Jilid 133

1.1K 16 1
                                    

Bukankah tiga hari yang lalu sudah lari tunggang-langgang di dalam hutan itu, menuju ke barat? Bagaimana mungkin kini dapat menyusulnya di pondok bobrok itu? Dan diapun kini tertarik oleh kekuatan yang luar biasa itu.

Dihampirinya tubuh Diana dan memeriksa sebentar saja, tahulah dia bahwa gadis ini roboh pingsan saking lelah dan laparnya! Pakaiannya compang-camping, juga rambutnya awut-awutan.

San-tok menarik napas panjang. Tak dapat dia membohongi atau menyangkal hatinya sendiri bahwa dia semakin tertarik dan suka kepada gadis bule yang keras hati ini. Tidak mengecewakan memiliki seorang murid seperti ini, pikirnya.

Dan diapun teringat akan janjinya kepada Lian Hong. Muridnya yang amat disayangnya itu memesan dengan sungguh-sungguh agar dia tidak mengganggu Diana, agar dia melindungi gadis bule yang sudah diterimanya sebagai murid itu. Dia lalu mengambil arak, menuangkan sedikit arak ke dalam mulut Diana dan gadis itupun siuman sambil terbatuk-batuk.

"Hemm, anak bandel. Kaumakanlah ini, dan minum arak ini!" kata San-tok.

Diana yang memang sudah kelaparan itu, menerima daging panggang dan makan dengan lahapnya, dan minum arak yang menghangatkan perutnya. San-tok sendiri lalu makan daging panggang tanpa banyak cakap.

Terjadi perang di dalam hatinya. Rasa kasihan sudah lama meninggalkan lubuk hati kakek ini. Hatinya beku dan keras. Terhadap Diana, dia tidak merasa kasihan, hanya tertarik melihat betapa gadis ini memiliki kemauan yang demikian membaja.

Akan tetapi dia masih belum puas benar. Memiliki murid seorang perempuan bangsa kulit putih tidak menyenangkan hatinya. Tentu dia akan menjadi bahan kecaman dan cemooh dunia kang-ouw. Kecuali kalau murid ini memang istimewa. Dan dia harus menguji lagi Diana.

Dari tempat itu ke puncak Naga Putih tidaklah jauh lagi. Mereka sudah tiba di kaki pegunungan Wu-yi-san. Melalui perjalanan yang susah payah bagi orang biasa, dalam waktu tiga hari lagi tentu akan sampai ke sana.

"Bagaimana engkau bisa menyusulku ke sini? Apakah engkau mengenal jalanan?" tanya San-tok setelah gadis itu selesai makan dan kedua pipinya sudah memerah lagi tertimpa cahaya api unggun.

"Suci Lian Hong pernah menerangkan perjalanan ke Puncak Naga Putih kepadaku, Suhu." jawab Diana dengan sikap tenang.

"Hemm, aku tidak percaya engkau akan mampu mencapai Puncak Naga Putih. Nah, aku pergi!"

Berkata demikian, kembali San-tok meloncat dan lenyap dari situ. Diana terpaksa melewatkan malam di rumah bobrok itu, dan pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali ia sudah pergi meninggalkan tempat itu, tidak perduli walaupun kedua kakinya masih terasa sakit-sakit dan lelah sekali. Tekadnya adalah mencapai Puncak Naga Putih atau mati di jalan!

Dengan menggunakan gin-kangnya yang luar biasa, jarak yang jauh itu ditempuh oleh San-tok dalam waktu semalam saja. Pada keesokan harinya, dia sudah tiba di dalam guhanya di Puncak Naga Putih. Dia sudah melupakan lagi Diana karena dia masih tidak percaya bahwa gadis itu akan mampu menyusulnya sampai ke situ. Akan tetapi, tiga hari kemudian, ketika dia sedang duduk bersila di dalam guhanya, Diana muncul di depan guha.

"Suhu!" seru gadis itu dengan wajah berseri penuh kebanggaan dan kegirangan karena akhirnya ia mampu juga mencapai puncak tempat tinggal suhunya.

"Hemm, mau apa engkau menyusulku sampai ke sini?"

San-tok membentak dengan sikap acuh. Sampai waktu itu, Diana sudah mengenal benar watak kakek yang aneh ini dan hatinya tidak tersinggung oleh sikap acuh itu.

"Suhu tentu belum lupa bahwa aku adalah murid suhu. Aku datang ke sini menyusul suhu untuk mempelajari ilmu silat seperti yang sudah suhu janjikan, dan menanti kembalinya suci Lian Hong."

Pedang Naga Kemala - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang