Jilid 14

2.4K 43 2
                                    

"Aku sudah melakukan perjalanan jauh dan tidak mengajak para pengawalku untuk membersihkan sepatuku yang kotor. Hayo kau bersihkan sepatuku, baru aku akan membiarkanmu pergi."

Wajah Lutung Hitam itu berobah semakin hitam. Dia bukan sembarang orang dan banyak orang yang takut dan taat kepadanya. Kini orang menghina sampai di luar batas!

"Ha-ha, orang macam engkau ini masih bisa bicara tentang kehormatan dan penghinaan? Hidupmu sudah di dalam lumpur kehinaan. Aku hanya ingin menukar nyawamu yang rendah itu dengan pekerjaan membersihkan sepatu dan kau banyak cakap lagi? Hayo bersihkan sepatuku, atau aku mewakili pemerintah melaksanakan hukuman mampus kepadamu. Pilih saja!"

Kini yakinlah hati Hek-wan bahwa dia berhadapan dengan seorang petugas pemerintah yang menyamar. Dan jelas pula bahwa orang ini memiliki ilmu kepandaian yang tinggi dan dia tidak akan mampu mengalahkannya. Di situ tidak terdapat orang lain, mengapa harus meributkan tentang kehormatan.

"Baiklah.......!"

Katanya dan diapun berlutut di depan orang itu, menggunakan ujung lengan bajunya untuk membersihkan kedua sepatu yang penuh debu itu. Kalau saja ada orang yang melihat peristiwa ini. Betapa akan malunya dan akan hancur nama besarnya. Dia terkenal sebagai orang yang paling ditakuti di seluruh daerah Nan-leng, dan kini dia membersihkan sepatu orang, berlutut di depan orang itu.

Kemarahannya tak dapat ditahannya lagi dan otaknya yang cerdik itu bekerja. Orang yang menghinanya berdiri begitu dekat, tidak ada yang akan dapat menghalanginya lagi. Diam-diam dia mengerahkan tenaganya dan tiba-tiba saja dia menghantam ke arah pusar orang itu, dari jarak yang amat dekat.

"Krakk....... aughhhh.......!"

Tubuh Tai-lek Hek-wan terkulai dan dia roboh tewas dengan belakang kepala remuk karena sebelum pukulannya mengenai sasaran, si tinggi besar itu telah lebih dahulu menghantam tengkuknya! Sekali ini Tai-lek Hek-wan yang biasanya cerdik itu salah perhitungan.

Dia terlalu memandang rendah lawannya. Padahal begitu dia mengerahkan tenaga, si raksasa itu telah mengetahuinya sehingga dapat mendahuluinya, menghantam tengkuknya dari atas, sehingga bukan saja pukulan itu melumpuhkan semua gerakannya, juga membuat nyawanya melayang!

Dengan sikap jijik, kakek bertubuh raksasa itu lalu menendang mayat Hek-wan sampai terlempar jauh, kemudian diapun membuang buntalan madat itu ke dalam jurang tak jauh dari situ sambil mengomel.

"Candu ini harus dimusnahkan di seluruh dunia, membuat manusia menjadi boneka, menjadi mayat-mayat hidup, berbahaya sekali......."

Tiba-tiba dia berhenti bergerak dan sejenak diam tak bergerak, samar-samar dia mendengar suara orang berkelahi dan tak lama kemudian, raksasa ini sudah berlari dengan langkah lebar menuju ke tempat orang yang sedang berkelahi itu. Raksasa ini memang bukan orang sembarangan, dan seperti dugaan Tai-lek Hek-wan, dia adalah seorang jagoan istana!

Kaisar mengirim beberapa orang jagoan untuk melakukan penyelidikan dan kalau mungkin merampas pusaka Giok-liong-kiam yang demikian menghebohkan dunia persilatan. Bagi kaisar, seluruh pusaka yang terdapat di negeri itu adalah hak dan milik istana! Karena itu, Giok-liong-kiam yang diperebutkan itupun adalah hak istana.

Dan raksasa ini adalah seorang di antara para jagoan istana, namanya Tang Kui, dan jabatannya adalah komandan pasukan pengawal di luar istana. Karena namanya terkenal di kalangan para pengawal sebagai seorang komandan yang pandai, tegas dan memiliki ilmu silat yang tinggi dan tenaga yang besar, maka dia terpilih sebagai seorang di antara para jagoan yang ditugaskan mencari dan merebut pusaka Giok-liong-kiam.

Sebentar saja Tang Kui telah tiba di tempat dimana tokoh Ang-hong-pai itu masih berkelahi dengan hebatnya melawan Pek-bin Tiat-ciang. Dari jauh saja Tang Kui yang banyak mempelajari keadaan kang-ouw dan mengenal banyak tokoh kang-ouw, mengenal siapa mereka yang sedang berkelahi itu.

Pedang Naga Kemala - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang