Jilid 134

1K 23 0
                                    

Sebaliknya, dia melihat Diana duduk bersila di puncak batu karang itu, dengan tubuh tegak, kedua lengan terlipat di depan dada, dalam keadaan samadhi yang tenang! Sama sekali tidak nampak takut, bahkan tubuh itu sedikitpun tidak gemetar, melainkan duduk diam seolah-olah tubuh itu bukan dari kulit daging lagi, melainkan pahatan batu pualam yang amat indah dan yang menjadi satu dengan puncak batu karang! Demikian hebat dan indahnya pemandangan itu, membuat San-tok melongo dan dari mulutnya terdengar ucapan yang dilontarkan di luar kesadarannya,

"Hebat....... indah sekali......."

Seolah-olah bukan Diana yang dilihatnya, melainkan hasil seni pahat yang amat luar biasa.

"Suhu......."

Panggilan ini mengejutkan hati San-tok, dan diapun cepat menoleh. Kiranya Lian Hong datang berlari-lari. Agaknya Lian Hong juga melihat tubuh Diana yang duduk bersila di atas batu karang itu.

"Suhu, kenapa dan bagaimana Diana bisa duduk bersila di sana?" Pertanyaan itu mengandung teguran dan kekhawatiran.

San-tok tertawa. Dia seorang yang amat cerdik. Perlakuan yang diberikan kepada Diana itu untuk memaksa Diana menjadi jera dan tidak mengganggunya lagi. Akan tetapi sekarang, Lian Hong sudah kembali dan tentu saja dia tidak dapat bertindak semaunya, ia terlalu sayang sehingga agak takut kepada murid yang dipeliharanya sejak kecil ini.

"Ha-ha-ha, dara bule itu berbakat sekali! Lihat, baru satu bulan ia sudah kuberi latihan samadhi di puncak batu karang itu, padahal dahulu, setelah kepandaianmu cukup tinggi baru engkau berlatih di situ."

"Suhu, berbahaya sekali berlatih di sana. Belum waktunya Diana diberi latihan seberat itu. Biar kuturunkan Diana!" Berkata demikian, Lian Hong lalu memanjat batu karang itu dengan kesigapan seekor monyet.

Mendengar suara Lian Hong, Diana membuka matanya. Begitu membuka mata, ia melihat betapa tingginya tempat ia duduk dan ia cepat memejamkan kembali kedua matanya. Pikirannya yang kembali membuat bayangan yang menyeramkan, membuat ia ketakutan lagi. Akan tetapi Lian Hong sudah tiba di dekatnya.

"Diana, mari kita turun. Nah, kau berpegang kepadaku dan mari kuajari bagaimana untuk dapat memanjat turun," kata Lian Hong dengan tenang.

Ketenangan dan kesigapan Lian Hong membesarkan hati Diana dan dengan hati-hati ia lalu merangkak turun sambil berpegang kepada Lian Hong. Akhirnya mereka tiba juga di bawah dengan selamat, disambut oleh San-tok yang tertawa-tawa. Begitu tiba di bawah, Diana lalu merangkul Lian Hong dan terisak! Lian Hong membalas rangkulan gadis bule yang telah menjadi sumoinya itu.

"Eh, Diana....... kenapa engkau menangis?" Lian Hong bertanya sambil melempar pandang mata tajam ke arah gurunya.

"Sumoi....... aku....... aku girang sekali melihat engkau pulang, Lian Hong suci! Aku aku rindu sekali padamu......."

"Hong Hong, bagaimana dengan tugasmu?"

Kakek yang merasa lega mendengar ucapan Diana yang sama sekali tidak menuntutnya itu, kini bertanya kepada Lian Hong.

"Sudah berhasil baik, suhu. Inilah pedang itu."

Lian Hong lalu mengeluarkan sebatang pedang dengan sarungnya yang sudah tua sekali dari balik jubahnya. San-tok menerimanya dengan girang. Pedang itu memang serupa benar dengan pedang Giok-liong-kiam yang palsu, yang mereka ambil dari Koan Jit. Sebuah pedang kecil berukir tubuh naga, terbuat dari batu kemala yang warnanya hijau kemerahan. Buatannya indah bukan main, jauh lebih indah dari pada yang palsu, walaupun bentuknya serupa.

"Ha-ha-ha, tak kusangka bahwa benda seperti ini menjadi rebutan orang sedunia!"

Kakek itu lalu membawa pedang Giok-liong-kiam ke dalam guha, sementara itu Lian Hong mengajak Diana untuk bertukar pakaian. Berhari-hari lamanya kakek San-tok sembunyi di dalam guhanya untuk meneliti pedang dan mencari rahasia yang disembunyikan.

Pedang Naga Kemala - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang