Jilid 127

1.1K 20 0
                                    

"Entahlah, adikku. Entahlah. Aku memang kagum kepadanya, akan tetapi cinta? Entahlah, aku sendiri tidak tahu bagaimana sih cinta itu. Engkau yang hidup sebagai seorang gadis kang-ouw dan sudah luas sekali pengalamanmu, coba katakan, adikku, bagaimana sih rasanya kalau orang jatuh cinta?

"Aku tidak yakin apakah aku cinta atau tidak padanya, walaupun aku kagum dan suka kepada suhengmu karena dia memiliki ilmu kepandaian tinggi, bertampang ganteng dan bersikap sopan dan lembut. Bagaimana sih cinta itu?"

Di dalam hatinya, Kiki menaruh rasa khawatir. Memang suhengnya itu perayu benar dan pandai bersandiwara, sikapnya selalu baik dan memang tampan. Akan tetapi ditanya tentang cinta, dara inipun menjadi bingung sendiri. Apa sih cinta itu?

Ia lalu mengingat-ingat, membayangkan tampang laki-laki yang pernah dikenalnya dan dikaguminya. Banyak pendekar muda yang gagah perkasa dan ganteng, terutama sekali Tan Ci Kong itu!

Ia sendiri bertanya-tanya, apakah ia mencinta Ci Kong, akan tetapi ia sendiri tidak mampu menjawab. Dan kini enci angkatnya bertanya tentang cinta kepadanya!

"Cinta? Wah, aku lebih muda darimu, enci! Biarpun aku sudah banyak menjelajah dan banyak mengenal orang, akan tetapi dalam urusan cinta mencinta, pengetahuanku juga nol besar! Aku tak dapat menjawab. Akan tetapi, bukankah kalau benar-benar engkau mencinta seorang pemuda, ada terasa di dalam hatimu?

"Bagaimana perasaanmu terhadap suhengku itu? Apakah ada rindu? Apakah ada keinginan untuk berdekatan terus? Apakah ada perasaan mesra dan....... ah, bagaimana lagi ya? Aku tidak tahu!"

Dan keduanya lalu tertawa. Ceng Hiang merangkulnya dan mencium pipinya. Kata-kata dan sikap adik angkatnya itu benar-benar lucu baginya, dan ia memperhatikan wajah Kiki.

"Kalau saja aku ini seorang laki-laki, atau engkau seorang laki-laki, agaknya aku bisa jatuh cinta padamu, Kiki. Tapi kita sama-sama perempuan, sehingga di antara kita tentu lain-lain rasanya di hati. Aku tidak tahu dan aku ragu-ragu.

"Tapi, coba ceritakan lebih banyak tentang suhengmu itu. Orang tuanya dimana? Dari mana dia berasal? Dan pekerjaan hebat apa saja yang pernah dilakukannya? Dan bagaimana dalam pergaulannya denganmu? Apakah dia jujur? Apakah dia dapat dipercaya? Apakah dia penyabar ataukah pemarah? Engkau sebagai sumoinya yang hidup sejak kecil dengan dia tentu mengenalnya dengan baik."

Kiki menjadi semakin bingung.

"Wah, wah....... pertanyaanmu ini sungguh berat bagiku untuk menjawabnya, enci. Bagaimana aku dapat menilai orang yang pernah menjadi suhengku akan tetapi juga pernah menjadi musuhku. Ketahuilah, belum lama ini belum ada dua bulan ini, telah terjadi perang antara perahu bajak yang kupimpin dan perahu kerajaan yang dipimpinnya.

"Terpaksa kami, suheng dan sumoi, bertanding di perahu secara mati-matian. Karena pelengkapannya lebih baik dan orang-orangnya lebih banyak, terpaksa aku melarikan diri bersama anak buahku. Ketahuilah, kami telah bertanding mati-matian dan nyaris seorang di antara kita tewas.

"Nah, bagaimana sekarang aku harus menilainya? Memang perkelahian dan permusuhan yang terjadi antara kami berdua bukan persoalan pribadi, melainkan disebabkan karena dia meninggalkan kelompok kami dan menjadi perwira pemerintah. Tentu saja bagi kami, dia itu kami anggap seorang pengkhianat. Maafkan aku, enci......."

Ceng Hiang mengangguk-angguk.

"Tidak apa adikku, aku mengerti benar dan dapat merasakan apa yang kauceritakan semua itu."

"Kau tidak marah kepadaku?"

"Kenapa marah?"

"Orang yang....... kaucinta, kumaki pengkhianat dan kau tidak marah?"

Pedang Naga Kemala - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang