Jilid 20

2.1K 45 0
                                    

"Heh-heh, benarkah dia begitu hebat, Siauw-bin-hud? Aku tidak percaya!" berkata demikian, San-tok atau Bu-beng San-kai lalu menggerakkan kakinya dan dalam keadaan duduk, tahu-tahu tubuhnya melayang ke depan dan dia sudah berdiri di depan Ci Kong sambil tersenyum-senyum. Ci Kong sama sekali tidak menjadi gentar dan memandang kakek berpakaian jembel itu dengan sepasang mata mencorong.

"Bocah bernyali besar, kalau engkau tidak membolehkan aku mengganggu susiok-couwmu, lalu kau mau apa? Apa kau berani melawan aku?"

Sikap dan ucapan ini membuat Ci Kong marah bukan main.

"Apalagi engkau, biar raja iblis sekalipun akan kulawan kalau dia jahat dan hendak mengganggu kami!" bentaknya.

"Wah-wah, agaknya engkau memang memiliki ilmu yang lihai maka kecil-kecil berani menantang aku. Nah, coba kulihat, apakah engkau berani memukul perutku ini?"

Kakek itu mencoba untuk membusungkan perutnya yang kempis. Hanya tantangan itu saja yang memaksanya untuk memukul.

"Baik, aku akan memukulmu seperti yang kau tantang itu. Bersiaplah!" katanya sambil memasang kuda-kuda.

"Ha-ha, kauwakili susiok-couwmu memukulku, dan kerahkan semua tenagamu!" Kakek kurus itu menantang.

Ci Kong tidak tahu betapa Nam San Losu, gurunya, sudah bergerak hendak mencegahnya, akan tetapi tiba-tiba gurunya terkejut karena tubuhnya seperti disedot angin dari belakang yang membuatnya tidak mampu bergerak. Ketika suhunya menengok, ternyata Siauw-bin-hud sudah mengulurkan tangannya dan kini kakek itu tersenyum lebar dan memberi isyarat agar dia tidak melakukan sesuatu terhadap anak itu.

Legalah hati Nam San Losu karena dia maklum bahwa susioknya itu tentu tidak akan membiarkan muridnya celaka, hanya dia merasa heran mengapa susioknya itu seperti mendukung sikap dan perbuatan Ci Kong yang dianggapnya kurang ajar terhadap tingkatan yang tua. Ngeri dia membayangkan apa akan menjadi akibatnya kalau muridnya itu memukul tubuh San-tok, seorang di antara Empat Racun Dunia itu!

Dia sudah mendengar nama ini dan agaknya tingkat kepandaian susioknya, Siauw-bin-hud sajalah yang dapat mengimbangi kepandaian Empat Racun Dunia. Bahkan para suhengnya sendiri yang kini menjadi para pemimpin Siauw-lim-pai, juga tidak akan mampu menandingi San-tok!

"Hyaaaattt.......!!"

Ci Kong yang sudah melihat kakek itu bersiap diri, lalu menerjang ke depan, tangan kanannya dikepal dan memukul ke arah perut. Menurut apa yang sudah dipelajarinya, memukul bagian lunak dari tubuh lawan sebaiknya memutar kepalan tangan karena hasilnya akan lebih baik, sehingga tangan membuat gerakan seolah-olah membor perut lawan. Akan tetapi karena dia tidak berniat mencelakai lawan, hanya sekedar "menghajar" saja untuk memperlihatkan bahwa dia benar-benar berani menentang siapa saja yang hendak mengganggu susiok-couwnya, dia memukul biasa saja ke arah perut kecil itu.

"Bukkk.......!"

Pukulan itu tepat mengenai perut bawah kakek kurus itu, akan tetapi sedikitpun kakek itu tidak menangkis atau mengelak, juga tidak bergoyang sedikitpun oleh pukulan si anak kecil. Ci Kong yang merasa betapa kepalan tangannya memasuki daging lunak sekali, menjadi terkejut dan cepat menarik kembali tangannya. Akan tetapi alangkah kagetnya ketika kepalan tangannya memasuki perut itu tidak dapat ditarik kembali, bahkan kepalannya tidak dapat dibuka!

Dia mengangkat muka memandang, dan melihat betapa wajah San-tok masih menyeringai biasa, dan sepasang mata kakek itu memancarkan sinar aneh. Kembali dia berusaha membetot tangannya, namun tiba-tiba tubuhnya malah terasa lemas kehilangan semua tenaga dan kepalan tangannya terasa hangat, lalu semakin lama menjadi semakin panas!

"Heh-heh-heh, Siauw-bin-hud, engkau benar. Anak ini jauh lebih baik dari pada aku atau Hai-tok, dan aku kagum sekali!"

Melihat keadaan muridnya yang nampak lemas dan tidak mampu menarik kembali tangannya dari perut San-tok, tentu saja Nam San Losu menjadi terkejut sekali. Dia maklum bahwa nyawa muridnya terancam maut, maka dengan nekat diapun bangkit dan melangkah maju untuk menolongnya. Akan tetapi kembali tubuhnya tersedot ke belakang dan Siauw-bin-hud memberi isyarat dengan pandang matanya agar dia tidak sembarangan bergerak.

Pedang Naga Kemala - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang