Jilid 82

1.2K 27 1
                                    

Sebelum senja tiba, cuaca masih terang walaupun matahari sudah condong jauh ke barat, Lian Hong tiba di dusun itu bersama Diana. Dusun yang hanya ditinggali paling banyak duapuluh keluarga itu mempunyai belasan orang anak-anak yang segera menyambut kedatangan Lian Hong sambil bersorak-sorak.

Mereka semua mengenal 'Enci Hong'. Semua memanggil enci karena biarpun ia dianggap penyelamat dusun itu, Lian Hong menolak ketika disebut lihiap (pendekar wanita) dan minta kepada orang-orang yang lebih tua untuk menyebut namanya saja dan anak-anak menyebutnya enci Hong.

"Enci Hong datang! Enci Hong datang!" teriak anak-anak itu, akan tetapi ketika mereka datang dekat, mereka terbelalak memandang kepada Diana.

Mereka belum pernah melihat seorang wanita kulit putih, maka kemunculan Diana benar-benar mengherankan dan amat mengejutkan, bahkan beberapa orang di antara mereka sudah lari terbirit-birit melihat 'setan' berambut kuning itu!

Tentu saja teriakan anak-anak itu menarik perhatian semua orang yang berada di dusun itu. Mereka semua, kecuali yang kebetulan bekerja di sawah ladang dan tidak melihat datangnya Lian Hong, keluar menyambut gadis yang mereka kagumi dan hormati, juga sayangi itu.

Melihat sikap para penduduk ini, rasa kagum dalam hati Diana terhadap Lian Hong semakin besar. Kini ia dapat menduga bahwa kawannya ini memang seorang pendekar wanita yang budiman. Tanpa diberitahu sekalipun, ia yakin bahwa tentu penduduk itu sudah berhutang budi kepada Lian Hong.

Hal ini jelas nampak dalam sikap penyambutan mereka, dan melihat betapa anak-anak berlari menyambut, iapun dapat mengetahui bahwa memang Lian Hong seorang gadis yang baik budi. Hanya orang yang baik budi sajalah yang disukai anak-anak.

Para penghuni dusun itupun terbelalak dan ternganga ketika melihat Diana. Di antara mereka banyak yang masih percaya akan tahyul, maka melihat seorang gadis yang berkulit putih seperti tidak berdarah, berambut seperti benang sutera emas, bermata biru, dengan pakaian yang tidak keruan, compang-camping memperlihatkan kulit bagian tubuh secara tak tahu malu sama sekali, mereka menjadi ngeri dan ada yang mundur-mundur ketakutan. Mahluk seperti ini tentulah iblis, pikir mereka.

Melihat sikap mereka yang ketakutan itu, Lian Hong tersenyum dan cepat berkata.

"Harap kalian jangan takut dan sungkan. Ini adalah seorang sahabat baikku, namanya Diana, ia baik sekali."

Mendengar nama yang aneh itu, semua orang yang sebagian sudah ketakutan, menjadi semakin ngeri. Nama Diana oleh lidah mereka hanya disebut Thiana dan ini berarti sebutan 'Tuhan' (Thian), maka mendengar nama ini tentu saja rasa ngeri dan takut mereka bertambah. Melihat ini, tiba-tiba seorang kakek yang bercaping melangkah maju.

"Kalian jangan takut. Nona ini adalah seorang gadis kulit putih. Aku banyak melihatnya ketika aku pergi menjual daganganku ke Kanton."

Yang bicara ini adalah Lauw Sek yang juga sudah datang bersama isterinya yang bertubuh gemuk berwajah manis bersama putera mereka yang berusia delapan tahun. Mendengar ucapan Lauw Sek, barulah semua orang percaya, karena Lauw Sek sering pergi ke kota untuk menjual barang dagangannya, hasil bengkel pandai besinya. Nyonya Lauw Sek lalu merangkul Lian Hong dengan penuh kasih sayang.

"Lian Hong, engkau baru datang?"

Semua wanita dan pria yang berada di situ menyalami Lian Hong dengan ramah dan hormat, kemudian mereka mendengarkan dengan penuh perhatian ketika Lian Hong memperkenalkan Diana.

"Sahabat Diana ini sudah merasa bosan tinggal di kota, dan kini ia mengambil keputusan untuk tinggal di dusun ini. Kuharap paman Lauw Sek sekeluarga mau menerimanya agar ia hidup bersama paman, dan biarlah ia menjadi anak angkat paman. Biarkan ia bekerja di sawah ladang seperti yang lain, makan dan pakaian seperti kalian semua, karena ia ingin merasakan kehidupan di sini."

Pedang Naga Kemala - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang