Jilid 138

1.1K 21 0
                                    

"Kau pura-pura saja? Wah, kami tadi hampir dapat mendesaknya!" Seru Kui Eng.

"Siapa bilang ia pura-pura? Aku berada di sini!"

Tiba-tiba terdengar jawaban dan muncullah tiga kakek yang membuat empat orang muda itu tertegun. Kiranya San-tok muncul bersama Hai-tok dan Tee-tok! Mereka baru saja tiba sehingga mereka tidak melihat terjadinya perkelahian tadi.

Akan tetapi San-tok dapat menangkap seruan Diana tadi dan mendengarkan percakapan antara mereka. Ketika mereka tiba di situ, Thian-tok yang melarikan diri ke jurusan lain sudah pergi jauh.

"Suhu.......!" kata Lian Hong, terkejut, heran dan juga girang.

"Baru saja locianpwe Thian-tok datang ke sini. Dia mengobati Ci Kong yang keracunan karena gigitan ular berbisa, akan tetapi hanya untuk memaksa kami semua membuat pengakuan tentang Giok-liong-kiam. Ketika kami menolak, dia marah-marah dan hendak membunuh kami, sehingga kami melawan dan terjadi perkelahian."

"Perkelahian yang hebat, sampai-sampai mereka berkelahi di atas pohon. Karena khawatir kalau-kalau kalah, aku lalu berteriak, pura-pura memanggil suhu. Dan iblis itupun lari ketakutan!" tambah Diana.

"Mari kita kembali dan bicara di dalam guha. Banyak urusan penting yang harus kita bicarakan bersama," kata San-tok.

Dan beramai-ramai mereka lalu menuju ke Puncak Naga Putih dan duduk berkumpul di dalam guha besar tempat tinggal San-tok. Setelah mereka duduk berkumpul, empat orang muda itu menceritakan tentang kemunculan Thian-tok, kemudian Ci Kong menceritakan tentang sukongnya yang bertapa, dan betapa di lereng Wu-yi-san itu dia bertemu dengan dua orang kakek Pek-lian-pai dan Pat-kwa-pai yang menyerangnya dan merobohkannya dengan ilmu sihir dan serangan ular berbisa.

"Ciok Im Cu dan Ban Hwa Seng-jin?" San-tok berseru ketika mendengar cerita Ci Kong itu.

"Ah, mereka adalah orang-orang penting dalam Pek-lian-pai dan Pat-kwa-pai. Heran, mengapa mereka berani datang ke wilayahku? Padahal, selama ini dua perkumpulan itu tidak pernah saling ganggu dengan aku!"

Kakek ini merasa penasaran sekali.

"Mudah saja diduga," kata Tee-tok.

"Tentu merekapun sudah mendengar akan desas-desus yang disebarkan oleh Koan Jit itu, dan mereka ingin pula memperebutkan Giok-liong-kiam dan melakukan penyelidikan ke sini."

San-tok dan Hai-tok mengangguk-angguk.

"Benar sekali," kata San-tok.

"Tentu itu sebabnya mengapa dua orang tikus itu berkeliaran ke sini. Akan tetapi kalau bertemu dengan aku, akan kuketok kepala mereka! Dan kebetulan engkau datang, Ci Kong," kata San-tok.

"Sehingga kami tak perlu mencari Siauw-bin-hud di kuilnya. Telah terjadi hal-hal yang penting dan perlu diketahui oleh Siauw-bin-hud, maka dengarlah cerita kami agar engkau dapat melapor kepada kakek itu."

San-tok dan dua orang rekannya lalu menceritakan apa yang telah terjadi. Kiranya berita yang disebar oleh Tee-tok akan kepalsuan Giok-liong-kiam di tangan Koan Jit, terdengar pula oleh Koan Jit dan agaknya orang ini lalu menaruh curiga kepada San-tok dan muridnya.

Dia teringat akan tanda-tanda masuknya seseorang di dalam tempat penyimpanan pusaka-pusakanya. Maka diapun lalu menyebar desas-desus bahwa Giok-liong-kiam yang asli berada di tangan Empat Racun Dunia, dan bahwa para datuk itu hendak mencari harta pusaka melalui Giok-liong-kiam untuk membiayai pemberontakan terhadap pemerintah Ceng-tiauw, dan juga mengusir orang-orang kulit putih.

Berita ini tentu saja amat menghebohkan dan menarik perhatian pemerintah, bahkan menarik pula perhatian para pimpinan pasukan kulit putih. Baik pemerintah Ceng, maupun orang-orang kulit putih, lalu menyebar orang-orang pandai yang menjadi kaki tangan mereka untuk mencari dan merampas Giok-liong-kiam atau harta karun itu. Dan yang menjadi sasaran utama adalah Empat Racun Dunia. Keadaan menjadi gawat dan berbahaya bagi mereka.

Pedang Naga Kemala - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang