Jilid 186

1K 18 0
                                    

"Apa yang kulihat dan dengar ini? Benarkah engkau ini Lian Hong muridku? Ataukah hanya seorang gadis lemah yang cengeng?

"Hong Hong, aku gurumu, juga pengganti orang tuamu yang sudah di kubur di sini. Kalau ada sesuatu, rundingkanlah dengan aku, bukan ditangisi seperti perempuan cengeng di depan kuburan orang tuamu.

"Apa kaukira orang tuamu yang sudah dikubur ini akan dapat menolongmu kalau engkau menghadapi kesulitan? Hayo ceritakan, apa yang membuat engkau menjadi seperti orang gila ini?"

Mendengar suara gurunya, Lian Hong terkejut dan hal ini menolongnya. Gurunya selalu bicara sambil tertawa dan seperti orang yang tidak pernah bersikap serius, akan tetapi sekali ini suhunya demikian ketus dan bengis.

Hal ini mengejutkannya dan seperti menyeretnya turun kembali ke dalam dunia kenyataan, bukan dunia yang penuh bayangan yang membuatnya iba diri dan berduka tadi. Teringatlah ia betapa ia menangis secara keterlaluan sejak sore tadi dan iapun melihat kenyataan betapa cengengnya ia, betapa biasanya ia akan memandang rendah sikap cengeng seperti itu.

Iapun sadar dan mengambil keputusan untuk berterus terang kepada gurunya yang memang benar menjadi pengganti orang tuanya karena ia tidak mempunyai siapapun lagi di dunia ini. Maka iapun duduk berhadapan dengan suhunya, menahan isak terakhir dan menghapus titik air terakhir di sudut matanya dengan lengan bajunya yang sudah basah.

"Suhu, aku telah jatuh cinta......."

"Ha-ha-ha-ha!"

Meledaklah suara ketawa kakek itu. Mendengar suara dan pengakuan muridnya, mengertilah San-tok bahwa muridnya sudah sembuh dan hatinya merasa lega, juga dia merasa geli mendengar pengakuan itu sehingga suara ketawanya memotong keterangan muridnya.

"Jatuh cinta saja sampai membuat engkau menangis dan berduka. Bukankah sepatutnya engkau tertawa gembira?"

Lalu dia menambahkan cepat.

"Siapakah pria yang beruntung memperoleh cintamu itu?"

"Dia Tan Ci Kong......."

"Ha-ha-ha!"

Kembali meledak suara ketawa kakek itu.

"Cocok, cocok....... memang akupun ingin sekali engkau berjodoh dengan murid Siauw-bin-hud itu. Dia memang seorang pemuda yang gagah dan patut menjadi suamimu. Akan tetapi........ eh, kenapa tadi engkau menangis dan ingin mati, padahal engkau jatuh cinta kepada Ci Kong?"

"Dia....... dia mencinta gadis lain, suhu......." Sedih sekali rasa hati Lian Hong, akan tetapi sekarang ia telah sadar dan kuat sehingga tidak lagi menangisi walaupun mulutnya cemberut menandakan kekesalan hatinya.

Kali ini San-tok yang meloncat ke atas, berdiri sambil melototkan matanya yang sipit dan membanting-banting kaki.

"Apa kaubilang? Dia berani menolak cintamu? Keparat!"

"Dia tidak menolak, suhu."

"Lebih gila lagi! Dia cinta padamu, akan tetapi berani mencinta lain perempuan?"

"Tidak, suhu, tidak begitu......."

"Dia mencintamu, bukan?"

"Aku tidak tahu......."

"Ehhh? Engkau cinta padanya, dan engkau belum tahu apakah dia cinta padamu ataukah tidak? Sungguh aneh dan gila. Coba kuulangi....... engkau mencinta Ci Kong akan tetapi engkau tidak tahu apakah dia cinta padamu atau tidak, kemudian engkau mengetahui bahwa dia mencinta gadis lain dan hatimu lalu menjadi sengsara dan engkau menangis di sini. Begitukah?"

Lian Hong menganggukkan kepalanya. Setelah kini gurunya membicarakan urusan itu dengan suara datar saja tanpa perasaan, nampak olehnya betapa sikapnya memang mendekati gila. Mengapa urusan begitu saja membuat ia tadi menangis seperti anak kecil, bahkan ingin membunuh diri?

Pedang Naga Kemala - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang