Jilid 120

1.1K 21 0
                                    

"Nona, engkau datang sebagai seorang pencuri, setelah tertangkap engkau memaki-maki. Sungguh sulit mencari orang sekurang ajar engkau ini. Apa sih yang kauandalkan maka engkau bersikap sesombong ini?"

Lalu dia menyambung.

"Melihat betapa engkau terjatuh dan lubang jebakan tanpa luka, mungkin saja engkau memiliki sedikit ilmu kepandaian. Kalau memang ada, coba perlihatkan kepandaianmu sebelum aku mengambil keputusan apa yang harus kulakukan terhadap seorang pencuri wanita."

Tentu saja Kiki marah bukan main. Beberapa kali ia dimaki pencuri.

"Aku bukan pencuri! Kalau kau tidak menarik kembali omonganmu itu, akan kurobek mulutmu yang lancang itu."

Opsir muda itu membelalakkan matanya yang tajam dan jernih, yang berkilauan tertimpa sinar api obor besar.

"Kau hendak menampar mulutku? Wah,wah, bagaimana caranya?"

"Kaukira aku tidak mampu keluar dan tempat ini!" bentak Kiki, dan gadis perkasa ini lalu mengerahkan seluruh tenaga sin-kangnya dan menerjang pintu besi dari tempat tahanan itu.

Tang Ki adalah puteri tunggal Tang Kok Bu yang berjuluk Hai-tok, seorang di antara Empat Racun Dunia. Ia sudah mewarisi semua ilmu ayahnya, bahkan Ilmu Thai-lek Kim-kong-jiu (Tenaga Besar Bersinar Emas) yang ampuh dan amat sukar itu sudah dipelajarinya dengan cukup baik. Kini, dengan ilmu itu ia menerjang pintu.

"Brakkkk!"

Daun pintu itu jebol engselnya dan terbuka! Akan tetapi Kiki juga telah menggunakan terlalu banyak tenaga sin-kang sehingga mukanya menjadi pucat dan dadanya terasa agak nyeri dan dia terhuyung keluar. Pada saat itu, terdengar auman keras dan harimau itupun menerjang ke depan menyerang Kiki!

Karena gadis itu baru saja mengerahkan tenaga sin-kang yang amat besar, maka untuk mengerahkan sin-kang lagi, ia tidak berani, terpaksa hanya melindungi dirinya dan menggunakan kedua tangan mendorong, menyambut harimau yang menubruknya. Akan tetapi karena tenaganya sudah banyak berkurang dan harimau itu beratnya ada lima atau enam berat orang dewasa, Kiki tidak kuat menahan dan iapun terjengkang.

Harimau itu mengaum dan mencakar. Untung bahwa Kiki menggunakan sin-kangnya sehingga yang terkait robek, hanyalah kedua celana di bagian pahanya saja sehingga kulit pahanya yang putih itu nampak. Akan tetapi kulitnya tidak terluka, dan iapun mendapat kenyataan bahwa binatang yang sudah terpelihara dan terlatih baik itu agaknya memang tidak ingin membunuhnya, hanya menakut-nakutinya.

Kini binatang itu mengaum dan mukanya dekat sekali dengan muka Kiki yang sudah jatuh terduduk, sehingga ia dapat mencium bau napas binatang itu yang memuakkan. Celaka, pikirnya, harimau itu sudah siap mencakar dan menggigit.

Andaikata dengan sin-kang ia mampu melindungi tubuhnya, setidaknya semua pakaiannya akan dicabik-cabik dan mungkin saja ia akan ditelanjangi oleh harimau ini di depan perwira tampan itu. Pikiran ini membuat ia nekat, dan ia sudah mengerahkan tenaga, hendak memukul kepala harimau itu dengan Ilmu Thai-lek Kim-kong-jiu, walaupun hal itu akan dapat mendatangkan luka di dalam tubuhnya.

Akan tetapi pada saat itu, opsir tampan bersuit nyaring dan harimau itu tiba-tiba loncat ke belakang seperti ditarik ekornya saja. Sambil menggereng-gereng marah, harimau itupun bersembunyi di belakang si opsir, persis seperti seekor kucing yang jinak. Opsir itu berdiri sambil bertolak pinggang, menghadapi Kiki sambil berkata, matanya tetap halus akan tetapi nadanya mengejek.

"Kiranya engkau boleh juga. Kulitmu tidak lecet oleh kuku kucingku. Akan tetapi kalau hanya dengan kepandaian seperti itu, engkau berani masuk ke sini, hendak melakukan pencurian, sungguh engkau bodoh sekali."

Kiki ingin menjerit dan menangis saking marahnya. Ia meloncat dan menghadapi opsir ganteng itu matanya melotot lebar.

"Berani engkau mengatakan aku pencuri lagi? Akan kurobek mulutmu itu!"

Pedang Naga Kemala - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang