-datuk yang sudah banyak mengalami hal yang aneh-aneh. Akan tetapi ketika memasuki guha itu, mereka tertegun dan merasa seolah-olah mereka masuk ke dalam sebuah istana dongeng di dalam lautan.

Belum lama mereka duduk, terdengar bunyi yang nyaring melengking dan lembut, seperti bunyi rumah siput besar ditiup atau bunyi suling tanduk besar, mengaum dan terbawa angin memasuki guha itu. Semua orang memandang ke arah laut dari mana suara itu terdengar.

Para anak buah yang tadinya bertugas menjaga guha itu dan menyambut para tamu, begitu mendengar suara mengaung itu, lalu bangkit berdiri dengan sikap hormat, lalu seorang di antara mereka berseru memberi pengumuman.

"Yang mulia To-cu datang.......!!"

Para tamu tahu bahwa Hai-tok yang bernama Tang Kok Bu itu adalah seorang yang amat kaya, menjadi majikan atau sebagai raja saja dari Pulau Layar yang nampak dari situ seperti layar sebuah perahu. Mereka tahu bahwa yang disebut To-cu (Majikan Pulau) tentu Hai-tok Tang Kok Bu, tuan rumah yang mengirim undangan dan yang merayakan hari ulang tahunnya yang ke tujuhpuluh lima. Karena itu, semua tamu menujukan pandang mata mereka ke tengah lautan, ke arah Pulau Layar.

Dan kini nampaklah oleh mereka beberapa buah perahu yang kecil-kecil panjang dan meruncing, bergerak dengan amat lajunya menuju ke pantai. Beberapa orang di antaranya memegang bendera-bendera, ada yang bertuliskan kata lautan, Pulau dan Raja. Dengan bendera-bendera itu seolah-olah Hai-tok menjadi Raja Pulau dan Lautan yang kini menuju ke pantai dengan segala kebesarannya.

Memang inilah yang dimaksudkan oleh seorang di antara Empat Racun Dunia itu. Hai-tok ingin memamerkannya lewat pesta yang luar biasa megahnya itu, dan diapun ingin memamerkan kedudukan dan kekuasaannya lewat pemunculannya yang mengesankan.

Dan memang mengesankan sekali pemunculan Hai-tok Tang Kok Bu! Dari jauh tadi tidak begitu nampak, hanya kelihatan seolah-olah Hai-tok duduk di atas sebuah perahu kecil seorang diri, diiringkan oleh anak buahnya yang gagah-gagah dan tampan-tampan. Akan tetapi setelah rombongan itu dekat dengan tebing-tebing karang, dimana para tamu nonton dari dalam guha, semua orang tertegun!

Pedang Naga Kemala - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang