Jilid 8

2.7K 50 0
                                    

Ci Kong menggeleng kepala.

"Tidak, paman..... saya mencari seorang paman yang bernama Sie Kian dan kata orang tinggal di toko obat ini.

Ci Kong memandang penuh selidik karena dia sudah menduga bahwa agaknya orang inilah sahabat ayahnya itu.

"Sie Kian? Ah, aku sendirilah orangnya. Engkau anak kecil ada urusan apakah mencari aku? Nampaknya kau lelah sekali."

Bukan main girangnya hati Ci Kong ketika orang itu mengaku bernama Sie Kian, orang yang dicarinya. Segera dia menjatuhkan diri berlutut sebagai penghormatan.

"Paman Sie Kian, saya datang diutus oleh ayah saya yang bernama Tan Seng....." katanya dengan suara serak karena hatinya merasa terharu sekali.

Orang itu terbelalak.

"Apa? Kaumaksudkan Tan-siucai..... yang tinggal di Tung-kang?

"Duduklah. Taruh buntalanmu di atas meja dan keluarkan surat itu. Ingin sekali aku tahu apa isi surat ayahmu," kata Sie Kian, masih terheran-heran melihat anak sekecil ini datang sendirian saja dari tempat yang begitu jauhnya.

Hatinya merasa tidak enak. Apakah gerangan yang terjadi dengan diri kakak angkatnya itu? Sudah hampir sepuluh tahun mereka tidak saling mengadakan hubungan, dan dia tidak tahu sama sekali bagaimana keadaan sasterawan itu.

Setelah dia membaca surat Tan-siucai yang diterimanya dari Ci Kong, wajah orang she Sie itu berobah agak pucat.

"Ah..... ahhh.....!" berkali-kali dia mengeluh, kemudian dia menyimpan surat itu di saku jubahnya.

"Anak baik, namamu Tan Ci Kong?"

"Benar paman."

"Engkau tinggallah di sini bersamaku, engkau bisa membantuku. Besok aku akan menyuruh seorang teman untuk pergi ke dusunmu dan menyelidiki tentang keadaan ayahmu. Kalau mungkin, aku akan membawa ayahmu itu ke sini agar dapat kurawat dia sampai sembuh."

Tentu saja hati anak kecil itu menjadi girang sekali dan diapun cepat menjatuhkan diri berlutut di depan kaki Sie Kian.

"Terima kasih, paman..... aku Tan Ci Kong selama hidup tidak akan lupa kepada budi paman ini."

Sie Kian merangkul anak itu dengan hati terharu dan diam-diam dia merasa kagum. Anak kecil ini bukan hanya tabah dan pemberani sekali, tahan menderita dan dapat melakukan perjalanan demikian jauhnya sendirian saja, akan tetapi juga baik budi dan berkelakuan sopan.

Mulai hari itu, Ci Kong membantu paman angkatnya yang tidak mempunyai pelayan. Dia membersihkan rumah, mencuci pakaian, mencari air, masak nasi dan air, juga belajar membuat masakan dari pamannya. Sementara itu Sie Kian mengutus seorang teman untuk melakukan penyelidikan ke Tung-kang.

Seminggu kemudian, teman itu datang kembali dan menyampaikan kabar yang amat mengejutkan hati Sie Kian, bahwa Tan-siucai telah tewas di dalam tahanan setelah ditangkap karena menempelkan tulisan-tulisan yang dianggap memberontak!

Sie Kian segera menutup tokonya dan membawa Ci Kong ke dalam kamarnya. Di situ dia merangkul anak itu, tak mampu mengeluarkan kata-kata, dan orang yang bertubuh agak gemuk pendek dan biasanya amat peramah dan halus budi ini menangis!

Ci Kong adalah seorang anak yang amat cerdik. Melihat sikap pamannya, hatinya terasa perih seperti tertusuk.

"Paman Sie Kian, apakah yang telah terjadi dengan ayahku?"

Mendengar pertanyaan ini, Sie Kian makin mengguguk tangisnya dan dia mendekap kepala anak itu di dadanya. Selama ini dia hidup menyepi seorang diri, tanpa sanak tanpa teman, dan segera tiba-tiba dia dipertemukan dengan anak kakak angkatnya ini, akan tetapi ternyata nasib anak ini demikian buruknya.

Pedang Naga Kemala - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang