Jilid 52

1.7K 27 0
                                    

Ci Kong bertanya dengan suara penuh iba, lupa bahwa dia sendiripun hidup sebatangkara.

"Engkau sudah tidak mempunyai tempat tinggal, hidup seorang diri......."

"Keluarga ayah berada di Kan-ton. Aku adalah anak tunggal, ibuku isteri ke tiga. Aku masih mempunyai ibu-ibu tiri di Kan-ton....... akan tetapi....... aku tidak akan tinggal diam sebelum dapat kubunuh jahanam Ma Cek Lung itu. Setelah itu, mungkin aku akan mengabungkan diri dengan orang-orang Thian-te-pang. Dan engkau sendiri, saudara Ci Kong? Apakah engkau juga akan bergabung dengan mereka?"

Ci Kong menggeleng kepala.

"Aku tidak akan melibatkan diri dalam pemberontakan, nona....... walaupun aku mengerti betapa mulia cita-cita mereka yang hendak membebaskan tanah air dari cengkeraman penjajah. Aku lebih suka menyendiri."

"Baiklah, kalau begitu kita berpisah di sini. Aku akan menyelundup ke Kan-ton. Sekali lagi terima kasih dan mudah-mudahan kita akan dapat bertemu kembali!"

Kui Eng berkata dan gadis ini lalu membalikkan tubuhnya dan berlari cepat menuju ke Kan-ton.

"Mudah-mudahan......."

Ci Kong mengguman sambil mengikuti bayangan gadis itu dengan pandang matanya. Ada keharuan aneh menyelinap di dalam hatinya. Gadis itu manis sekali, amat menarik dan juga amat gagah perkasa. Kasihan sekali gadis itu bernasib demikian malang.

Biarpun ayah gadis itu bukan seorang yang baik, akan tetapi agaknya gadis itu tidak memiliki sifat ayahnya, bahkan memiliki kegagahan. Ah, kenapa dia tidak menanyakan siapa guru gadis itu? Ilmu silatnya demikian tinggi, apalagi ilmu tongkatnya. Hebat! Tentu gurunya seorang yang sakti.

Setelah bayangan Kui Eng tidak nampak lagi, Ci Kong menarik napas panjang dan melanjutkan perjalanannya. Tanpa disengaja, kakinya juga bergerak menuju ke Kan-ton dimana dia mendengar terjadi hal-hal penting, yaitu pengepungan kota oleh pasukan pemerintah yang hendak menentang dan menghentikan perdagangan madat yang bersumber di Kan-ton.

◄Y►

Memang terjadi hal-hal penting di Kan-ton. Panglima Lin Ce Shu mengepung dan menahan kota Kan-ton selama enam minggu, dan setiap hari dilakukan penggeledahan dan penyitaan madat di seluruh kota. Kapten Charles Elliot yang memimpin perkumpulan English East India Company dan mengepalai semua pedagang, bahkan menjadi wakil pemerintahnya, menghadapi pukulan besar sekali.

Segala usaha telah dilakukannya, dengan jalan melakukan bujukan dan penyogokan. Namun, Panglima Lin Ce Shu tidak bergeming dalam tugasnya, tidak dapat dibujuk sama sekali!

Dan akhirnya, secara terpaksa sekali kapten itu menyerahkan semua madat yang dimiliki para pedagang kulit putih. Lebih dari duapuluh ribu peti madat murni disita dari orang-orang kulit putih ini, dan seluruh madat yang disita oleh pasukan Lin Ce Shu berjumlah mendekati satu juta kilogram!

Tumpukan-tumpukan peti madat yang amat besar jumlahnya ini oleh Panglima Lin Ce Shu lalu dibakar di depan umum, sehingga menimbulkan api besar bernyala-nyala dan bau yang menyengat hidung seluruh penduduk Kan-ton! Bahkan dalam kesempatan ini, Lin Ce Shu mengundang para pemuka orang kulit putih seperti Kapten Charles Elliot, Opsir Hellway dan lain-lain untuk datang menyaksikan 'kembang api' luar biasa itu.

Mula-mula para pemuka orang kulit putih itu tidak tahu mengapa Panglima Lin yang mengadakan penyitaan madat itu mengundang mereka untuk makan malam dan berpesta. Mereka mengira bahwa tentu panglima itu merasa tidak enak hati dan kini menebus peristiwa itu dengan sikap lunak dan penghormatan dalam pesta.

Walaupun hati mereka merasa mendongkol sekali karena peristiwa penyitaan madat itu mendatangkan kerugian yang tak terhitung besarnya, namun mereka datang pula dengan pakaian indah gemerlapan. Opsir Hellway datang bersama isterinya, dan Sheila juga ikut.

Pedang Naga Kemala - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang