Jilid 130

1K 23 0
                                    

Bagaimanapun juga, tiga sifat yang tidak disukainya itu belum bisa membuktikan bahwa pemuda ini jahat. Masih banyak sifat-sifatnya yang baik yang mengimbangi keburukannya itu. Pemuda ini, demi kepentingannya sendiri, hanya berarti membohong dan suka memandang rendah orang lain karena tinggi hati, merasa telah memiliki ilmu silat yang tiada tandingannya. Maka, ia hendak mempertemukannya dengan Kiki agar ia dapat melihat bagaimana sesugguhnya watak pemuda ini dan siapa sebenarnya.

Kalau hanya mendengar omongan Kiki saja, hal itupun belum ada buktinya dan siapa tahu kalau-kalau Kiki merasa sakit hati dan benci kepada suhengnya, tentu saja semua hal yang dibicarakan tentang suhengnya itu yang buruk-buruk belaka. Karena itu, ia sudah mengatur siasat dengan Kiki seperti yang dibisikkannya di dalam kamar tidur mereka beberapa malam yang lalu.

"Benarkah dia berada di sini?"

Tentu saja Lee Song Kim terkejut sekali, akan tetapi dia memang tinggi hati. Belum pernah dia dikalahkan orang, dan di dunia ini tidak banyak yang memiliki kepandaian setinggi Ceng Hiang.

"Kalau benar, aku akan menghadapinya sekarang juga!"

"Baiklah, akan kupanggil orangnya ke sini!"

Setelah berkata demikian, Ceng Hiang bertepuk tangan tiga kali dan diam-diam Song Kim terkejut bukan main. Ketika gadis itu bertepuk tangan, terdengar suara seperti dua buah benda keras bertemu. Ini saja menandakan bahwa gadis itu benar-benar telah menguasai sin-kang yang amat kuat.

Terdengar suitan nyaring sebagai balasan, dan dari balik semak-semak belukar, meloncatlah seorang wanita. Gerakannya demikian cepat dan tahu-tahu ia telah berdiri berhadapan dengan Lee Song Kim.

Pemuda itu cepat memandang dan wajahnya seketika menjadi pucat. Kalau pada saat itu dia melihat yang muncul seorang iblis, belum tentu dia akan sekaget sekarang ini.

"Kau....... sumoi......." katanya gagap dan seperti orang linglung, dia menoleh dan memandang kepada Ceng Hiang, lalu kepada Kiki, berganti-ganti seperti hendak bertanya, apa artinya semua ini.

"Benar, akan tetapi engkau tidak berhak menyebut sumoi kepadaku lagi. Lee Song Kim, engkau tentu mengira bahwa aku sudah mati di laut, bukan? Nah, sekaranglah tiba saatnya kita bertanding, satu lawan satu, tidak seperti dulu, kau mengandalkan jumlah yang lebih besar!"

Berkata demikian, gadis ini melintangkan sebuah tongkat yang tadi telah dipersiapkan lebih dulu di depan dadanya, dengan sikap menantang. Tentu saja Song Kim merasa tidak enak sekali kepada Ceng Hiang. Maka untuk membersihkan muka dan namanya, dia berkata membujuk.

"Sumoi, harap jangan bersikap begitu. Kuakui bahwa memang aku yang melaporkan rapat para pemberontak ketika suhu mengadakan pesta ulang tahun, juga aku mengaku bahwa aku membawa pasukan dengan perahu untuk menyerang perahu Bajak Naga Lautan. Akan tetapi, semua itu adalah tugasku sebagai seorang perwira, sumoi!

"Aku harus menentang pemberontakan dan aku harus pula menentang para pembajak dan para penjahat lainnya. Yang bersalah adalah suhu dan kau sendiri, kenapa tidak meninggalkan kebiasaan lama, meninggalkan kejahatan dan kembali ke jalan benar dengan mengabdi kepada pemerintah dan mengamankan kehidupan rakyat jelata?"

Diam-diam Kiki dan juga Ceng Hiang merasa kagum. Orang ini memang cerdik bukan main dan pandai sekali bicara. Siapa saja, pihak luar, yang tidak tahu-menahu urusan dalam di antara mereka, tentu akan setuju sepenuhnya dan akan membenarkan pemuda itu.

"Lee Song Kim, tidak perlu engkau mengeluarkan kata-kata merayu. Aku menerima tugas dari ayah untuk mencari tahu di mana tempat tinggalmu, dan ayah sendiri yang akan datang untuk menghukummu sebagai murid yang murtad dan pengkhianat besar. Akan tetapi, jangan dikira bahwa aku takut menghadapimu. Tadi kau menantang aku melalui enci Hiang. Nah, aku di sini, mari kira lanjutkan perkelahian kita dulu itu!"

Pedang Naga Kemala - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang