Jilid 103

1.1K 18 0
                                    

Pada Saat itu, pintu kamar itu diketuk orang dari luar, Koan Jit menyumpah dan membuka daun pintu. Kiranya seorang serdadu kulit putih yang muncul. Dia memberi hormat secara militer kepada Koan Jit dan melaporkan bahwa nona Sheila Hellway datang hendak bicara dengan dia. Wajah keruh Koan Kit seketika menjadi berseri.

"Ah, ia datang? Baik, baik, silahkan ia masuk ke sini."

Serdadu itu melirik ke arah Seng Bu yang terbelenggu, lalu memberi hormat dan membalikkan tubuhnya. Tak lama kemudian dia datang lagi mengiringkan Sheila yang wajahnya agak pucat dan sinar matanya menunjukkan kekhawatiran dan juga kemarahan.

Sheila nampak cantik sekali pagi hari itu. Rambatnya tersisir rapi, mukanya diberi bedak tipis dan kedua matanya seperti bintang pagi. Gaunnya juga baru dan terbuka di kedua pundaknya, memperlihatkan lekuk buah dadanya yang menggembung karena ia berada dalam keadaan mengandung. Cantik dan segar berseri, membuat Koan Jit diam-diam menelan ludahnya.

"Ah, nona Hellway. Silahkan masuk, silahkan......."

Koan Jit menyambut dengan sikap hormat dan ramah sekali. Akan tetapi karena memang dia tidak memiliki wajah yang ramah ketika dia tersenyum, senyum itu nampak dingin dan menyeringai aneh. Akan tetapi Sheila tidak memperhatikan dan tidak memperdulikan sikap aneh itu, karena matanya sudah mencari-cari ketika kakinya melangkah masuk.

Iapun tidak sadar betapa daun pintu sudah ditutup kembali oleh Koan Jit tanpa memperdulikan serdadu bule yang tadi mengantar Sheila. Serdadu itu mengerutkan alisnya dan tetap berdiri di luar pintu kamar itu.

Begitu memasuki ruangan yang agak luas itu dan melihat suaminya berdiri dan terbelenggu di pilar, Sheila mengeluarkan jerit tertahan dan cepat ia lari menghampiri Suaminya, lalu membalikkan tubuhnya dan memandang kepada Koan Jit dengan mata terbelalak penuh kemarahan.

"Kenapa suamiku dibelenggu seperti ini? Hayo lepaskan belenggunya!" bentaknya marah sekali.

Koan Jit memperlebar senyumnya dan dengan sikap kurang ajar sekali dia mengangkat kaki kanannya di atas kursi, menunjang dagu dan memandang kepada wanita itu dengan sinar mata cabul.

"Kalau kau dapat, lepaskan sendiri, nona manis."

Baru ucapan itu saja sudah mengandung kekurangajaran, dan hal ini dirasakan oleh Seng Bu. Pemuda ini dapat membayangkan bagaimana jahatnya watak seorang seperti Koan Jit, maka diapun membentak.

"Koan Jit! Urusan antara kita jangan kaulibatkan dengan isteriku! Kalau memang kau jantan, biarpun engkau masih kakak seperguruanku sendiri, lepaskan aku dan mari kita bertanding sampai seribu jurus. Jangan bersikap curang, menangkap aku dengan bantuan serdadu Inggeris, kemudian hendak melibatkan isteriku. Sheila, kau keluarlah dan jangan mencampuri urusan ini!"

Seng Bu sengaja bicara panjang lebar untuk memberi tahu isterinya akan duduknya perkara mengapa dia sampai terbelenggu di tempat itu.

"Tidak!" Sheila berteriak dan marah sekali, maju menghampiri Koan Jit.

"Aku sudah mendengar tentang penjahat yang bernama Koan Jit ini! Engkau murid durhaka, mengkhianati guru sendiri dan sekarang engkau dengan curang menangkap adik seperguruanmu sendiri. Hayo bebaskan dia atau aku akan melaporkan kepada Kapten Elliot!"

"Ha-ha-ha, mau lapor? Laporlah, nona manis, karena diapun sudah tahu bahwa aku menangkap, suamimu."

"Bohong! Dia tidak akan menangkap suamiku! Koan Jit, hayo cepat bebaskan dia. Tidak ada alasan bagimu untuk menangkapnya!"

"Tidak ada alasan? Dia pemberontak, dia memimpin kawan-kawannya untuk menentang dan memusuhi orang kulit putih. Nona Sheila Hellway, engkau sungguh tidak tahu malu. Engkau telah mengkhianati bangsamu sendiri dengan menjadi isteri seorang musuh bangsamu. Seharusnya engkau bersyukur bahwa engkau telah bebas dari orang ini dan berterima kasih kepadaku!"

Pedang Naga Kemala - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang