Jilid 53

1.6K 27 1
                                    

Opsir Hellway tentu saja tidak mau tinggal diam melihat keadaan yang gawat itu. Pagi-pagi sekali dia bersama isteri dan puterinya, berkendaraan kereta meninggalkan rumah mereka untuk melarikan diri ke kapal, dikawal oleh belasan orang pengawal kulit putih dan Bangsa India yang membawa senapan.

Sheila dan ibunya duduk di dalam kereta itu, sedangkan opsir Hellway dan para pengawal berjaga di luar kereta. Barang-barang berharga beberapa buah peti penuh berada dalam kereta itu pula.

Dari dalam kereta, Sheila mengintai melalui jendela kereta dan wajah gadis ini agak pucat. Peristiwa berdarah yang terjadi di kota Kan-ton itu sungguh mengguncang batinnya dan menusuk perasaannya yang lembut.

Ia tidak suka akan kekerasan dan kini terjadi kekerasan dimana-mana. Ia mendengar tentang perkelahian-perkelahian, dimana banyak orang kulit putih menjadi korban pembantaian, akan tetapi lebih banyak lagi penyerbu-penyerbu yang tewas disambar peluru senjata-senjata api orang kulit putih.

Permusuhan yang terjadi tiba-tiba ini, kebencian yang memancar dari pandang mata para penduduk, membuat ia terkejut dan ketakutan. Tak disangkanya akan menjadi begini buruk hubungan antara bangsanya dan penduduk asli. Dan di lubuk hatinya ia menyalahkan semua ini kepada bangsanya sendiri.

Pembakaran madat yang amat banyak itu, yang menjadi awal kekacauan ini, keributan dan perkelahian, semua ini menjadi akibat dari pada sebab, dan sebabnya terletak pada bangsanya sendiri. Kalau bangsanya tidak memperdagangkan madat, kalau bangsanya tidak hanya memikirkan keuntungan, dan berhubungan dengan bangsa penduduk asli sebagai sahabat-sahabat sejati yang bekerja sama atas dasar saling menguntungkan, pasti tidak akan terjadi kekacauan dan pembunuhan-pembunuhan itu.

Dari balik tirai jendela kereta, Sheila melihat asap dimana-mana, tanda bahwa ada rumah-rumah yang terbakar. Dan banyak orang lalu lalang, pengungsi-pengungsi yang membawa buntalan, menggendong atau menggandeng anak, wajah-wajah yang ketakutan, kebingungan.

Tiba-tiba terdengar letusan-letusan senjata api dan Sheila melihat banyak pria membawa senjata tombak, pedang atau golok, bergerak cepat berkelebatan di luar kereta!

"Cepp.......!"

Sebatang anak panah menancap di dekat jendela kereta. Sheila cepat menarik dirinya ke dalam kereta.

"Sheila, cepat tutup jendela itu dan berlindung. Jaga ibumu! Kereta kita diserang penjahat!" Terdengar bentakan ayahnya.

"Ohhh....... Tuhan, lindungi kami.......!" Ibunya menjerit lirih dan menangis.

"Ibu, tenanglah.......!" Sheila merangkul ibunya.

Akan tetapi ia sendiri kehilangan ketenangannya ketika suara tembakan semakin gencar dan teriakan-teriakan para pengepung, mereka yang kena tembak atau terkena anak panah.

Karena ingin sekali mengetahui keadaan mereka, Sheila mengintai lagi.

Kereta mereka masih berjalan, akan tetapi tiba-tiba kereta terguncang-guncang dan akhirnya berhenti dan miring karena roda sebelah kiri terperosok ke dalam selokan! Alangkah kagetnya melihat bahwa kini yang mengawal mereka tinggal lima orang lagi yang masih sibuk menembakkan senapan ke kanan kiri, dan ia menahan jeritnya ketika melihat ayahnya terhuyung dan menghampiri kereta dengan dada tertancap anak panah. Ayahnya hampir roboh, bersandar kereta.

Sheila maklum akan bahaya yang mengancam mereka. Ibunya sudah hampir pingsan melihat suaminya berlumuran darah, maka Sheila lalu setengah menyeretnya keluar dari kereta.

Anak panah masih menyambar-nyambar ganas. Kiranya terjadi pertempuran antara pistol senapan melawan anak panah dari para penyerbu yang kini menyerang dengan anak panah sambil bersembunyi di balik pintu-pintu gerbang, pohon-pohon dan semak-semak.

Pedang Naga Kemala - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang