Jilid 104

1.1K 22 0
                                    

Baju itu robek dari leher sampai ke perut. Serdadu itu masih terus memukul, akan tetapi kembali dia terpelanting karena tangan Koan Jit sudah menamparnya. Berkali-kali serdadu yang masih penasaran itu menyerang dengan nekat, akan tetapi hasilnya hanyalah tubuhnya jatuh bangun dan pakaiannya robek-robek, babak belur dan benjot-benjol. Ketika dia masih menyerang lagi, sebuah tendangan membuat dia knocked-out! Dia roboh pingsan tak mampu bangkit kembali.

Kalau Koan Jit menghendaki, tadipun dengan sekali pukul dia sudah akan mampu merobohkan serdadu itu untuk tidak dapat bangkit lagi. Akan tetapi dia tidak bodoh dan tidak mau membunuh seorang serdadu kulit putih, karena hal itu berarti dia mengundang bencana atas dirinya sendiri.

Akan tetapi keributan itu memancing perhatian para serdadu lain dan cepat Kapten Charles Elliot diberitahu. Kapten itu terkejut dan marah, cepat berlari memasuki kamar itu dan mencabut pistolnya ketika dia melihat seorang serdadu kulit putih roboh pingsan dan Koan Jit masih mencengkeram Sheila.

"Koan-ciangkun....... bebaskan nona Hellway!" Kapten Charles Elliot membentak dengan marah sambil menodongkan pistolnya ke arah dada Koan Jit.

Tentu saja dengan kepandaiannya yang tinggi, Koan Jit tidak gentar menghadapi ancaman pistol itu. Akan tetapi dia tidak bodoh, tidak mau melawan atasannya. Maka sambil menyeringai dengan senyum mengejek, dia mendorong tubuh Sheila sehingga wanita itu terhuyung ke belakang. Sheila lalu berlari menghampiri suaminya dan merangkul suaminya yang masih dibelenggu sambil menangis.

"Kapten," kata Koan Jit membela diri. "Kenapa kapten menghalangi aku yang sedang memeriksa tawanan?"

"Perwira Koan! Engkau memeriksa tawanan tentu saja boleh, akan tetapi mengapa engkau memukuli seorang prajurit dan engkau menghina nona Hellway?" bentak komandan itu dengan alis berkerut dan pistolnya masih berada di tangannya, walaupun kini tidak lagi ditodongkan ke arah Koan Jit.

"Kapten, aku sedang memeriksa Seng Bu ketika nona ini datang, dan aku sengaja menangkapnya untuk memaksa Seng Bu agar dia suka membantu dan memperkuat kedudukan kita. Akan tetapi mereka ini malah mengeluarkan kata-kata menghina.

"Dan sebelum aku selesai dengan pemeriksaanku, datang pula prajurit ini yang menyerangku. Terpaksa aku merobohkannya tanpa melukai berat atau membunuhnya. Harap kapten ketahui bahwa aku melakukan semua ini demi keuntungan kita."

"Bohong!" Tiba-tiba Sheila menjerit dalam Bahasa lnggeris kepada kapten itu.

"Dia hendak membunuh suamiku dan hendak memperkosa aku!"

Mendengar teriakan Sheila ini, kapten itu terkejut. Kalau begini, urusannya menjadi repot dan gawat. Koan Jit merupakan tenaga yang amat baik, dan Gan Seng Bu memang perlu diperiksa.

Dia sudah mendengar bahwa suami Sheila itu adalah seorang pemberontak dan pejuang. Akan tetapi sama sekali dia tidak suka mendengar bahwa untuk memaksa tawanannya, Koan Jit sampai mengancam hendak memperkosa Sheila, seorang wanita kulit putih!

Kapten Charles Elliot lalu menghampiri Seng Bu dan bertanya.

"Orang muda, bukankah perwira Koan mengajukan usul yang amat baik padamu? Engkau membantu kami di sini dan hidup bahagia bersama isterimu di sini. Kenapa menolak?"

"Maaf, kapten. Aku datang hanya mengantar isteriku saja, dan aku mempunyai pendirian sendiri tentang perjuangan. Akan tetapi Koan Jit menangkapku secara curang sekali."

Kapten Elliot lalu teringat akan satu cara untuk menyelesaikan urusan itu.

"Kalau dia tidak menangkap secara curang, akan tetapi kalian bertanding satu lawan satu, bagaimana?" tanya kapten itu.

"Baik sekali! Aku akan menghadapinya, kapten. Bagi seorang gagah, mati di dalam suatu perkelahian adalah suatu kehormatan! Aku akan melawannya dan biarlah antara kami menentukan siapa yang akan mati dan siapa yang akan hidup."

Pedang Naga Kemala - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang