Jilid 41

1.7K 25 0
                                    

Kemudian dengan sekali menggerakkan kakinya, kakek itu berkelebat lenyap dari pintu taman! Ciu-wangwe hendak mengejar, akan tetapi tangannya dipegang puterinya.

"Ayah, orang luar biasa seperti suhu tidak sama dengan manusia lain. Ayah tidak perlu sungkan-sungkan terhadap suhu."

Barulah hartawan itu menarik napas panjang.

"Aihh, bertahun-tahun dia berada di sini dan kita merasa aman tenteram. Kalau dia pergi, tentu saja hal itu membikin hatiku khawatir sekali. Apalagi sekarang suasana menjadi semakin keruh, banyak terjadi pemberontakan dan banyak orang jahat membikin kota-kota menjadi tidak aman."

Puterinya tersenyum manis sekali.

"Mengapa ayah khawatir? Tidak percuma selama enam tahun aku menjadi murid suhu Tee-tok. Dengan adanya aku di sini, sama saja seperti kalau suhu berada di sini."

Agaknya Kui Eng dapat menduga apa yang diragukan ayahnya. Ia seorang anak manja yang biasanya haus akan pujian. Apalagi sekarang, setelah ia merasa bahwa dirinya memiliki ilmu kepandaian yang amat tinggi, maka keraguan ayahnya akan kemampuannya membikin hatinya terasa panas dan kecewa.

"Ayah, sebaiknya ayah mengundang para jagoan di kota ini dan juga dari Kan-ton, dengan alasan apapun, dan aku akan memperlihatkan kepada mereka bahwa tak seorangpun dapat mengganggu kita. Aku akan tantang semua jagoan yang ada, dan akan kuperlihatkan kepada ayah bahwa tidak ada seorangpun yang akan mampu mengalahkan aku."

Biarpun di dalam hatinya masih terdapat keraguan, akan tetapi hartawan Ciu menganggap usul ini amat baik. Bukan saja dia akan dapat membuktikan sendiri kehebatan puterinya, akan tetapi juga dapat dia memamerkannya kepada semua kenalannya, dan sekaligus nama puterinya akan terangkat dan takkan ada yang berani mengganggu keluarganya.

"Baik, akan kuundang mereka dengan dalih merayakan engkau tamat belajar silat. Akan tetapi yakin benarkah hatimu bahwa engkau akan dapat mengalahkan jagoan dari Kan-ton? Jangan main-main, di sana terdapat banyak orang pandai."

Kui Eng tersenyum mengejek.

"Ayah panggil saja yang paling pandai dan ayah lihat saja nanti."

Demikianlah, untuk membuktikan sendiri kepandaian puterinya, beberapa hari kemudian taman yang luas di belakang gedung Ciu-wangwe itu berobah menjadi tempat pesta. Yang diundangnya adalah para pembesar yang menjadi kenalannya, juga ahli-ahli silat yang kenamaan di Tung-kang, bahkan dari Kan-ton, pula, tidak lupa dia mengundang Gan Ki Bin dan Lok Hun, dua orang jagoan yang pernah membantunya duabelas tahun yang lalu. Kedua orang itu kini tinggal di Kan-ton dan bekerja sebagai pengawal-pengawal dalam rumah seorang pembesar Kan-ton.

Juga hartawan itu mengundang Ma-ciangkun, komandan Ma Cek Lung yang menjadi perwira pasukan keamanan di Kan-ton. Masih banyak lagi guru guru silat dan kepala-kepala pengawal yang terkenal mempunyai kepandaian tinggi dari Kan-ton diundangnya.

Tidak lupa, untuk mencari muka, Ciu-wangwe juga mengundang Wang-taijin, kepala daerah Kan-ton, seorang pejabat baru di Kan-ton yang dikirim dari kota raja! Kepala daerah baru ini dikenal sebagai seorang pejabat yang keras, utusan kaisar sendiri, dan kepala daerah ini kabarnya adalah seorang pejabat yang jujur, tidak sudi menerima sogokan dan terutama sekali yang menggelisahkan hati banyak hartawan adalah bahwa Wang-taijin terkenal anti madat!

Juga wakilnya yang terkenal sebagai orang yang mudah didekati oleh para hartawan, seorang pejabat lama yang bernama Lai Tek atau terkenal dengan sebutan Lai-taijin, yang bukan hanya sahabat baik Ciu-wangwe akan tetapi juga seorang pecandu madat yang tidak ketulungan lagi, diundang. Pernah Ciu-wangwe dipanggil oleh kepala daerah yang baru itu dan diperingatkan tentang kegiatannya berdagang candu gelap. Dan Lai-taijin itulah yang menolongnya, dan melihat muka wakilnya, kepala daerah itu mengampuninya.

Pedang Naga Kemala - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang