Jilid 170

1.1K 24 1
                                    

Lalu Diana berlari maju menghampiri sambil mengembangkan kedua lengannya.

"Johnny? Johnny....... kau kaukah ini.......?"

"Diana.......!"

Mereka saling tubruk, saling rangkul, berciuman, dan Diana terisak-isak menangis. Hampir ia tidak percaya. Baru saja ia lolos dan maut, dan penolongnya, orang yang mendahului Peter dan menembaknya adalah Johnny, kekasihnya yang terpaksa ditinggalkannya karena orang tuanya tidak menyetujui perjodohan antara ia dan pemuda itu.

"Diana, aku masuk tentara untuk menyusulmu dan aku........ tidak tahan melihat tingkahnya terhadap dirimu....... kau pergilah, Diana. Cepat pergilah....... biar aku yang bertanggung jawab atas kematiannya!"

Tanpa melepaskan rangkulannya, Diana berkata di antara isaknya.

"Tidak! Aku tidak ingin melihat engkau berkorban. Engkau tentu akan dihukum, mungkin selama hidup, mungkin hukuman mati. Tidak, mari kita pergi berdua."

Diana cepat melepaskan rangkulannya dan mengambil pistol yang terlepas dari tangan Peter yang kini menggeletak tak bernyawa itu.

"Kita bersenjata, mari kita pergi, Johnny......."

"Kau ingin melihat aku mengkhianati bangsa kita sendiri, Diana? Mana mungkin?"

"Tidak....... kita lari untuk menyelamatkan diri, bukan untuk berkhianat. Kelak kuceritakan semua tentang perjalananku, Johnny, dan engkau akan mengetahui segalanya tentang perjuangan rakyat di sini........"

Akan tetapi Johnny kelihatan masih ragu-ragu dan berat untuk melarikan diri. Dia tentu akan dituduh pengkhianat dan pemberontak.

"Tenanglah, Diana. Mari kita hadapi semua ini berdua, kita ceritakan apa yang sebenarnya terjadi, betapa Peter telah menghinamu dan betapa dengan terpaksa aku harus menembaknya untuk menyelamatkan dirimu yang sudah berada di ambang maut itu."

"Tapi, kau tentu akan dihukum......."

Pada saat itu, nampak bayangan berkelebat yang turun dan atas atap, dan di situ berdirilah seorang kakek.

"Suhu.......!" Diana berseru kaget dan masih menangis.

"Diana, inikah kekasihmu yang pemah kauceritakan kepadaku itu?"

"Benar, suhu. Dialah Johnny, kekasihku....... dan dia pula yang tadi menyelamatkan nyawaku, akan tetapi kini kita berada dalam kesukaran, suhu. Kita tentu akan ditangkap dan dihukum!"

"Diana, siapakah orang tua ini?" tanya Johnny, bingung dan terkejut melihat betapa ada orang muncul begitu saja, melayang dari atas seperti setan.

Kakek itu sudah tua sekali, tentu lebih dan tujuhpuluh tuhun usianya, bertubuh kurus dan pakaiannya, biarpun bersih, penuh tambalan seperti pakaian pengemis, memegang sebuah kipas yang digoyang-goyangkan mengenai tubuhnya sambil tersenyum-senyum.

"Jhonny, kakek ini seorang sakti, guruku yang berjuluk San-tok." Diana memperkenalkan.

"Dengar kalian baik-baik. Akulah yang akan mengakui pembunuhan terhadap komandan ini, dan kalian pura-pura lari ketakutan dari ruangan ini. Sudah, Diana....... jangan membantah, ini perintahku. Larilah atau aku akan bersungguh-sungguh menghajar kalian!"

Dengan cepat Diana menterjemahkan kata-kata kakek itu kepada kekasihnya yang menjadi terheran-heran. Akan tetapi kakek itu kini sudah maju dan melakukan tendangan dua kali dengan kakinya.

Diana dapat mengelak, tetapi Johnny terkena tendangan dan tubuhnya jatuh terguling-guling! Dia semakin terkejut, akan tetapi Diana sudah menyambar lengannya dan ditariknya pemuda itu untuk melarikan diri.

Pedang Naga Kemala - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang