Jilid 89

1.2K 27 0
                                    

"Hai, gadis liar, hendak lari kemana kau?"

Dan diapun meloncat, melakukan pengejaran. Melihat ini, Koan Jit tidak mau membiarkannya saja. Setelah kini mulai bergebrak melawan kakek itu, dia mendapat kenyataan bahwa dia mampu menandinginya, dan hal ini membesarkan hatinya. Sayang kalau sampai dia membiarkan kakek itu pergi bersama Diana begitu saja. Dia harus mampu merampas gadis itu untuk diajak kembali ke Kanton! Maka diapun cepat ngejar di belakang San-tok.

San-tok dapat menyusul dan memegang lengan Diana yang beraksi melakukan perannya. Ia meronta-ronta dan memukuli kakek itu dengan kedua tangan. Pada saat itu, Koan Jit tiba dan tiba-tiba San-tok melepaskan Diana dan menggerakkan kipasnya menyambut dengan totokan-totokan dahsyat.

Koan Jit mengelak dan menangkis, lalu membalas pula dan mereka sudah terlibat lagi dalam perkelahian yang seru. Melihat ini, Diana melarikan diri lagi. San-tok mengejarnya dan Koan Jit juga mengejar.

Koan Jit merasa bahwa makin jauh meninggalkan tempat rahasianya, makin baik. Sama sekali dia tidak menduga bahwa memang dia dipancing oleh kakek itu agar menjauh dari tempat itu!

<>

Setelah melihat gurunya dan Koan Jit semakin jauh dan tidak nampak lagi, Lian Hong keluar dari tempat sembunyinya. Ia sudah mempelajari keterangan gurunya dengan teliti tentang tempat rahasia itu. Cepat ia menuju ke semak-semak itu, dan batu di belakang semak-semak berduri itu didorongnya ke kiri.

Nampaklah sebuah lubang kecil yang hitam dan gelap.

Lian Hong yang mengenakan kain menutupi mukanya dan rambutnya, sehingga yang nampak hanya sepasang matanya yang jeli, memasuki lubang itu sambil mempersiapkan kipas yang menjadi senjata ampuhnya. Gadis ini sengaja menutupi muka agar kalau di bawah sana terdapat orang-orangnya Koan Jit, mereka tidak akan mengenalinya.

Kakinya menyentuh anak tangga yang membawanya melalui terowongan menuju ke sebuah guha dalam tanah yang cukup luas. Ada lubang-lubang rahasia agaknya yang dapat menampung dan memasukkan cahaya matahari dari luar sehingga tempat itu walaupun tidak terang sekali, akan tetapi juga tidak gelap.

Setibanya di ujung anak tangga, tiba-tiba kakinya menginjak tonjolan kecil di atas lantai, dan tiba-tiba saja Lian Hong menarik tubuh ke belakang dan menggerakkan kipasnya ke samping.

"Wuuuutt! Plakk!"

Sebatang tombak meluncur dari kiri ke kanan, nyaris mengenai perutnya dan tiga batang anak panah yang menyambar dari kanan runtuh oleh tangkisan kipasnya. Kiranya benda yang diinjaknya tadi merupakan tombol yang menggerakkan alat-alat rahasia.

Sungguh berbahaya sekali. Hampir saja tubuhnya disate oleh tombak tadi, atau menjadi korban anak-anak panah yang diduga tentu mengandung racun berbahaya. Dengan hati-hati, ia melangkah lagi ke depan, seluruh urat syaraf di tubuhnya siap menghadapi segala kemungkinan.

Apa yang dikhawatirkan memang terjadi. Tempat itu ternyata berbahaya sekali dan dipasangi jebakan-jebakan maut. Baru belasan langkah, tiba-tiba saja, mungkin digerakkan oleh lantai yang diinjaknya, lantai itu bergoyang dan runtuh ke bawah!

Untung bahwa Lian Hong memang sudah siap siaga, maka begitu lantai yang diinjaknya bergoyang, ia sudah meloncat kembali ke belakang. Ketika ia memandang, ternyata lantai yang diinjaknya tadi telah menjadi lubang, lantainya entah kemana dan lubang itu gelap menghitam, dan dari dalamnya keluar bau yang amis memuakkan, juga terdengar desis-desis suara yang biasa dikeluarkan oleh ular-ular berbisa!

Lian Hong bergidik membayangkan kalau ia tadi terjeblos ke dalam lubang, tentu sudah menjadi mangsa ular-ular yang mengeroyoknya. Perlahan-lahan, lantai yang runtuh ke bawah tadi timbul kembali menutupi lubang yang menjadi rata seperti semula.

Pedang Naga Kemala - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang