Jilid 149

1K 23 0
                                    

"Tidak ada lain jalan, kita harus membuat terowongan dari dalam guha yang sekiranya tepat menuju ke belakang kebun kuil. Kita harus mencari jalan menembus sampai ke belakang kuil itu," kata San-tok.

Dua orang temannya setuju karena agaknya hanya itulah jalan satu-satunya. Mulailah tiga orang kakek itu bekerja keras, menggunakan kepandaian dan kekuatan mereka untuk membongkar batu-batu dan membuat jalan terowongan dari dalam sebuah guha menuju ke selatan, ke arah kuil! Mereka tidak tahu betapa dalam dan jauhnya mereka harus membongkar tanah dan batu, namun mereka bekerja tak mengenal lelah dan pantang mundur.

Pada suatu pagi, ketika tiga orang kakek itu mulai melanjutkan pekerjaan mereka yang berat, tiba-tiba berkelebat bayangan orang.

"Suhu!"

Tentu saja mereka terkejut, akan tetapi menjadi girang ketika mengenal gadis yang datang adalah Lian Hong, murid San-tok. Dua orang kakek yang lain juga merasa girang. Mereka percaya penuh kepada murid San-tok ini, karena pedang Giok-liong-kiam yang aseli, yang mengandung peta itupun adalah hasil usaha Lian Hong yang mencarinya.

"Di mana Kui Eng? Kenapa ia tidak datang bersamamu?" tanya Tee-tok.

Muridnya, Kui Eng, pergi bersama gadis ini dalam usaha mereka melakukan penyelidikan tentang keadaan di kota raja, ditemani oleh Ci Kong murid Siauw-bin-hud. Dan sekarang hanya Lian Hong seorang diri yang muncul dan menyusul ke tempat itu.

Dengan singkat Lian Hong menceritakan semua pengalamannya sampai mereka hampir celaka karena penyamaran mereka ketahuan.

"Kami terpaksa berpencar mengambil jalan masing-masing agar memecah kekuatan para pengejar." Lian Hong menutup penuturannya.

"Dan karena aku tahu bahwa suhu bertiga tentu menuju ke sekitar daerah kuil Siauw-lim-si, maka aku segera menyusul ke sini."

"Huh, gara-gara Siauw-bin-hud tidak mau keluar dan kekerasan kepala para pimpinan Siauw-lim-pai, terpaksa kami harus membuat jalan terowongan yang begini sulit," kata San-tok.

"Menurut Ci Kong, memang locianpwe Siauw-bin-hud sedang bertapa. Akan tetapi, ada suatu hal penting yang kami dapatkan, suhu. Yaitu tentang usaha pemerintah Ceng yang diam-diam memasang mata-mata dimana-mana, menyebar orang-orang pandai untuk mengamati gerak-gerik kita semua.

Bahkan mengambil siasat untuk membiarkan suhu bertiga mendapatkan harta karun itu, baru mereka akan turun tangan merampas. Karena itu, aku khawatir bahwa gerak-gerik suhu bertiga akan diintai musuh."

Tiga orang kakek itu tertawa bergelak.

"Ha-ha-ha, kaukira kami begitu bodoh untuk dapat membiarkan orang melakukan pengintaian terhadap kami?" kata San-tok.

"Jangan khawatir akan hal itu, Hong Hong. Sekarang kau bantulah kami dengan mencarikan alat-alat untuk membuat terowongan tembusan ini agar kami dapat bekerja lebih cepat."

Lian Hong lalu pergi melaksanakan perintah gurunya. Dan dalam hal ini, tiga orang kakek dan Empat Racun Dunia itu memang lengah dan terlalu mengagulkan diri sendiri. Mereka merasa aman dan yakin bahwa tidak ada orang berani mengamati mereka!

Mereka terlalu memandang rendah pihak lawan, sehingga mereka sama sekali tidak tahu bahwa jauh sebelum mereka tiba di Siauw-lim-si, tempat itu sudah berada dalam pengawasan dan pengamatan orang siang malam! Dengan sendirinya, semua gerak-gerik mereka semenjak mereka tiba di pegunungan itu, tidak lepas dan pengamatan orang.

Setelah Lian Hong memperoleh alat-alat seperti sekop, linggis dan lain-lain, dan gadis itu membantu tiga orang kakek, maka pekerjaan mereka dapat berjalan semakin lancar dan terowongan itu menjadi semakin dalam. Kurang lebih sebulan mereka bekerja dan akhirnya usaha merekapun berhasil! Pada suatu siang, hantaman linggis mereka menjebolkan batu terakhir, dan merekapun tiba di tempat yang luas, ruangan bawah tanah yang amat luas!

Pedang Naga Kemala - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang